6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudara

Kamu mengutamakan terjaganya hubungan baik

Dalam setiap hubungan menjaga kerukunan amat utama. Namun, menerapkannya sepanjang interaksi bukan hal yang mudah. Tak terkecuali dengan saudara kandung yang terdiri dari kakak dan adikmu. Ketika kalian masih kecil, pertengkaran yang terjadi hanya seputar hal-hal sepele seperti mainan atau jajanan.

Namun, seiring bertambahnya usia bahan pertengkaran makin bervariasi dan kalian bisa marahan dalam waktu yang lumayan lama. Bagus sekali bila kamu segera menyadari tentang pentingnya mencegah pertikaian dengan saudara sendiri. Dirimu tidak lagi berpegang pada perasaan benar versimu, melainkan mengutamakan hubungan yang harmonis.

Sebab jika persaudaraan telanjur hancur oleh pertengkaran demi pertengkaran, sukar buat mempersatukan kalian kembali. Meski awalnya tidak mudah untukmu bersabar dan sedikit mengalah, akhirnya kamu dapat lebih mengendalikan diri. Kesadaranmu barangkali terpicu oleh perenungan akan enam alasan menghindari pertengkaran dengan saudara berikut ini.

1. Rawan membagikan aib masing-masing

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi pertengkaran (pexels.com/Karolina Grabowska)

Teman yang tidak terlalu dekat saja dapat dengan atau tanpa sengaja mengetahui aibmu. Apalagi saudara kandung yang bertahun-tahun tinggal seatap denganmu. Ia tahu segala sisi baik dan burukmu, juga berbagai kesulitan hidupmu. Kalau pertengkaran di antara kalian tidak segera diredam serta didamaikan, pengetahuan akan aib dapat digunakan buat saling menyerang.

Bukan artinya aibmu buruk sekali sehingga kamu ketakutan diketahui oleh banyak orang di luar keluarga. Akan tetapi, saling membongkar aib bukanlah hal yang baik. Jika Tuhan saja menutupi aib kalian, kenapa sebagai saudara kamu dan dia justru sewaktu-waktu dapat saling menelanjangi?

Dirimu sungguh-sungguh tidak ingin terpeleset dalam tindakan yang hina tersebut. Mengumbar aib saudara seolah-olah kamu lebih suci darinya. Maka dari itu, dirimu berusaha mendinginkan suasana. Bila pun saudaramu terlebih dahulu memprovokasi, kamu bertahan untuk tak terpengaruh.

Baca Juga: 3 Alasan Membiasakan Anak untuk Memecahkan Masalah Sendiri 

2. Gak mau orangtua sedih

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi dua bersaudari (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu sadar bahwa rukun atau tidaknya dirimu dengan saudara bakal berujung pada perasaan serta pikiran orangtua. Mereka tentu tak menginginkan anak-anaknya seperti musuh bebuyutan. Orangtua membesarkan kalian dengan cinta dan ajaran yang sama tentang kerukunan.

Akan tetapi, entah kenapa makin ke sini kalian justru bertengkar terus. Hati orangtua dapat remuk menyaksikan kalian tidak bisa akur saban bertemu. Alih-alih bercanda dan bertukar cerita, kamu serta saudara malah saling mencela, berbahasa kasar, meninggikan suara, bahkan boleh jadi pernah terjadi kontak fisik ketika emosi tidak terkendali.

Ketika dirimu pelan-pelan kian menyadari ada hati orangtua yang perlu dijaga, kamu pun belajar lebih keras buat menstabilkan emosi. Bila saudara masih mau mendengarkanmu, dirimu mengajaknya biar kalian bisa akur seperti dahulu. Tapi seandainya ia keras kepala, setidaknya dari pihakmu tak menjadi bahan bakar yang mudah tersulut serta tetap memprioritaskan ketenangan pikiran orangtua.

3. Biar tak kikuk saat bertemu

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi pertemuan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Walaupun kalian tinggal berjauhan, sebagai keluarga tentu kamu dan saudara masih cukup sering bertemu. Mungkin saat hari raya, sama-sama sedang menjenguk orangtua, atau berpapasan di jalan. Pertemuan tersebut bakal canggung sekali apabila selama ini kalian kerap ribut dengan serius. 

Kamu bertemu orang asing saja gak sekikuk ketika berjumpa dengan saudara yang sering jadi seterumu. Namun, saat kalian berdekatan rasanya ingin segera saling menjauh. Saling menyapa menjadi tidak mudah, enggan bertatapan, dan masing-masing siap kabur kapan pun ada kesempatan.

Jika sebuah acara telah direncanakan oleh pihak ketiga dan kamu tahu saudaramu akan hadir, dirimu lebih suka gak datang. Demikian pula sebaliknya sehingga makin lama hubungan bakal makin renggang dan tak lagi seperti saudara. Kamu gak mau hubungan kalian seperti itu sehingga mulai mengendalikan diri agar tidak bertengkar dengan adik atau kakak. 

4. Malu pada orang-orang di sekitar

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi bertengkar (pexels.com/Juan Cordero)

Pertengkaran dengan saudara meski terjadi di dalam rumah atau grup WA biasanya mudah diketahui oleh orang lain. Mereka melihatnya dari kurangnya kebersamaan kalian. Jika mereka menanyakan tentangmu pada saudaramu, kakak atau adikmu gak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

Demikian pula ketika mereka bertanya tentang saudaramu, sekalipun kamu tak menjelek-jelekkannya juga terlihat kurangnya pengetahuanmu. Dengan cepat mereka tahu bahwa kalian sebetulnya amat jarang berkomunikasi, tidak ada keterbukaan satu sama lain, dan ada masalah yang serius. Kalian tak saling menjelekkan saja, orang lain dapat menebaknya.

Apalagi jika sekali saja kalian menceritakan kelakuan masing-masing pada orang lain. Cerita itu bakal cepat menyebar. Atau, gaya bertengkar kalian dengan saling berteriak ketika di dalam rumah. Pintu boleh tertutup rapat, tetapi suara kalian tetap sampai ke telinga orang-orang.

5. Jika kebencian memuncak bisa sangat berbahaya

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi dua bersaudari (pexels.com/Liza Summer)

Kemarahan dan kebencian ibarat api. Api di tungku, kompor, puntung, korek api, dan lainnya tetaplah api yang mempunyai kemampuan membakar serta terus membesar. Begitu pula kebencian antarsaudara. Jangan mengiranya tidak seberbahaya kebencian dengan orang lain.

Di beberapa berita kriminal, pelaku dan korban ternyata masih memiliki hubungan darah. Anak bisa melukai orangtua dan sebaliknya, begitu juga antara kakak dengan adik. Mereka semua seharusnya saling menjaga, bukan malah saling membahayakan.

Tapi begitulah kebencian yang begitu kuat akan menumpulkan nurani. Jika sesuatu telah terjadi hanya tersisa penyesalan. Apa-apa yang selama ini diributkan ternyata gak sebanding dengan hubungan persaudaraan yang mestinya dirawat. Kamu gak mau keburukan sebesar itu terjadi dalam keluarga.

6. Masih banyak urusan bersama

6 Alasan Menghindari Pertengkaran dengan Saudarailustrasi tiga bersaudari (pexels.com/Nano Erdozain)

Urusan kalian tidak hanya selama orangtua masih ada seperti kumpul keluarga atau merawat keduanya yang sakit. Selepas orangtua berpulang pun, kalian masih mempunyai urusan bareng seperti pengurusan harta benda peninggalan mereka. Bila kalian tidak rukun, semua urusan itu menjadi tidak berjalan dengan lancar. 

Malah hubunganmu dengan saudara kian memanas oleh berbagai perbedaan pendapat. Kakak bisa menekan adiknya dengan memaksakan ini dan itu, sementara adik melawan dengan begitu keras sampai saudara tua pun sakit hati serta merasa tidak dihormati. Situasi bakal jauh lebih baik seandainya keharmonisan dirawat.

Sekalipun perbedaan pendapat tetap ada, tetapi tidak berkembang menjadi cekcok. Kalian dapat fokus mengatasi masalah bersama dan menikmati acara-acara keluarga. Kehangatan dalam keluarga yang terjaga membuat kalian merasakan energi positif setiap bertemu.

Alasan menghindari pertengkaran dengan saudara sepatutnya sudah ada di dalam pikiranmu sebelum bertindak. Pasalnya, bertengkar dengan siapa pun pada dasarnya memang gak baik. Apalagi dengan saudara kandung yang seyogianya saling menyayangi. Bukannya adu mulut, kalian perlu saling melembutkan perkataan. Kemampuanmu menghindari dan mencegah keributan dengan kakak serta adik perlu diapresiasi dan menjadi bagian dari pengendalian emosi yang baik.

Baca Juga: 5 Tips Gak Tertekan Hadiri Bukber Keluarga Tanpa Pasangan

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya