5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepi

Tak sekadar melihat nisan, tapi juga kenangan

Berziarah dapat dilakukan kapan saja kamu mempunyai waktu luang. Namun, sebagian masyarakat menjadikan minggu-minggu terakhir sebelum Ramadan sebagai waktu berkunjung ke makam, terutama makam orangtua. Di Jawa Tengah, tradisi ini disebut nyadran atau sadranan.

Namun, kapan pun kamu berziarah ke makam orangtua, rasanya pasti berbeda dengan ketika dirimu mendatangi makam-makam lainnya. Ini tidak sama dengan sekadar main karena berapa pun lamanya mereka telah berpulang, emosimu pasti terbangkitkan ketika berada di makamnya. Apalagi jika kamu gak datang dalam rombongan besar, sehingga suasananya lebih khidmat.

Gak salah kalau perasaanmu tetap campur aduk, meski orangtua bukan baru sehari atau dua hari dimakamkan. Hubungan antara anak dengan orangtua memang amat dalam, sehingga rasanya tak terputus oleh perbedaan alam sekalipun. Lima perasaan ini barangkali juga meliputimu ketika bersimpuh di samping nisan orangtua.

1. Kangen, tapi gak bisa lagi bertemu

5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepiilustrasi ziarah (pexels.com/RDNE Stock project)

Akan ada hari ketika rasa rindumu yang begitu besar pada orangtua hanya dapat dibahasakan melalui doa dan bunga yang ditaburkan atau diletakkan di atas pusaranya. Rindumu seperti ombak yang tidak pernah mencapai tepian dan bergemuruh dalam dadamu. Rasa kangen itu bisa kian menyakitkan kalau waktu membuatmu agak melupakan wajah orangtua.

Ya, dua hal yang bertolak belakang begini sangat mungkin kamu alami setelah orangtua lama pergi. Kalau dirimu tidak melihat fotonya, parasnya mulai kabur dalam ingatanmu. Namun, tidak dengan segala kenangan tentangnya yang justru seperti dipertajam seiring waktu.

Dirimu ingat ketika berada dalam gendongan orangtua di masa kamu bebas bermanja-manja. Akan tetapi, kini semua itu tinggal kenangan yang terasa begitu jauh dari jangkauanmu. Kamu tidak lagi bisa bermanja-manja pada siapa pun bahkan ketika kehidupan terasa begitu keras dan dirimu hanya butuh pelukan sehangat dekapan orangtua.

2. Terharu mengingat perjuangan dan nasihat-nasihatnya

5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepiilustrasi ziarah (pexels.com/RDNE Stock project)

Buat kamu yang sempat menyaksikan betapa hebatnya perjuangan orangtua baik dalam membesarkanmu maupun melawan penyakitnya tentu gak akan melupakan bagian ini. Sampai kapan pun dirimu akan mengenangnya sebagai sosok yang amat tangguh. Daya juangnya belum tentu bakal mampu disamai olehmu.

Kamu juga bisa berjuang seperti mereka. Namun, perjuanganmu yang masih buat diri sendiri saja selalu diwarnai keluhan. Sementara itu, orangtua yang memperjuangkan seluruh anggota keluarga mampu melakukannya dalam diam bahkan senantiasa bersyukur serta menanamkan optimisme pada anak-anaknya.

Setiap nasihat orangtua akan kembali terngiang seakan-akan dirimu baru mendengarnya kemarin. Sosoknya memang telah pergi untuk selamanya. Namun, nasihat-nasihatnya dan latar waktu serta tempat ketika orangtua menyampaikannya masih jelas dalam ingatanmu.

Baca Juga: 7 Kegiatan Merayakan Hari Ayah untuk Ayah yang Sudah Meninggal Dunia

3. Bahagia jika berhasil menjadi anak baik dan berguna untuk banyak orang

5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepiilustrasi ziarah (pexels.com/RDNE Stock project)

Meski melanjutkan hidup tanpa keberadaan orangtua di sisi bukan hal mudah, kamu bisa datang ke makam mereka dengan rasa bahagia. Ini karena dengan segala kesulitan yang dialami selepas kepergian orangtua, dirimu tumbuh menjadi pribadi yang baik. Padahal, hilangnya figur orangtua di usiamu yang masih cukup muda bisa saja membuat kamu salah pergaulan dan kurang memiliki kualitas diri.

Namun, hal tersebut tak terjadi padamu. Lebih dari sekadar menjadi anak yang baik, tidak nakal apalagi jahat, kamu bahkan memberikan manfaat untuk banyak orang. Kepandaian, kerja keras, serta pengabdianmu berguna buat masyarakat luas. 

Kamu tahu bahwa sekalipun orangtuamu bukan tipe penuntut, itulah yang pasti sangat mereka inginkan darimu. Ketika dirimu berziarah ke makam orangtua, ada rasa bangga karena telah mewujudkan harapan terbesar mereka. Kamu berharap bahwa semua hal baik yang berhasil dilakukan untuk banyak orang juga dapat menjadi tambahan amal kedua orangtua sebab mereka yang sudah membentuk fondasinya dengan berbagai ajaran.

4. Sedih kalau merasa belum memberikan yang terbaik

5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepiilustrasi ziarah (pexels.com/Arina Krasnikova)

Namun, kamu juga dapat datang ke makam orangtua dengan kesedihan menyayat-nyayat batin. Berkebalikan dengan poin di nomor tiga, dirimu merasa menjadi orang yang gagal dalam segala hal. Kamu merasa belum bisa memberikan apa-apa buat orangtua selagi mereka hidup.

Hingga sekarang pun, kehidupanmu seperti tidak ada perkembangan. Kamu serba biasa dalam pencapaian hidup bahkan merasa tertinggal dari teman-teman sebayamu. Dirimu berziarah dengan rasa lelah dan hampir putus asa dalam menjalani hidup selepas kepergian orangtua.

Kamu tidak menyangka bahwa berada di dunia tanpa mereka bukanlah hal yang mudah sekalipun kawanmu banyak. Ada ketakutan, bahwa sampai kapan pun, dirimu tak bakal mampu memberikan yang terbaik buat orangtua. Kamu gak bisa bikin nama mereka dihormati orang-orang melalui pencapaianmu.

5. Marah bila belum mampu mengikhlaskan kepergiannya

5 Perasaan saat Berziarah ke Makam Orangtua, Rindu yang Tak Bertepiilustrasi ziarah (pexels.com/RDNE Stock project)

Waktu berjalan dan bukan berarti akan mudah bagimu buat menerima kepergian orangtua. Sebagian orang yang berduka bisa pulih seiring waktu dan merelakan kepergian orang yang dikasihinya. Namun, beberapa orang seperti terjebak dalam rasa tak terima atas takdir tersebut.

Apakah kamu termasuk di dalamnya? Dirimu bukan hanya masih merasa sedih atas kepergian orangtua, tetapi bahkan marah terhadap ketetapan Tuhan. Kamu selalu menggugat-Nya dengan berbagai pertanyaan, seperti kenapa orangtuamu harus dipanggil secepat ini?

Padahal, kawan-kawanmu masih memiliki orangtua dan hidup mereka menjadi lebih mudah serta nyaman. Apakah Tuhan tidak mengasihimu atau justru orangtua yang bosan hidup bersamamu? Pertanyaanmu yang didasari oleh kemarahan bakal makin jauh dari akal sehat sehingga membuat kamu kian terluka. 

Berpulangnya orangtua memang menjadi momen yang tidak mudah dilalui oleh anak. Terlebih dalam usiamu yang masih muda sehingga berbagai perasaan bisa menguasaimu saat berziarah ke makam hingga bertahun-tahun kemudian. Namun sepahit apa pun takdir yang memisahkan kalian, kamu harus belajar menerimanya dengan ikhlas.

Selalu ingat bahwa setiap manusia akan kembali pada Penciptanya. Sayang apabila masa depanmu yang masih panjang diliputi emosi yang negatif sepeninggal orangtua. Relakan kepergian mereka dan jangan terlalu menyalahkan diri atas jalan hidupmu yang menjadi lebih berliku, dibandingkan teman-teman yang masih mempunyai orangtua. Tuhan tidak akan mengambil apa pun darimu, kecuali telah menyiapkan pengganti yang tak kalah baiknya meski dalam bentuk berbeda.

Baca Juga: 5 Langkah Bijak Hadapi Keluarga yang Meninggal Dunia, Harus Tegar!

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya