Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

#MahakaryaAyahIbu: Mamaku yang Kuat, Mamaku yang Hebat. Cintamu Tak Mudah Hancur oleh Apapun

terasjatim.com
terasjatim.com

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Saat aku mengenal dia yang begitu mencintaiku, aku mulai sadar apapun yang dia ajarkan adalah yang terbaik bagiku. Ya, dia adalah mama. Dia yang selalu mengajarkan banyak hal di rumah, di jalan, dan dimana pun aku berada baik saat aku dekat atau jauh darinya tentang hal mengampuni.

Mama adalah wanita tangguh yang menjalani hidup rumah tangganya dengan penuh perjuangan dan apa adanya. Kadang aku binggung, bagaimana mama dapat menghidupi keluarga dengan sepuluh anak hanya dengan gaji seorang suami yang bekerja sebagai guru PNS di SDN 112172 Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu yang waktu itu hanya sekitar satu jutaan saja. Hal yang lebih mencengangkanku lagi adalah dia mampu membuang jauh-jauh rasa malunya untuk mencari uang tambahan agar semua kebutuhan keluarganya terpenuhi.

Akhir bulan pun tiba, uang mulai menipis. Tapi mama tak habis akal untuk membuat kami tetap hidup. Dia mulai berhutang di warung dekat rumah untuk kebutuhan rumah tangganya. Kadang aku menangis melihat mama yang sekuat itu memperjuangkan kami. Mengatur semua hal yang serumit itu membuatku akhirnya memberanikan diri bertanya kepada mama.

"Ma, bagaimana mama bisa tenang saat berjuang untuk kami?" 

Mama tersenyum dan menjawabku, "Hidup adalah pilihan, pilihlah apa yang bisa diperjuangkan. Karrna tak ada hal yang tak mungkin, mengapa harus pusing? Kalau kita tulus hati dalam melakukan hal yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai".

Sungguh kuat sekali tekad mamaku bukan? Bak semen Gresik yang digunakan untuk pondasi bangunan.
 

Masih Tetap Berjuang.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Waktu itu tepatnya hari minggu tahun 2004, papa sosok pria pekerja keras itu sedang menikmati hari liburanya bersama kami anak-anaknya dan juga mamaku. Sorenya ayah mandi dan bersiap hendak menghadiri undangan pesta pernikahan bersama mama. Sungguh seperti bermimpi, papa mengalami stroke di tempat pesta tersebut hingga akhirnya papa harus dibopong pulang ke rumah oleh rang-orang yang ada di pesta itu. Mama frustasi, berteriak, dan marah. Tak tahu untuk siapa perbuatannya itu dia lakukan.

Memang mama adalah pribadi yang tidak pernah menunjukan kesedihannya dengan menangis di depan siapapun, apalagi di depan papa. Mungkin mama merasa papa tak mungkin bias terkena serangan stroke karna fisik papa sangat ideal. Karna masa itu di kampong halamanku, kebanyakan orang yang stroke adalah dengan porsi tubuh yang berlebih alias obesitas. Tapi, saat itu aku seperti tak mengenal mamaku dengan ekspresinya itu. Padahal, kami semua mengangis dan orang yang berdatangan pun menangis serta prihatin dengan situasi saat itu.

Dia tak berpangku tangan dan menerima nasib kalau teman hidupnya itu mulai tidak bekerja lagi. Meskipun masih ada gaji tiap bulan untuk mama, tapi beberapa bulan kemudian situasi mengharuskan papa pensiun dini dari tempat dia bekerja sehingga gaji yang mama terima pun akhirnya berkurang. Hari demi hari mama mengurusi semua, papa, kakak, aku, dan adik. Di kota lain beberapa kakakku telah merantau dan bekerja. Kadang kakak mengirimi mama uang untuk membantu mama menopang perekonomian keluarga kami dan pastinya melanjutkan hidup kami.

Uang memang bukan segalanya tapi memang saat itu mama sangat membutuhkan banyak uang untuk kehidupan kami, untuk biaya perobatan papa khususnya, dan untuk kebutuhan yang tak terduga lainnya. Banyak hal yang mama lakuin untuk kami, bahkan kami pun ikut merasakan susahnya mencari uang untuk bertahan hidup. Kami ikut menjual sayur kagkung, genjer, telur, kayu, dan apa saja yang bisa kami jual untuk menghasilkan rupiah. Sedih memang saat itu tapi aku banyak belajar dari keadaan yang menimpa mama dan juga kami.

Mama yang tak mudah putus asa dan tetap selalu berdoa dengan harapan ada perubahan nasib yang lebih baik dalam hidup anak-anaknya kelak. Berjuang dan berjuang dari pagi sampai malam untuk memikirkan makan apa besok, jualan apa besok, dan lain sebagainya terus mama pikirkan sehingga dia tak tahu hari ini hari apa atau ada apa. Sungguh, dia adalah mama terbaik dan terhebat yang membuatku terpukau atas keteguhan hatinya.
 

Kesedihan Mendalam yang Menguatkan.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Senin 26 juli 2005 tepat pukul 02.00 WIB papa pergi dengan banyak pesan yang disampaikan untuk mama, aku, dan  semua anaknya. Sungguh seperti sinetron yang mengharu biru tapi ini nyata dan sangat menguras tenanga serta air mata yang tak habis-habisnya. Mungkin papa sudah lelah atau mungkin papa sudah tak kuat lagi menahan sakit yang sudah dideritanya selama setahun.

Mama meradang lagi seperti orang yang sudah putus harapan dan tak ingin hidup lagi. Sedih sungguh menyayat hati atas pergian papa yang takkan pernah kami lihat lagi. Papa yang selalu berjuang, banting tulang, bahkan mengorbankan seluruh hidupnya hanya untuk buat mama dan kami anak-anaknya bangga. Ditengah rasa sedih yang masih menyelimuti hati, kami hantar papa ke tempat peristirahatannya yang terakhir dengan suasana hati seperti tak bernyawa ditambah tangisan yang pecah ketika papa sudah tertutup dengan tanah. Hancur, sungguh hancur sampai tak terucapkan semua kesedihan yang kelurga kami alami.

Mama adalah pribadi yang cepat-cepat bangkit. Tak tahu entah karna banyak terima wejangan dan harapan dari sanak saudara yang menguatkan mama dan mengharapkan mama tegar, kuat, dan semangat menjalani hidup dengan tanggung jawab yang besar untuk anak-anaknya, entahlah tapi yang pasti mama kuat dan tegar seperti dinding-dinding rumah yang sudah lama diplester dengan semen Gresik sepertinya. Tapi yang pasti mama sungguh kuat luar biasa.

Wisuda yang Membuat Mama Bangga.

facebook
facebook

Setelah kepergian papa, hidup tetap berjalan seperti biasa. Aku pun akhirnya masuk ke universitas dengan harapan bisa seperti papa, menjadi guru teladan dan dihormati banyak orang. Hari demi hari, tahun demi tahun kujalani perkuliahanku dengan tekun. Hal yang membuat aku lebih bersemangat lagi dalam studiku adalah ketika aku didukung kakak-kakakku baik dari segi moril maupun materil dan sesekali dibantu oleh mama.

Tapi, aku tetap berusaha sendiri supaya aku dapat bertahan di kota orang dengan mengajar private anak SD untuk memperoleh uang tambahan sewaktu kuliah. Tepat di bulan oktober tahun 2010 dengan usaha dan jerih payah akhirnya aku pun lulus sidang skripsi dengan nilai yang cukup bagus.

Beberapa bulan kemudian aku pun wisuda. Dengan bangga aku melangkah ke depan menghampiri dosen yang memanggil namaku begitu juga nama papa serta mamaku  yang membuat mataku mampu berkaca-kaca ditambah dengan senyum bahagia karna satu tahap lagi dalam hidupku berhasil kulewati. Waktu itu mama dan kakakku turut serta menghadiri wisudaku. Kuhampiri mereka dengan penuh kebahagiaan sambil berurai air mata dan teriak kebahagiaan, kupeluk mamaku yang kuat itu dengan penuh kasih mesra.

Melihat mama waktu itu membuat aku berjanji dalam hati, aku akan membuat mama bangga, senang, dan merasa beruntung memiliki anak seperti aku supaya mama tidak perlu berlelah-lelah lagi mencari uang diusianya yang tidak muda lagi.
 

Dihantar Mama ke Altar

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Ijazah sudah ditangan, beberapa bulan berikutnya aku diterima kerja di sekolah Methodist 2 Rantauprapat. Usaha hingga bisa sampai kesana sungguh membuatku bahagia, setiap hari aku berdoa, menyiapkan lamaran kerja, pergi kesana-kemari, dan mencari info lowongan kerja.

Saat itu aku bertekad tempat kerja apapun kelak yang menerimaku bekerja akan kuterima dan akan kuberikan tenaga, pikiran, serta waktuku yang terbaik di tempat dimana aku bekerja. Setiap bulan kuabdikan gajiku hanya untuk mamaku, kebetulan kala itu mama sudah mulai sakit diabetes sehingga membuat mama tak mampu lagi untuk bekerja.

Sungguh, mujizat Tuhan itu besar diatas keluargaku. Ada saja jalannya berkat yang Dia atur didalam kami anak-anak mama, aku yakin ini semua karna doa mama yang tak putus untuk kami anak-anaknya. Maka aku yakin semua karna mama dan hanya doa mama.

Tiga tahun bekerja dan kujalani hidup hanya untuk mama, banyak harapan mama dan kakak agar aku kelak berjodoh dengan pria yang ada di kampungku Aek Nabara tercinta saja agar ada yang menjaga mama dan yang dekat dengan mama, maklum saja kakakku semua berjodoh dan menetap di kota lain. Tapi Tuhan berkata lain, aku dipersunting seorang pria dari perjodohan orangtua murid yang kuajar waktu itu meskipun aku sendiri tak pernah memintanya. Sungguh jodoh tak ada yang tahu, jalan Tuhan memang membuat takjub. Kami pun akhirnya menikah tepat pada hari sabtu 28 juni 2014, air mata bahagia pun pecah kala itu menghantar aku kepada pria pilihanku dan begitu juga keluarga baruku.

Dari raut wajah mama yang selalu menjadi motivasi dalam hidupku itu kulihat senyum yang sudah lama tersimpan dari wajahnya, dialah mamaku, mama yang tak pernah lelah kubawa selalu dalam doaku agar dia selalu bahagia, sehat-sehat, dan panjang umur. Mamaku yang kuat, mamaku yang terhebat, sehebat semen Gresik yang tak mudah hancur oleh apapun.
 

Share
Topics
Editorial Team
Vina Kristina Rumahorbo
EditorVina Kristina Rumahorbo
Follow Us