#MahakaryaAyahIbu: Kupersembahkan Suksesku Kelak untuk Ayah dan Ibu

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayahku hanya seorang buruh dan ibuku hanya ibu rumah tangga, tetapi aku bangga memiliki keduanya. Saat ini aku sudah masuk di semester 2 perkuliahan. Aku adalah mahasiswa arsitektur dari salah satu perguruan tinggi negeri. Sebenarnya aku tidak pernah membayangkan bisa kuliah. Setelah lulus SMP, aku sengaja masuk ke SMK karena aku fikir setelah lulus aku bisa langsung bekerja. Tetapi takdir Tuhan berkata lain.
Aku masuk ke perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN. Aku sangat bangga saat itu. Aku tidak menyangka kalau aku bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Namun keesokan harinya aku merasa dilema. Sebenarnya aku sudah bekerja di salah satu konsultan arsitektur di daerah Pringsewu. Aku bingung antara melanjutkan kerja atau kuliah.
Aku sangat bingung. Hari ini aku berfikiran untuk kuliah tetapi tiba tiba ingin kerja saja. Banyak sekali pertimbangan yang ada difikiranku. Aku berfikir kalau aku kuliah akan menghabiskan uang saja. Ayahku sudah bekerja terlalu keras. Tapi disisi lain, aku berfikir aku masih terlalu ke kanak-kanakan untuk bekerja. Aku masih tidak bisa memutuskan sampai beberapa hari sampai ayahku marah.
Ayahku berkata “Kalau mau kuliah ya kuliah, biaya nggak usah dipikirkan. Kalau nggak niat yaudah nggak usah”. Ucapan ketus seperti itu keluar dari mulut ayahku. Walaupun hanya lewat telepon, tetapi aku menangis mendengar ucapan ketusnya. Malam harinya aku memutuskan bahwa aku akan kuliah saja. Aku akan belajar sungguh sungguh di perguruan tinggi. Aku akan mencari banyak ilmu dan relasi untuk asetku di masa depan.
Sebenarnya aku mengajukan beasiswa bidikmisi, namun saat pengumuman aku dinyatakan tidak lolos seleksi bidikmisi dan mendapat UKT golongan 1 senilai Rp 500.000. Aku bersyukur karena UKT-nya tidak terlalu tinggi.
Hari pertama kuliah, aku memasang berbagai kata kata motivasi di dinding kamarku. Tujuannya agar aku tetap ingat dengan mimpi mimpiku. Aku ingin naik haji bersama kedua orangtuaku. Aku ingin membuatkan rumah untuk mereka. Aku ingin membuatkan usaha untuk mereka, dsb. Aku hanya ingin melihat mereka tertawa haru karena kesuksesanku. Aku ingat bagaimana kerasnya ayahku bekerja, sampai matanya pernah terkena percikan api las. Aku selalu ingat kejadian itu. Itu yang membuatku secara tidak langsung termotivasi untuk kuliah dengan sungguh sungguh.
Ibu pernah berpesan kepadaku,
Ayahmu hanya seorang buruh, kuliahlah yang sungguh sungguh. Jangan main main. Ubahlah kehidupan keluarga kita ketika kamu sudah sukses. Jangan jadi seperti ibu dan ayahmu. Jangan lupa sama Allah, jangan tinggalkan solat.
Pesan dari ibuku itulah yang membuatku merasa bertanggung jawab atas jalan yang telah aku pilih.
Aku membayangkan betapa indahnya senyuman mereka nanti saat kelulusanku. Saat kepalaku dipasangi toga nanti. Saat aku berhasil lulus cumlaude dengan IPK minimal 3,6. Aku yakin orangtuaku akan sangat bahagia saat itu. Aku akan berusaha sekeras apapun untuk melihat kebahagiaan diwajah orangtuaku.
Di kampus, aku sengaja mengikuti unit kegiatan kewirausahaan. Tujuanku jelas, aku ingin menumbuhkan jiwa kewirausahaanku supaya kelak atau bahkan sebentar lagi aku bisa memulai usaha atau bisnis. Di unit kegiatan itu, banyak sekali kegiatan kegiatan yang bermanfaat untukku. Perbulan pun aku mendapat penghasilan dari ukm ini. Kegiatannya ada koperasi, katering, jasa fotokopi dan laundry, dsb. Uang yang kudapat dari ukm langsung kutabung. Uang itu akan kugunakan untuk modal usahaku suatu saat.
Aku ingin memulai bisnis pembuatan tas atau dompet di kosanku. Aku ingin mendirikan kafe untuk kedua orangtuaku. Aku ingin mereka hanya duduk santai, mengawasi, kemudian mendapatkan uang dari kafe itu. Aku akan mempersembahkan kesuksesanku untuk kedua orangtuaku.