5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannya

Bagus untuk perkembangan motorik kasarnya lho

Sebagai orangtua, kamu pasti khawatir kalau melihat anakmu bermain memanjat, naik turun tangga, atau bermain dengan alat-alat yang berbahaya. Namun sebisa mungkin, jangan dilarang ya. Semakin dilarang, anak akan semakin penasaran dan mencobai. Malah lebih bahaya jika anak melakukannya tanpa pengawasan orangtua.

Dalam perkembangan dunia anak yang dilansir CBC, permainan seperti ini disebut risky play (permainan berisiko). Sebenarnya permainan yang seperti ini bisa membantu perkembangan motorik kasar anak lho. Berikut fakta mengenai risky play, permainan yang murah meriah tapi banyak keuntungannya.

1. Definisi risky play

5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannyailustrasi anak bermain di alam (unsplash.com/Annie Spratt)

Dr. Mariana Brussoni, profesor di University of British Columbia dalam dokumenter CBC yang berjudul Nature of Things - The Power of Play mengatakan, risky play adalah permainan berisiko di mana kamu sebagai orangtua mempercayai anak bisa dan mampu mengendalikan situasi 'berbahaya' di sekitarnya. Dengan kata lain, jika biasanya orangtua menjauhkan anak dari permainan yang dirasa bisa melukai dirinya. Kali ini orangtua diminta diam dan hanya mengawasi ketika anak bermain.

Risky play merupakan mainan paling sederhana yang tidak perlu memerlukan biaya apapun. Cukup bebaskan anak di alam, biarkan anak bermain dengan memanjat pohon, berlari sepuasnya, dan sebagainya. Dari permainan ini, anak akan belajar yang namanya risiko, misalnya kalau dia lari cepat bisa saja jatuh. Belajar mengenali risiko sejak usia dini akan membuat anak mudah menilai dan mengelola berbagai situasi.

Risky play juga tidak terbatas oleh gender apapun, anak cowok cewek siapapun bisa melakukannya. Jadi sebagai orangtua, jangan terbiasa mengeluarkan kalimat "ayo anak cewek itu harusnya duduk diam." Itu salah, biarkan anak cewek juga ikut bermain bola dan lari-lari. Lagipula, dengan menggerakkan badan anak juga anak lebih sehat dan lebih tenang (minim tantrum) ketika di dalam rumah lho.

2. Jenis permainan risky play

5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannyailustrasi anak bermain di dapur (unsplash.com/Brooke Lark)

Jenis permainan risky play itu tak terbatas, dan banyak berasal dari imajinasi anak. Namun dilansir Active for Life, umumnya risky play dikategorikan menjadi enam bagian ini:

  • Bermain dengan ketinggian - memanjat pohon, naik turun tangga, permainan keseimbangan di bangku tinggi, dan sebagainya.
  • Bermain dengan kecepatan - berlari, mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi, ayunan tinggi, dan sebagainya
  • Bermain dengan alat berbahaya - mengizinkan anak ikut menggunakan palu, memotong buah, dan sebagainya.
  • Bermain dekat dengan elemen berbahaya - mengizinkan anak ikut masak di dapur, berlari dengan kaki telanjang di alam, berenang, dan sebagainya.
  • Permainan yang kasar - bergulat, judo, dan sebagainya.
  • Permainan yang mudah menghilang - hide and seek, menjelajah alam, dan sebagainya.

Sebenarnya, permainan yang termasuk dalam risky play itu subjektif untuk setiap orangtua. Karena anggapan berbahaya itu berbeda persepsinya setiap orang. Karena itu, dalam risky play sebenarnya yang terpenting adalah memberi kesempatan anak untuk eksplor, bukan dilarang terlebih dahulu.

Baca Juga: 5 Alasan Utama Kenapa Anak-anak Lebih Bahagia Dibanding Orang Dewasa

3. Keuntungan risky play bagi perkembangan anak

5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannyailustrasi anak bermain di alam (unsplash.com/Liana Mikah)
dm-player

Meski berbahaya, namun risky play punya banyak manfaat untuk perkembangan anak lho. Motorik kasar anak akan lebih berkembang, di mana hal ini penting untuk keseimbangan badannya. Bukan cuma itu, perkembangan mental anak juga berkembang karena risky play lho.

Dilansir BabySparks, ini perkembangan mental yang tak disadari berkembang karena permainan berisiko:

  • Anak jadi lebih mudah percaya diri dalam aktivitas sosial maupun fisik.
  • Anak memahami lebih banyak tentang batasan diri mereka.
  • Anak belajar bagaimana membuat dirinya aman dan selamat.
  • Anak belajar tentang risiko.
  • Anak belajar caranya menolong orang lain.
  • Kreativitas anak lebih meningkat.
  • Anak belajar caranya mengatasi stres atau situasi tertekan.
  • Anak belajar untuk jadi lebih tangguh.

4. Bagaimana cara melibatkan anak dalam risky play?

5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannyailustrasi anak bermain di alam (unsplash.com/Vitolda Klein)

Ingat, setiap anak lahir pintar dan sudah punya self-control sendiri. Apapun yang dirasanya belum bisa dilakukan, anak pasti takut dan tidak mau melakukannya. Karena itu sebagai orangtua, percaya saja kalau permainan yang dipilih anak itu sudah pas sesuai dengan perkembangan mentalnya.

Sebagai orangtua, kamu bisa mengenalkan anak pada risky play dengan memberikan kepercayaan dan ruang untuk melakukannya. Salah satu cara yang dikatakan oleh Brussoni, dikutip dari CBC, orangtua bisa memulainya dengan mengajak anak eksplor ke tempat asing, baik di alam bebas maupun di rumah sendiri (seperti misalnya menghadapi tangga). Mulailah dengan memberi contoh terlebih dahulu, kemudian fasilitasi anak untuk melakukan dengan caranya sendiri.

Selanjutnya, mundur dan biarkan anak eksplor sendiri. Bukan berarti ditinggalkan saja, tunggu di sekitarnya untuk melihat anak mampu atau tidak. Jika memang dirasa sulit, anak pasti akan menoleh ke orangtua untuk meminta tolong. Dengan memberikan waktu untuk eksplor, anak akan punya kesempatan belajar keterampilan dan belajar berpikir cara untuk mengatasi masalah di depannya.

5. Apa yang harus dipersiapkan orangtua ketika anak bermain?

5 Fakta Risky Play, Kenapa Anak Perlu dan Jangan Dilarang Melakukannyailustrasi anak bermain di alam (unsplash.com/Meghan Holmes)

Percayalah, dalam melakukan risky play, orangtua perlu melakukan persiapan lebih banyak daripada anak. Karena insting orangtua biasanya akan lebih melarang dan mengamankan anak, daripada mempercayainya. Jangan biarkan ketakutan yang dirasakan orangtua menghalangi anak untuk eksplor. Tetap dampingi, namun jangan halangi rasa ingin tahu anak.

Orangtua perlu fokus pada 'seaman yang diperlukan', bukan pada 'seaman mungkin'. Misalnya, ketika anak mau bermain di tanaman berduri. Daripada menjauhkan anak dan mengatakan kalau itu tanaman berbahaya, biarkan anak memegang durinya. Tanyakan ke anak, "Kalau kena sakit tidak?", "Apa yang perlu kamu lakukan supaya tidak kena duri?", dan sebagainya.

Fasilitasi anak juga bermain risky play dengan alat yang sesuai. Misalnya, jika anak sedang hobi memanjat, fasilitasi dengan permainan kursi yang tingkatannya berbeda. Atau jika anak hobi membantu di dapur, biarkan anak yang menuang bumbu dan mengaduk makanan. Pemilihan pakaian yang nyaman juga akan mendukung anak ketika bermain risky play. Pakaian yang terlalu tebal dan panas membuat anak tak nyaman bermain di alam bebas.

Risky play (permainan berisiko) jika dilihat mata, memang membahayakan. Namun ada banyak keuntungannya untuk fisik dan mental anak. Dan jika orangtua tidak rela hati anaknya bermain penuh risiko dan ada luka dikit, tentu anak tidak akan bebas bermain. Biarkan anak menikmati waktunya dengan bermain di alam bebas, jangan kekang dalam rumah dan memberinya gadget terus menerus.

Baca Juga: 5 Cara Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak, Bukan Ubah Kepribadian

Liem Ling Photo Verified Writer Liem Ling

"Don't let the muggles get you down." -Ron Weasley

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya