#MahakaryaAyahIbu: Dari Buku Bergambar "Peta Dunia" Aku Mempersembahkan

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Aku membuka buku lusuh puluhan tahun silam mengingatkan saat aku belajar dibawah lampu ublik, lampu kaleng yang berisi minyak tanah yang diberi sumbu. Aku sering tertidur di atas meja belajar. Meja ini dibuat oleh ayah supaya aku belajar menjadi lebih nyaman lalu menjadi dua fungsi setelah aku yang memakai, belajar dan untuk alas tidur. Aku terbangun karena seperti basah menampar wajahku.
Aku menatap lurus didepan mataku, ‘tes’ ‘tes’ air hujan tanpa dosa berpesta pora tepat di atas buku PR hadiah ulang tahunku dari ibu. Tulisanku menjadi pudar walaupun masih dapat di baca. Aku menangis karena besok aku harus mengumpulkan PR dibuku ini, lalu dengan cekatan ibu menuju dapur menyalakan perapian tungku kayu. Kemudian, ibu menjemur buku yang basah itu diatas tumpukan kayu.
Keesokan harinya ayah kembali menambal seng yang selalu bocor dimana-mana. Saat aku pamit ke sekolah ayah berkata “Nanti kalau kamu sudah besar buatlah rumah yang kokoh tak tertandingi, nak,”. Aku tidak mengindahkan ucapan ayah dalam pikiranku aku takut dihukum pak guru karena tugasku dihancurkan hujan.
Buku itu kini berada dilemari meja kerjaku, sengaja kupajang begitu agar selau ingat kejadian malam itu. Benda antik ini memiliki bentuk yang sudah sangat lusuh sekali, berwarna kuning, dan bearoma sangat khas. Saat itu aku mengutuki hujan namun ternyata hujan melukisnya membentuk peta dunia yang indah. Untuk ayah ibu yang aku sayangi, ada banyak hal di dunia ini yang mugkin tak dapat aku berikan bahkan mungkin aku belum pernah memberikan, yang aku rasa adalah anakmu ini tumbuh semakin baik dari waktu kewaktu karena pemberian cinta kalian tanpa putus.
Aku yang selalu kalian ikhlaskan melangkah dengan doa dan senyuman. Aku yang dibuat tegar saat pertama kali meninggalkan kalian menuju Perguruan Tinggi, meskipun aku tahu hujan dimata itu tak dapat dibohongi sama sekali. Sekarang aku kembali untuk memulai dan mungkin ini tak seberapa. Kedua orang yang telah membuatku dapat berdiri menjadi arsitek.
Kucurahkan pikiranku lewat mimpi dan kunyatakan dengan rasa cinta yang mungkin tak sebanyak kalian miliki. Kupersembahkan tempat agar saat hujan menjadi tak dingin dan ketika panas menjadi tak gerah. Kubuatkan teras yang menjadi mimpi kita bersama agar bisa bersantai menyeruput teh dan roti. Kupersembahkan rumah dengan cahaya yang terang dan tempat senyaman mungkin. Dihari ulang tahunku ini, dengan rasa yang tulus ikhlas maka, terimalah persembahan mahakarya untukmu, ayah dan ibu.
Ternyata tanpa sengaja aku merekam ucapan ayah saat peristiwa itu dan lihatlah doa itu terwujud untuk ayah ibu di hari tua. Terima kasih meja belajar dan buku “peta dunia”. Aku bisa menggambar mimpiku untuk dunia serta membuat bangga ayah dan ibu. Terima kasih atas semua kebahagiaan yang kalian persembahkan kepadaku. Aku merasakan dan memiliki cinta yang sangat kokoh tak tertandingi. Aku akan selalu menyanyangi kalian dengan tulus tanpa putus.