Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menyesuaikan Mimpi Orangtua dengan Realitas Finansial, Harus Dipenuhi?

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Ron Lach)
Intinya sih...
  • Beri tahu orangtua informasi lengkap dan terkini terkait mimpinya
  • Jangan ragu terbuka akan kondisi keuangan dan prioritasmu
  • Ajak orangtua patungan

Sebagai anak, pernahkah kamu merasa terbebani secara finansial oleh impian orangtua? Ketika dirimu belum punya pendapatan sendiri, mimpimu yang amat tinggi dapat memberatkan orangtua. Seperti kamu berkeras kuliah di jurusan yang mahal padahal ekonomi orangtua pas-pasan.

Namun setelah dirimu bekerja, gantian impian orangtua yang membebanimu. Mereka menginginkan sesuatu yang menuntutmu mengeluarkan banyak uang. Contohnya, keinginan orangtua agar kamu membantu mereka membiayai perjalanan untuk ibadah yang tak murah.

Atau, kehendak mereka supaya kamu sebagai anak tertua menggelar pesta pernikahan yang meriah buat adik. Dapat pula dirimu diharapkan membiayai adik yang akan berkuliah di jurusan pendidikan dokter yang tentu saja sangat mahal. Kalau kamu punya banyak uang sih tak masalah. Akan tetapi dengan kondisi finansialmu yang tidak mendukung, ambil langkah sebagai berikut.

1. Beri tahu orangtua informasi lengkap dan terkini terkait mimpinya

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Kampus Production)

Terkadang impian orangtua menjadi tidak realistis dan sukar dipenuhi bukan lantaran mereka sengaja ingin membuatmu stres. Mereka hanya kurang memahami informasi terkini seputar keinginannya. Misalnya, dulu almarhum ayahmu menggadaikan tanah supaya kamu bisa bersekolah sampai tinggi. Lantaran ia tidak bisa mengembalikan uangnya, tanah pun disita.

Itu tanah hasil kerja keras mendiang atau warisan dari kakek dan nenekmu. Sekarang, ibumu ingin sekali kamu yang sudah bekerja menebus tanah itu kembali dengan membelinya. Jangan panik dulu dan ajak ibumu bicara dengan kepala dingin. Jelaskan bahwa tanah itu sudah disita bertahun-tahun lalu.

Kalau saat ini kamu mesti membelinya kembali, tentu harganya telah melambung. Apalagi di atasnya barangkali sudah didirikan bangunan. Dirimu tidak bisa begitu saja menyuruh pemilik tanah buat melepasnya. Kamu dapat mengajak orangtua melihat langsung tanah itu sekarang agar ia lebih percaya.

2. Jangan ragu terbuka akan kondisi keuangan dan prioritasmu

ilustrasi percakapan serius (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kamu tentu ingin sekali bisa membahagiakan orangtua dengan memenuhi setiap impiannya. Namun, menutupi kemampuan finansialmu yang di bawah keinginan mereka juga gak bijak. Bagaimana dirimu bakal mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat? Daripada kamu terdorong melakukan segala cara cuma buat memperoleh uang sebanyak mungkin, buatlah mereka mengerti.

Katakan dengan sejujurnya keadaan keuanganmu sekarang. Dirimu dapat memulainya dari menceritakan total pendapatan per bulan. Lalu pengeluaran rutin yang mau tidak mau mesti dibayarkan. Lanjut dengan tabungan yang terkumpul dengan susah payah. Baru kemudian kamu membicarakan prioritas keuanganmu kini.

Contohnya, orangtua menuntutmu menggelar pesta pernikahan mewah buat adik bungsu. Sampaikan bahwa pada dasarnya dirimu akan tetap membantu, tetapi semampumu saja. Sebab prioritas keuanganmu sekarang ialah menyiapkan dana pendidikan anak. Anakmu gak mungkin berhenti atau batal sekolah hanya karena uangmu habis buat menyelenggarakan pesta perkawinan mewah untuk adik.

3. Ajak orangtua patungan

ilustrasi percakapan serius (pexels.com/Kampus Production)

Seandainya bisa, kamu juga pasti senang sekali bila dapat mewujudkan impian orangtua seorang diri. Kenyataannya tidak begitu. Maka bukannya dirimu kejam pada orangtua. Tapi tak ada salahnya untuk orangtua sebagai pemilik mimpi juga menunjukkan perannya.

Caranya, dengan kalian patungan. Besaran tanggung jawab antara kamu dengan orangtua juga tidak harus 50:50. Misalnya, total biaya yang diperlukan guna merealisasikan impian orangtua yaitu Rp100 juta.

Kalau dirimu sanggup membantu sampai Rp70 juta, berarti orangtua tinggal menambahi Rp30 juta.

Namun kalau kamu cuma mampu Rp40 juta, orangtua mesti siap dengan Rp60 juta. Patungan merupakan konsekuensi dari impian orangtua yang tak dapat sepenuhnya dibiayai oleh mereka sendiri atau kamu.

4. Cari alternatif lain buat pengganti mimpi itu

ilustrasi percakapan serius (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Masih dengan contoh seperti dalam poin pertama. Ibumu ingin kamu membeli tanah mendiang ayahmu yang sudah disita karena utang. Dirimu sudah dipastikan tidak mampu melaksanakannya. Tapi kamu masih punya sejumlah dana yang menganggur walau jauh lebih kecil dari nilai tanah itu.

Kasih opsi lain yang bahkan lebih baik daripada sekadar memiliki tanah itu lagi. Misalnya, kamu siap menyedekahkan dana menganggur di tabunganmu untuk pembangunan tempat ibadah. Nanti sedekah diatasnamakan almarhum ayahmu agar kebaikannya mengalir untuknya.

Tambahi dengan argumen yang kuat. Seperti untuk apa tanah itu dibeli lagi dengan harga berlipat dari dulu? Toh, ujung-ujungnya hanya diwariskan padamu. Uang cuma berputar-putar di dunia. Sementara almarhum gak mendapatkan manfaat apa-apa. Lebih baik sedekah semampumu atas nama mendiang supaya perjalanannya menuju surga dimudahkan.

5. Tegas menolak mimpi orangtua yang gak masuk akal

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Kampus Production)

Setelah diskusi panjang lebar, sayangnya belum tentu orangtua mau mengubah keinginan. Beberapa orangtua memang dapat makin keras kepala di usia mereka yang kian lanjut. Di lain pihak, kamu betul-betul tidak memiliki dana sesuai yang dibutuhkan. Jangan sampai dirimu berkorban dengan pinjam uang dalam jumlah besar.

Bahkan bunganya juga mencekik. Itu bakal menjadi beban berat yang tidak berkesudahan bagimu. Kamu harus bisa bersikap tegas dengan menolaknya. Misalnya, orangtua ingin sekali adikmu segera menikah. Alasannya, dia sudah lengket betul dengan pacarnya. Orangtua takut mereka malah berzina bila tak secepatnya dinikahkan.

Persoalannya, adikmu bahkan belum bekerja dan cowok. Artinya, ia bakal menjadi kepala keluarga. Orangtuamu ingin kamu nantinya membantu menyokong kehidupan rumah tangga mereka sampai adikmu mendapatkan pekerjaan.

Tegas saja menolak permintaan orangtua. Sampaikan bahwa adikmu harus bekerja dulu baru menikah. Kamu juga bukan kepala keluarga dalam rumah tangganya sehingga tak punya kewajiban menafkahi. Tentu penolakanmu bisa membuat hubungan dengan orangtua agak tegang. Namun, pelan-pelan pasti mereka mengerti bahwa sikapmu benar juga.

Ketika kamu dihadapkan pada impian orangtua, muncul keinginan kuat buat mewujudkannya. Namun apabila secara finansial mimpi mereka memberatkanmu, jangan mengiakan saja. Toh, orangtua pernah semuda kamu dan pada dasarnya menyayangimu. Dengan komunikasi yang intens, kalian akan mencapai kesepakatan terbaik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us