#MahakaryaAyahIbu: Goresan Tinta Mahakarya, Proses Perjuanganku Meraih Mimpi-Mimpi Demi Ayah Ibu

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Keluarga sederhana yang menanamkan nilai-nilai kebaikan dan sosok jiwa pantang menyerah
Sejuk semilir angin terasa lembut membuyarkan lamunanku yang duduk terpaku disebuah kamar kecil yang seakan-akan telah merekam jejak keseharianku. Aku dilahirkan bukan dari keluarga yang melimpah akan harta maupun jabatan tinggi yang disandang oleh orangtuaku. Melainkan, aku dilahirkan dari keluarga sederhana yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai santun dan mengajarkan semangat hidup yang tinggi. Karena tertanam kuat di benakku bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk meraih mimpiku dan aku akan tetap berjuang demi Ayah Ibu.
Sembari melepas penat di teras rumah, Ayahku pernah berpesan, “Mbak, dalam meraih mimpi sikap sederhana itu perlu, namun mimpimu tidak boleh sederhana. Kamu tetap harus fokus dalam meraih cita-citamu”. Sementara ibuku turut menambahkan, “Keberhasilan maupun kegagalanmu kelak, nantinya kamu sendiri yang akan menikmati, Ayah Ibu tidak akan meminta imbalan dan berharap kamu mampu berhasil di masa depan”. Kata-kata itulah yang selalu terbesit di pikiranku, Aku ingin menjadi salah satu sumber kebahagiaan mereka dan menjadi pelita dalam keluargaku.
Kini aku duduk di bangku kuliah, melalui proses perjuangan yang tentunya tidaklah mudah. Rintangan, hambatan selalu datang mengahampiriku, dan lagi-lagi aku coba menguatkan diriku untuk tetap fokus pada impianku. Kutanamkan prinsip dalam hati bahwa “aku pasti bisa” melalui segala tantangan hidupku. Setiap kali aku merasa semangatku mulai goyah selalu terlintas dibenakku akan mimpi-mimpiku dan harapan kedua orangtuaku.
Lelah dan peluh ini tidaklah seberapa , dibanding tetesan keringat perjuangan mereka merawat dan mendidikku.
Ya, merekalah yang selalu ada dalam setiap keadaanku. Menemaniku saat aku berada di titik paling bawah saat aku seakan-akan menyerah pada roda kehidupan dunia. Seharusnya aku menyadari lelah dan peluh ini tidak seberapa dibanding jerih payah Ayah Ibu ku merawat dan mendidikku dari aku lahir hingga detik ini. Hati kecilku memahami meski semua itu tak terucap langsung dari bibir mereka, namun semua itu seperti isyarat sebuah makna yang harus mampu ku terjemahkan. Bahwa mereka menaruh harapan-harapan besar di pundakku, berharap aku menjadi anak yang bisa membanggakan mereka, dan membawa perubahan wajah dunia.
Ayah Ibu, doa-doa yang kalian panjatkan memang tak kudengar dan terjamah langsung ditelingaku, namun doa kalian menggema di angkasa dan hati kecilku pun turut merasakan getaran doa-doa kalian. Semangatku untuk membahagiakan kalian tak akan pernah padam, akan selalu kubuktikan melalui kesungguhanku dalam mengenyam pendidikan, mewujudkan impian kita bersama-sama menginjakkan kaki di tanah suci Makkah dan menjadi sebaik-baik manusa yang bermanfaat.
Kalian yang menguatkanku untuk tetap berdiri tegar di tengah rintangan yang menerpa. Percayalah padaku, Kelak jerih payah kalian akan berganti bahagia.
Ayah Ibu, senyum canda tawa kalian adalah sumber semangatku, genggaman tangan kalian yang selalu menuntunku dan kedua bola mata kalianlah yang nantinya akan melihat anakmu berhasil. Aku berjanji tidak akan menyerah menggapai mimpiku, apalagi melepaskannya. Kumohon, tetap doakan aku agar bisa selalu memegang erat nasihat dan mimpi-mimpi yang kalian titipkan di pundakku. Terima kasih hingga detik ini tanpa keluh kesah kalian masih menemaniku berproses dan secara tak langsung kalian mengajarkanku arti pendewasaan.
Kelak, ketika aku sukses nanti kita semua akan bercengkrama bersama, bernostalgia mengingat kenangan kita menjalani kehidupan lalu dan saat ini. Lindungi dan sayangi Ayah Ibu ya Allah, kan kupastikan perjuanganmu merawat, mendidik dan membesarkanku tidak akan sia-sia dan kesuksesanku kupersembahkan untuk kalian.
Dari aku yang masih berjuang mewujudkan mimpi dan harapan yang kalian titipkan di pundakku.