#MahakaryaAyahIbu: Serpihan Kenangan Saat Menjemput Ayah

Menjemput Ayah sepulang bekerja adalah sebuah momen yang menjadi awal kebersamaanku dengan Ayah dan Ibu.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Pukul dua dinihari. Aku terbangun saat jam beker yang aku letakkan di samping tempat tidurku berdering. Bangun pukul dua dinihari adalah kebiasaan yang ditanamkan oleh Ayah dan Ibu semenjak aku duduk di bangku SMP. Kebiasaan itu masih aku jaga hingga saat ini. Ayah dan Ibu selalu berkata bahwa sepertiga malam terakhir adalah waktu yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Aku bisa mencurahkan segala isi hati dan bermunajat dengan khusyu' kepada-Nya.

Saat ini, aku sedang menempuh pendidikan S1 di Bandung, sementara Ayah dan Ibu tinggal di Jogja. Meskipun kami terpisahkan oleh jarak, tetapi aku tak pernah merasa jauh dari mereka. Aku sengaja menaruh foto Ayah dan Ibu di atas meja belajarku. Seusai melaksanakan shalat tahajud, kerap kali aku memandangi foto mereka di sela-sela mengerjakan tugas perkuliahan. Foto itulah yang seakan memberiku semangat untuk terus belajar demi meraih cita-cita menjadi seorang Insinyur ternama, yang kelak dapat menghasilkan banyak mahakarya bagi Indonesia.

Memandangi foto Ayah dan Ibu selalu mengingatkanku kepada jerih payah yang telah mereka lakukan untukku. Terkadang, Aku juga teringat akan kenangan masa kecilku bersama Ayah dan Ibu. Kenangan yang membuatku ingin mengulang kembali masa kecil yang dulu pernah aku habiskan bersama mereka.

dm-player

Dulu, ketika aku berusia 6 tahun, setiap akhir pekan Ibu selalu mengajakku menjemput Ayah dari tempatnya bekerja. Ayahku adalah seorang pengemudi bus antarprovinsi di sebuah biro perjalanan di Jogja. Aku merasa bahwa Ayah adalah pengemudi bus terbaik di dunia ini. Ia selalu mengutamakan keselamatan penumpang di atas segalanya. Ayah tidak akan sampai hati untuk membahayakan keselamatan penumpangnya. Ia mengemudi dengan penuh kehati-hatian dan tanggungjawab, untuk mengantarkan penumpangnya sampai ke tempat tujuan dengan selamat.

Kenangan masa kecil saat menjemput Ayah sangatlah berharga bagiku. Setiap pekannya, hanya 3 hari dalam satu minggu kami bisa berkumpul bersama. Hampir setiap pekan Ayah harus ke luar kota, sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ibu. Menjemput Ayah sepulang bekerja adalah sebuah momen yang menjadi awal kebersamaanku dengan Ayah dan Ibu.

Aku dan Ibu selalu menunggu Ayah di sebuah Taman Kanan-kanak yang ada di depan kantornya. Di sanalah Ibu menemaniku bermain sambil membunuh waktu sembari menanti Ayah datang. Saat-saat paling membahagiakan bagiku adalah ketika melihat Ayah menyapa kami dari depan kantornya. Itulah saat-saat dimana aku dapat bertemu dan merasakan kembali hangatnya pelukan Ayah yang tak aku rasakan selama beberapa hari kemarin.

Aku, Ayah, dan Ibu memiliki sebuah kebiasaan untuk melepas rindu setelah satu pekan tak bertemu. Sebelum pulang ke rumah, Ayah dan Ibu selalu mengajakku mampir ke sebuah kedai susu di dekat Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Di kedai itulah, Ayah dan Ibu menemaniku melihat kereta yang hilir mudik dari arah barat dan timur, sambil menikmati susu coklat hangat dan bakpao kacang hijau yang menjadi makanan kegemaranku. Kedai sederhana itu menjadi saksi berkumpulnya keluarga kecil yang penuh dengan cinta kasih. Sampai saat ini pun, ketika aku pulang ke Jogja, aku kerap mengajak mereka ke kedai itu untuk bernostalgia.

Kenangan sederhanaku sewaktu kecil adalah sebuah kisah yang akan selalu terekam dalam memori. Aku bisa merasakan kasih sayang yang begitu hangat dari Ayah dan Ibu ketika kami bersama. Kasih sayang kokoh tak tertandingi yang mereka berikan selalu menjadi pelecut semangatku hingga hari ini.

Ayah dan Ibu memang akan semakin tua, namun cinta kasih yang mereka curahkan tidak akan pernah pudar sepanjang hayat. Aku selalu berdoa agar Ayah dan Ibu dapat melihatku menjadi seorang Insinyur ternama di masa depan. Terimakasih untuk Ayah dan Ibu. Aku berjanji, ketika sukses nanti, aku akan membawamu ke Tanah Suci sebagaimana yang selama ini kau impikan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya