Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kalimat yang Bisa Menenangkan Anak saat Mereka Overwhelmed

ilustrasi seorang ayah dan anak (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi seorang ayah dan anak (pexels.com/cottonbro)

Anak-anak bisa merasa kewalahan saat menghadapi berbagai situasi, seperti ujian sekolah, konflik pertemanan, atau aturan baru di rumah. Meskipun terlihat sepele di mata orang dewasa, bagi anak-anak ini bisa terasa sangat membebani. Sebagai orangtua atau pendamping, kata-kata yang diucapkan bisa memberi dampak besar terhadap emosi anak.

Untuk membantu mereka merasa lebih tenang, kamu bisa menyampaikan kalimat yang mendorong rasa aman, percaya diri, dan keberanian. Berikut lima contoh kalimat yang bisa kamu ucapkan saat anak merasa overwhelmed. Cek, yuk!

1. “Perasaanmu itu valid”

ilustrasi anak sedang  marah (pexels.com/mikhailnilov)
ilustrasi anak sedang marah (pexels.com/mikhailnilov)

Anak-anak perlu tahu bahwa apa yang mereka rasakan itu nyata dan wajar, bukan berlebihan. Memberikan validasi terhadap perasaan anak dapat membantu mereka merasa dimengerti dan diterima. Hindari mengabaikan emosi mereka dengan kalimat seperti “tidak apa-apa” karena bisa membuat anak merasa tak didengar.

“Hal paling berharga dan berpengaruh yang bisa kamu lakukan untuk anak dengan perasaan sensitif adalah memvalidasi mereka,” kata Laura Greenberg, psikoterapis dari Kanada, dilansir Parents.

Validasi adalah langkah awal untuk membantu anak menenangkan diri sebelum diajak berpikir lebih positif. Misalnya saat anak kecewa karena gagal ikut kegiatan, kamu bisa berkata, “Aku juga sedih karena itu.” Lalu arahkan fokusnya ke kegiatan lain dengan kalimat lanjutan seperti, “Gimana kalau kita bikin sesuatu yang bisa dikasih ke temanmu nanti?”

2. “Masih ada sisi baiknya, kok”

ilustrasi ibu dan anak menghabiskan waktu bersama (pexels.com/nicolabarts)
ilustrasi ibu dan anak menghabiskan waktu bersama (pexels.com/nicolabarts)

Saat anak kecewa, bantu mereka melihat sisi lain dari situasi tersebut. Mengingatkan bahwa selalu ada hal baik meski kecil, bisa memberi harapan baru untuk mereka. Contohnya, jika anak batal main ke taman karena hujan, kamu bisa ajak main board game atau nonton film bareng di rumah.

Anak-anak sangat terbantu oleh rutinitas dan hal-hal kecil yang bisa dinanti-nantikan. Rutinitas ini bisa membantu anak mengatasi dan melupakan kekecewaan mereka. Dengan begitu, mereka belajar bahwa kekecewaan bukan akhir dari segalanya.

“Mereka butuh rutinitas yang bisa diprediksi untuk membantu mengatasi kekecewaan,” ujar Jaclyn Shlisky, PsyD, psikolog anak di Florida, dilansir Parents.

3. “Coba lagi, ya”

ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/augustderichelieu)
ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/augustderichelieu)

Kalimat ini menunjukkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan akhir dari segalanya. Anak jadi tahu bahwa dengan usaha, mereka bisa berkembang. Tambahkan juga semangat seperti, “Kamu belum bisa sekarang, tapi lama-lama pasti bisa.”

Rayakan juga setiap usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya. Misalnya, walau anak belum lancar membaca, beri pujian saat ia mau mencoba terus. Ini akan membangun kepercayaan diri sekaligus daya juang dalam menghadapi tantangan.

4. “Kamu bisa berani”

ilustrasi seorang anak perempuan bersedih (pexels.com/liza-summer)
ilustrasi seorang anak perempuan bersedih (pexels.com/liza-summer)

Anak perlu tahu bahwa rasa takut adalah hal yang wajar dan bisa dihadapi. Kalimat “Kamu bisa berani, kok” bisa membantu mereka lebih percaya diri saat menghadapi hal baru. Misalnya, saat belajar naik sepeda atau tampil di depan umum.

Menunjukkan contoh langsung juga penting. Kamu bisa ajak anak melakukan hal-hal yang menantang bersama, seperti menari atau mencoba hal baru di rumah. Ketika mereka melihat kamu juga berani keluar dari zona nyaman, mereka pun akan terdorong melakukan hal yang sama.

“Setiap kali karakter kamu diuji di depan anak, tunjukkan keberanianmu. Ini akan menciptakan rasa kebersamaan yang akan mereka rasakan juga,” jelas Dr. Shlisky.

5. “Ayo cari cara untuk tenang”

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/kindelmedia)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/kindelmedia)

Saat anak mulai merasa frustrasi, bantu mereka mengenali dan menenangkan emosinya. Ucapkan kalimat seperti, “Aku lihat kamu lagi kesal,” agar mereka belajar mengidentifikasi emosi mereka sendiri. Ini juga membuka jalan untuk mencari solusi bersama.

Kamu bisa ajak anak mencoba teknik menenangkan seperti tarik napas dalam, duduk di tempat favorit, atau mendengarkan lagu kesukaan. Lama-kelamaan, anak akan mengenal strategi mana yang cocok untuk dirinya. Dengan begitu, mereka bisa membangun kebiasaan positif dalam mengelola stres.

Anak yang kewalahan butuh dipahami dan ditenangkan, bukan langsung diberi solusi. Dengan kata-kata sederhana dan empati, kamu bisa bantu mereka mengembangkan keterampilan emosional. Biasakan komunikasi yang hangat dan suportif sejak dini, yuk!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us