Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pertanyaan untuk Membuka Obrolan dengan Anak, Bantu Bangun Kedekatan

ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)
ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)

Bagaimana komunikasi ayah dan bunda dengan sang buah hati? Apa sang anak mau menceritakan berbagai macam hal dengan orangtuanya? Kalau belum, tidak mengapa, kok. Masih ada cara untuk membuat anak lebih terbuka kepada orangtua.

Mungkin selama ini memang jarang ada komunikasi di dalam keluarga. Sehingga, anak agak canggung mengobrol banyak bersama orangtuanya. Untuk itu, orangtualah yang pertama kali harus memancing anak agar mau mengobrol. Lima pertanyaan di bawah ini bisa ayah bunda lontarkan kepada anak sebagai bahan pembuka obrolan.

1. Bagaimana harimu berlangsung?

ilustrasi keluarga (unsplash.com/Jonathan Borba)
ilustrasi keluarga (unsplash.com/Jonathan Borba)

"Bagaimana harimu berlangsung?" merupakan pertanyaan yang memiliki banyak makna. Dengan satu pertanyaan kecil ini bisa menggali banyak cerita dan informasi dari sang anak. Tergantung bagaimana anak mendeskripsikan pertanyaan tersebut di pikirannya.

Bisa jadi anak akan menceritakan harinya dari sisi pengalamannya, perasaannya atau keadaan sekitarnya. Orangtua sebagai lawan bicara juga bisa memberikan pertanyaan lanjutan untuk merespon penjelasan sang anak. Sehingga, komunikasi lebih panjang dan mengalir.

2. Bagaimana pelajarannya tadi di sekolah?

ilustrasi keluarga (unsplash.com/sofatutor)
ilustrasi keluarga (unsplash.com/sofatutor)

Bagi orangtua yang punya anak yang sedang duduk di bangku sekolah, bisa menanyakan bagaimana pembelajaran sang anak sewaktu di sekolah. Tujuannya, agar bisa mengetahui perkembangan akademik sang anak dan juga keadaan di sekolahnya. Baik itu mengenai gambaran guru-gurunya dan teman-temannya.

Dari pertanyaan ini, orangtua juga bisa melihat apakah anak menyukai mata pelajaran dan kegiatannya di sekolahnya. Sehingga, kalau ada kendala bisa turun tangan memberikan bantuan atau nasihat. Karena bagaimanapun orangtua punya tanggung jawab dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya, termasuk dalam urusan menyekolahkannya.

3. Kamu punya rencana apa dalam waktu dekat?

ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)
ilustrasi keluarga (unsplash.com/National Cancer Institute)

Menanyakan apa rencana anak bukan hanya sekadar untuk mendapatkan jawaban satu atau dua kata semata. Namun, juga untuk menggali lebih dalam tentang pemikiran dan keinginan sang anak. Jadi, bisa memantau lebih detail mengenai pergerakan dan kehidupannya.

Kalau sekiranya ada rencananya yang kurang tepat, orangtua boleh memberikan sudut pandang diri sendiri dengan tanpa bermaksud menghakimi pilihan anak. Kemudian, jika rencananya sudah tepat, dukunglah anak dan permudah langkahnya.

4. Ada yang bisa dibantu, Nak?

ilustrasi anak kecil (pixabay.com/severyanka)
ilustrasi anak kecil (pixabay.com/severyanka)

Setiap orang pasti senang dibantu. Karena akan merasa keberadaannya dipedulikan serta diperhatikan. Apalagi bentuk bantuan itu diberikan oleh orangtua sendiri. Pasti sang anak akan merasa sangat bahagia.

Menawarkan bantuan kepada sang anak cocok menjadi bahan pembuka untuk obrolan yang bersifat ringan dan basa-basi. Karena momen yang diambil biasanya ketika anak sedang sibuk dan buru-buru. Sehingga, dikhawatirkan akan terganggu dan tidak fokus kalau harus mengobrol panjang lebar.

5. Kira-kira kita pergi ke mana weekend nanti, ya?

ilustrasi keluarga (unsplash.com/CDC)
ilustrasi keluarga (unsplash.com/CDC)

Bertanya tempat tujuan yang ingin dikunjungi kepada anak merupakan bahan obrolan santai yang bisa membangun kebersamaan. Pertanyaan tersebut bermaksud untuk mendengar pendapat dari sudut pandang sang anak. Sehingga, anak akan akan merasa dihargai pendapatnya.

Dalam keluarga sangat penting untuk memiliki kebebasan berpendapat. Jadi, setiap anggota keluarga punya haknya masing-masing dalam menyampaikan pemikirannya. Peran orangtualah dalam menjembatani ruang yang aman bagi semua anak untuk berpendapat.

Ayah dan bunda mungkin sering lupa untuk meluangkan waktu mengobrol bersama anak. Makannya, anak merasa canggung kalau harus memulai obrolan lebih dulu. Untuk itu, orangtualah sebagai role model yang harus berinisiatif membuka obrolan dengan sang anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Mia Lubis
EditorMia Lubis
Follow Us