Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak menangis (unsplash.com/zacharykadolph)

Orangtua tentunya selalu berharap agar anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara jasmani dan rohani. Walaupun terkadang tidak semua anak dapat memiliki masa kecil yang baik.

Salah satunya adalah bila anak justru memiliki trauma tersendiri sejak kecil. Trauma yang dimilikinya itu nanti akan terbawa hingga ia tumbuh dewasa. Oleh sebab itu, orangtua harus paham beberapa tips berikut ini untuk menangani trauma pada anak.

1. Pahami seberapa besar reaksi anak terhadap traumanya

ilustrasi anak menangis (unsplash.com/zahraamiri_)

Setiap anak biasanya memiliki reaksi yang berbeda pada setiap trauma yang dimiliki. Ada anak yang merespon trauma dalam batas wajar, tetapi ada pula yang justru sampai pada tahap yang ekstrem.

Melalui observasi yang dilakukan orangtua, maka setidaknya tahapan trauma yang dimiliki anak jadi dapat diketahui. Dengan begitu, orangtua pun jadi dapat mengambil langkah selanjutnya untuk membantu menangani trauma tersebut.

2. Hindari hal-hal yang bisa memancing trauma anak

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/annushka-ahuja)

Kadang kala ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab trauma pada anak. Orangtua tentunya memiliki tanggung jawab penting untuk mengetahui penyebab dari trauma tersebut.

Tentunya hal-hal tersebut dapat memancing trauma pada anak apabila ia mengalami situasi serupa. Oleh sebab itu, orangtua harus berusaha untuk mencegah hal-hal yang sekiranya dapat memancing trauma tersebut terulang kembali.

3. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak

ilustrasi mengawasi anak (pexels.com/julia-m-cameron)

Memiliki trauma tentunya sangat tidak nyaman, jangankan untuk anak kecil, orang dewasa pun demikian. Tentunya anak akan terus merasa tidak tenang jika harus berada dalam lingkungan tertentu, apalagi jika sampai memancing traumanya.

Orangtua harus berusaha keras untuk terus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak. Dengan lingkungan tersebut, anak akan merasa dilindungi dan dapat mencegah dirinya dari trauma yang terulang kembali.

4. Jangan batasi ruang aktivitasnya

ilustrasi memarahi anak (pexels.com/ketut-subiyanto)

Sering kali memang trauma yang dimiliki dapat sangat mengganggu aktivitas, termasuk untuk anak. Pada tahap inilah orangtua semestinya paham bagaimana caranya agar aktivitas anak tak sampai terganggu.

Cobalah untuk tidak sampai membatasi ruang aktivitas anak. Namun, orangtua perlu memastikan bahwa ruang aktivitas anak tetap aman dan nyaman, sehingga anak tak merasa takut dalam menjalaninya.

5. Membawa ke psikiater untuk penanganan lebih lanjut

ilustrasi trauma (pexels.com/mart-production)

Orangtua tidak akan tahu seberapa ekstrem trauma yang dimiliki anak jika tidak memeriksakannya. Apalagi jika anak mulai menunjukan reaksi yang ekstrem, hingga mengganggu aktivitasnya.

Membawa anak ke psikiater tentu menjadi cara yang paling bijak. Anak akan memperoleh penanganan yang lebih baik, sehingga traumanya pun dapat diatasi.

Orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk mencegah atau membantu menangani trauma pada anak. Dengan begitu, anak tak akan membawa rasa traumanya hingga dewasa nanti. Orangtua harus peka, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team