Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Ajari Anak Menghargai Makanan, agar Mereka Pandai Bersyukur

ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Alex Green)

Kebiasaan anak kurang menghargai makanan sudah sepantasnya membuat orangtua waswas. Ia menjadi rewel sekali soal menu di rumah, kerap tidak mau menghabiskan makanannya hingga berakhir mubazir. 

Jangan sampai perilaku yang buruk ini bertahan hingga anak dewasa. Mumpung ia masih kecil, mari mengubahnya agar lebih menghargai makanan. Tujuh cara ini efektif untuk memperbaiki sikap anak terkait makanan.

1. Ceritakan cara orangtua bekerja sampai dapat membeli makanan

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tidak perlu menutupi perjuangan orangtua setiap hari demi dapat membeli makanan untuk keluarga di rumah. Jika orangtua tak pernah menggambarkan cara mereka mencari uang dan membaginya untuk berbagai kebutuhan, anak sulit berempati.

Ia hanya peduli pada makanan yang menurutnya enak. Padahal enak atau tidak suatu makanan menurut selera anak, itu tetap dibeli dari hasil kerja keras orangtua. Anak harus belajar memahami hal ini supaya ia mampu menghargai dua hal sekaligus, yaitu makanan dan orangtuanya.

2. Jelaskan proses pembuatan makanan

ilustrasi memasak bersama anak (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi memasak bersama anak (pexels.com/August de Richelieu)

Proses pembuatan yang dimaksud bukan sebatas cara memasaknya. Akan tetapi juga asal-usul setiap bahan. Seperti kue yang terbuat dari gandum, gula, dan susu. 

Petani gandum harus menanam dan merawat tanaman gandum sekian lama sampai siap dipanen. Kemudian biji gandum perlu diolah dulu menjadi tepung. Gula pun diperoleh dari kerja panjang petani tebu atau aren. Begitu pula sapi baru dapat menghasilkan susu di usia tertentu.

3. Beri tahu anak tentang orang-orang yang kesulitan makan dengan layak

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Timur Weber)

Terlalu melindungi anak dari pahitnya kenyataan hidup bukanlah cara mendidik yang baik. Anak harus mengenal berbagai keadaan manusia di dunia ini. Tidak semuanya sejahtera seperti dirinya.

Tak perlu ragu untuk sesekali mengajak anak membaca atau menyaksikan tayangan tentang orang-orang yang kelaparan. Ini mungkin akan membuat anak terkejut. Namun, baik sekali buat membentuk rasa syukur serta kemampuannya berempati.

4. Jelaskan kandungan gizi makanan

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Any Lane)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/Any Lane)

Sikap anak yang tidak menghargai makanan dapat timbul dari ketidaktahuan tentang kandungan gizinya. Anak tak mengerti vitamin dalam sayuran yang disajikan, maka dia selalu membuangnya.

Memarahi anak gak akan menyelesaikan masalah sampai tuntas. Anak perlu diberi tahu tentang manfaat dari menyantap sayuran untuk dirinya, bukan orangtua. Jika hal ini konsisten dilakukan, anak lama-lama mengerti dan mau makan sayur.

5. Ajari anak untuk mengambil makanan sedikit demi sedikit daripada tak habis

ilustrasi anak sedang menatap makanan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak sedang menatap makanan (pexels.com/cottonbro studio)

Kemampuan anak untuk mengukur batas kenyangnya memang masih kurang. Maka dari itu, kita perlu melatihnya. Jangan malah membiarkan anak mengambil makanan sebanyak mungkin.

Selalu ingatkan anak agar mengambil makanan sedikit dulu. Kalau makanan di piring telah habis dan anak masih lapar, boleh ambil lagi. Katakan pada anak bahwa membuang-buang makanan bukanlah perbuatan yang baik.

6. Ajak anak berbagi makanan pada orang yang membutuhkan

ilustrasi berbagi makanan (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi berbagi makanan (pexels.com/RODNAE Productions)

Anak harus melihat sendiri raut bahagia dan penuh syukur orang-orang yang memperoleh makanan gratis. Dengan begitu, pelan-pelan anak menyadari betapa berharganya makanan bagi manusia.

Hanya karena anak bisa makan apa pun dengan mudah, bukan berarti makanan jadi gak penting. Anak yang kerap diajari berbagi makanan bakal bersikap lebih baik pada menu apa pun yang disajikan orangtua. Ia mengerti bahwa apa yang diperolehnya nyaris tanpa usaha, boleh jadi didapatkan orang lain dengan susah payah.

7. Kenang sederhananya makanan orangtua dahulu

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/cottonbro studio)

Tak sedikit dari kita yang tumbuh dalam keterbatasan. Paling tidak, zaman kita kecil variasi makanan belum sebanyak sekarang. Orangtua dapat menceritakannya untuk membangun sikap positif anak terkait makanan.

Seperti menceritakan bahwa dulu kita gak pernah makan telur utuh karena harus dibagi-bagi dengan saudara. Itu pun tidak bisa setiap hari. Sedang sekarang anak dapat makan telur utuh tiga kali sehari, masih ditambah menu lain.

Reaksi pertama anak biasanya merasa kasihan pada kita. Kemudian dia mulai menyadari betapa berharganya sebutir telur yang tidak bisa dinikmati semua orang dan makanan-makanan lainnya.

Sikap menghargai makanan merupakan dasar dari rasa syukur. Manusia tidak bisa lepas dari makanan. Oleh karena itu, mengajari anak tentang rasa syukur sebaiknya diawali dari membentuk kemampuannya dalam menghargai makanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us