ilustrasi bullying (pexels.com/cottonbro studio)
Sejumlah teori menyebut pelaku perundungan merupakan individu dengan keterampilan sosial dan harga diri yang rendah. Anak yang melakukan perundungan cenderung berpikir bahwa melakukan tindak kekerasan atau perilaku agresif, dapat menghasilkan membuatnya diterima oleh teman sebaya. Pandangan ini dipaparkan dalam jurnal Psychology, Health and Medicine berjudul "Bullying in schools: the state of knowledge and effective interventions".
Menurut riset yang dilakukan oleh jurnal di atas, korban perundungan dengan masalah internalisasi maupun eksternalisasi semakin berisiko menjadi korban pendungan. Masalah internalisasi seperti depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri. Selain itu, ia juga mengalami kesulitan interpersonal, seperti penolakan dari teman sebaya, rendahnya penerimaan sosial, memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki teman, serta kualitas pertemanan yang negatif.
Arfilla menyebut, jika anak menjadi korban perundungan hal yang terpenting untuk dilakukan adalah memberi dukungan psikologis. Orangtua dapat mengarahkan anak untuk melakukan konseling dengan ahli, misalnya psikolog. Ketika mengetahui anak menjadi korban perundungan, maka langkah yang dapat dilakukan adalah memahami kasus yang menimpanya.
"Pahami konteks kejadian secara lengkap, dari berbagai sudut pandang, dan tidak menyudutkan anak. Orangtua juga harus memperjuangkan hak anak dengan cara yang tepat, tidak terbawa emosi berlebihan hingga melakukan tindakan yang akan semakin merugikan diri sendiri dan anak," imbuh Arfilla.
Di sisi lain, ketika mengetahui bahwa anak menjadi pelaku perundungan, orangtua tidak perlu bersikap defensif, seperti menolak kritik, membela anak secara berlebihan, dan menyalahkan pihak lain. Pada tahap ini, orangtua sebaiknya berbesar hati untuk meminta maaf, berbenah dalam pola pengasuhan yang mungkin keliru, dan fokus memberi pendampingan pada anak agar ia tidak mengulang perilaku yang negatif.
"Bertanggung jawab sepenuhnya, baik pada proses penegakan aturan di sekolah maupun secara hukum. Bicaralah dari hati ke hati dengan anak agar paham konteks kejadian dan motif anak melakukan hal tersebut, termasuk apa yang anak rasakan selama ini terhadap diri dan orangtuanya," imbuhnya.
Perilaku perundungan tak hanya mengguncang mental anak, namun juga mampu memproyeksikan sikap anak menjadi sosok agresif. Jika mengetahui anak terlibat dalam kasus bullying, seyogiyanya keluarga menjadi tempat untuk membangun dan memulihkan diri isu tersebut.