Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orangtua bermain bersama anak  (pexels.com/keiraburton)
ilustrasi orangtua bermain bersama anak (pexels.com/keiraburton)

Pernah merasa bingung harus seketat apa mengawasi anak? Di satu sisi ingin mereka mandiri, tapi di sisi lain takut kalau mereka salah langkah. Nah, di tengah tarik-ulur ini, muncul satu gaya pengasuhan bernama lighthouse parenting yang dianggap mampu menyeimbangkan antara bimbingan dan kebebasan.

Jika tertarik mengetahui apa itu lighthouse parenting, manfaat hingga cara menerapkannya, simak penjelasannya lewat artikel berikut ini. Yuk, langsung scroll!

1. Apa itu lighthouse parenting?

ilustrasi ibu duduk bersama dua anak (pexels.com/ellyfairytale)

Lighthouse parenting adalah pola asuh yang menyeimbangkan peran sebagai pelindung dan pembimbing. Seperti mercusuar, orangtua memberi arahan dan peringatan saat anak menghadapi risiko, tapi tetap membiarkan mereka belajar mengarungi hidupnya sendiri.

“Kamu menunjukkan di mana batu karang berada, kamu membimbing arah mereka, tapi tetap memberi ruang bagi mereka untuk mengarungi lautan sendiri,” kata Emily Oster, ekonom sekaligus penulis buku parenting, dilansir HuffPost.

Berbeda dari gaya mengasuh yang terlalu mengontrol atau terlalu membebaskan, lighthouse parenting justru menekankan pentingnya kepercayaan. Dr. Cara Damiano Goodwin, seorang psikolog, dilansir laman yang sama, menjelaskan bahwa orangtua lighthouse hadir saat dibutuhkan, tapi tidak langsung turun tangan. Anak diberi ruang untuk belajar dari kesalahan, sekaligus tahu bahwa orangtuanya selalu siap mendampingi.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Ken Ginsburg, dokter anak dan penulis buku Raising Kids to Thrive. Ia menyebut lighthouse parenting sebagai cara ideal untuk menyeimbangkan kasih sayang dan batasan.

“Anak butuh panduan dan perlindungan, tapi juga kesempatan untuk belajar mandiri,” jelas Dr. Ken Ginsburg.

2. Manfaat lighthouse parenting

ilustrasi orangtua dan anak bermain bersama (pexels.com/gustavofring)

Salah satu manfaat utama dari lighthouse parenting adalah terciptanya batasan yang sehat dan konsisten. Orangtua menetapkan aturan yang jelas, namun tetap memberi ruang untuk anak bereksplorasi dan belajar dari kesalahannya. Hasilnya, anak tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat dan kemampuan menyelesaikan masalah secara mandiri.

Selain itu, gaya pengasuhan ini membangun hubungan yang lebih suportif secara emosional. Anak jadi lebih nyaman berbicara dan meminta bantuan karena tahu bahwa orangtuanya hadir untuk membimbing, bukan menghakimi.

 “Anak akan melihatmu sebagai sumber dukungan yang efektif karena tahu kamu tidak akan terlalu ikut campur tapi juga tidak menjauh,” kata Joe Farrell, LCSW, terapis keluarga dari Peninsula Child & Family Services di Virginia, dilansir Parents.

Lighthouse parenting juga membantu anak mengembangkan keterampilan mengatasi masalah jangka panjang. Saat anak menghadapi tantangan, orangtua tidak langsung turun tangan, tapi memberi dukungan seperlunya agar anak belajar menyelesaikannya sendiri. Ini mendorong terbentuknya ketangguhan emosional dan kesiapan menghadapi kegagalan di masa depan, terutama saat mereka memasuki usia remaja dan dewasa muda.

3. Tips menerapkan lighthouse parenting

ilustrasi orangtua dan anak bermain jengga (pexels.com/rdne)

Menerapkan gaya asuh lighthouse parenting butuh keseimbangan antara memberikan kebebasan dan tetap hadir sebagai panduan. Pendekatan ini menekankan pentingnya kehadiran orangtua yang stabil tanpa terlalu mencampuri urusan anak. Supaya bisa dijalankan dengan tepat, berikut beberapa tips menerapkan lilghthouse parenting:

1. Beri ruang untuk anak belajar dari pengalaman

Alih-alih langsung turun tangan setiap kali anak mengalami kesulitan, coba beri mereka kesempatan untuk mencari solusi sendiri. Misalnya, jika anak lupa membawa PR, biarkan mereka menghadapi konsekuensinya dan bantu mereka mengevaluasi di kemudian hari. Ini penting agar anak belajar mandiri, punya rasa tanggung jawab, dan mampu bangkit dari kegagalan.

2. Bangun komunikasi yang terbuka

Pastikan anak tahu bahwa kamu selalu tersedia saat mereka butuh bimbingan. Tanyakan pendapat mereka, dengarkan tanpa menghakimi, dan berikan arahan secara lembut. Dengan cara ini, kamu tidak hanya menjadi tempat curhat yang aman, tapi juga panutan yang dihargai.

3. Tetapkan batasan yang jelas

Meskipun kamu memberi kebebasan, tetap penting menetapkan aturan yang konsisten dan masuk akal. Aturan ini dibuat bukan untuk membatasi, tapi untuk melindungi dan mengarahkan. Anak pun belajar bahwa kebebasan datang bersama tanggung jawab.

4. Sesuaikan pendekatan berdasarkan usia anak

Anak usia balita tentu memerlukan bantuan lebih banyak dibanding remaja. Seiring bertambahnya usia, kamu perlu sedikit demi sedikit melepas kendali agar mereka bisa mengasah kemampuan mengambil keputusan sendiri. Seperti kata Joe Farrell, LCSW, peran orangtua harus ikut berkembang sesuai tahap perkembangan anak.

5. Tunjukkan cinta tanpa syarat, tapi tetap tegas

Lighthouse parenting mengajarkan bahwa kamu bisa menyayangi anak sepenuhnya tanpa harus selalu menuruti keinginan mereka. Cinta tak bersyarat disampaikan lewat kehadiran, dukungan, dan bimbingan yang konsisten. Anak pun merasa aman, dihargai, dan tetap belajar disiplin.

Kalau selama ini kamu bingung antara jadi orangtua yang tegas atau penuh pengertian, lighthouse parenting bisa jadi jawabannya. Pola asuh ini mengajarkan bahwa kamu bisa membimbing anak tanpa harus mengendalikan semua hal dalam hidupnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team