5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Semata

Kejujuran lebih penting daripada nilai yang tinggi!

Momen pengambilan rapor sering menjadi momok mengerikan bagi anak-anak. Ini disebabkan, ada banyak hal yang gak mengenakkan sering terjadi tatkala nilai rapornya jelek atau gak sesuai harapan orangtua.

Dibanding-bandingkan dengan anak lain, dipermalukan di depan umum, dimarahi habis-habisan, adalah beberapa contoh sikap orangtua yang membuat anak jadi takut ngambil rapor. Dan sikap buruk tersebut, biasanya terjadi akibat orangtua mengukur pintar atau enggaknya anak, dari nilai rapor semata.

Nah, buat kamu yang saat ini sudah jadi orangtua, berikut ini beberapa alasan, kenapa sebaiknya kamu jangan menakar kecerdasan anak cuma dari nilai rapor saja. Simak pembahasannya, ya!

1. Nilai rapor tujuannya untuk evaluasi, bukan menghakimi

5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Sematailustrasi orangtua memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Hal pertama kenapa kamu gak seharusnya menilai kepintaran anak dari rapor semata, disebabkan tujuan pemberian rapor itu sendiri. Para guru memberikan nilai tersebut bertujuan supaya bisa dijadikan gambaran mengenai kondisi akademi murid, serta jadi bahan evaluasi.

Sayangnya, banyak orangtua yang malah menjadikan nilai rapor sebagai cara untuk menghakimi. Anak dibilang bodoh, malas, dan banyak sebutan lain yang gak pantas. Justru sikap seperti itu, malah bikin perkembangan anak terganggu, lho.

2. Kejujuran jauh lebih penting daripada nilai tinggi

5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Sematailustrasi anak sekolah (pexels.com/RODNAE Productions)

Akibat cara pandang yang terlalu mengagung-agungkan prestasi di kelas, akibatnya anak jadi tertekan, sehingga gak peduli apa pun akan dilakukan untuk mendapatkan nilai tinggi. Bahkan menyontek sekalipun.

Yang makin miris, sering kali perilaku menyontek ini dilakukan oleh orangtua sendiri. Gak mau anaknya terus-terusan bernilai rendah, akhirnya meminta jawaban ke sana-sini. Duh! Gimana anak mau jujur, kalau orangtuanya gak mencontohkan yang baik?

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anak-anak Suka Melanggar Ucapan dari Orangtua

3. Nilai bukanlah tujuan utama dari pendidikan

dm-player
5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Sematailustrasi anak sekolah (pexels.com/RODNAE Productions)

Tujuan pendidikan itu sendiri sebenarnya untuk membekali anak dengan berbagai kualitas diri yang penting dan sangat diperlukan saat mereka besar nanti. Dengan adanya nilai rapor, anak bisa memacu dirinya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga nilainya jadi bagus.

Akan tetapi, nilai itu sendiri bukan tujuan utamanya. Melainkan beragam proses untuk mendapatkan nilai tersebut. Kegigihan, kejujuran, kesediaan untuk menerima kegagalan ketika nilainya jelek meski sudah belajar, dan banyak hal lain yang jauh lebih penting dari sekadar nilai bagus.

4. Setiap anak punya kemampuannya masing-masing

5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Sematailustrasi jadi astronot (pexels.com/Amina Filkins)

Ada anak yang jago sekali matematika, tapi giliran pelajaran olahraga, payahnya bukan main. Ada pula yang jago banget pelajaran hafalan, tapi ketika hitung-hitungan, langsung frustrasi.

Tiap anak, punya kemampuannya masing-masing. Nilai jeblok di mata pelajaran tertentu, gak berarti anak tersebut bodoh. Boleh jadi, keunggulannya bukan di situ, tapi di bidang lain. Dan sudah jadi tugas orangtua untuk mengembangkan potensinya tersebut, bukan malah menjatuhkan mentalnya.

5. Nilai rendah bukan berarti mutlak masa depannya akan suram

5 Alasan Hindari Mengukur Kecerdasan Anak dari Nilai Rapor Sematailustrasi cita-cita anak (pexels.com/Amina Filkins)

Ada banyak orangtua yang terlalu menuntut anak miliki nilai tinggi, diakibatkan kekhawatiran jika nanti masa depan anaknya bakal suram kalau nilai-nilai rapornya rendah. Padahal, perjalanan hidup anak masih teramat panjang, dan apa pun mungkin saja terjadi.

Bisa saja di sekolah dia tak menemukan kliknya, sehingga jadi kurang termotivasi, dan nilainya pun jelek. Namun, di kemudian hari, dia menemukan apa yang jadi minatnya, dan di situlah dia menemukan suksesnya. Jadi, jangan jadikan nilai rapor sebagai patokan mengukur masa depannya nanti. Gak mutlak!

Semoga dari uraian tadi, bisa jadi bahan renungan, supaya ketika si kecil sudah masuk masa sekolah, kamu gak terjebak pada pemikiran sempit. Bahwa kecerdasan anak diukur dengan nilai rapor semata. Hindari, ya!

Baca Juga: 5 Tips Melakukan Bonding Time dengan Anak dari Psikolog Anak-Remaja

L A L A Photo Verified Writer L A L A

I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has practiced one kick 10,000 times (Bruce Lee)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya