6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!

Teknik parenting ini berbahaya bagi perkembangan si kecil

Di zaman dulu, orangtua menerapkan beragam kebiasaan dalam merawat anak-anak. Meski pola asuh ini tampak "berhasil" membesarkan anak selama kurun waktu tertentu, nyatanya banyak yang gak sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan terkini.

Untuk itu, beberapa kebiasaan parenting jadul dalam pengasuhan anak berikut ini sebaiknya ditinggalkan karena sudah gak relevan. Justru metodenya berisiko mengganggu perkembangan si kecil. Hal ini dikhawatirkan membuat anak sulit mencapai potensi maksimal di masa mendatang.

1. Mengandalkan hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi orangtua memarahi anak (freepik.com/master1305)

Hukuman fisik menjadi andalan para orangtua zaman dulu ketika anak gak nurut. Misalnya dengan memukul, mencubit, menjewer, dan lainnya. Ini dianggap mampu memberikan rasa takut sehingga anak gak lagi mengulangi kesalahan. Namun alih-alih menanamkan kedisiplinan pada anak, hukuman fisik justru berdampak negatif bagi perkembangan anak.

Menurut keterangan Australian Insitute of Family Studies, kekerasan fisik di rumah memperbesar risiko kecemasan dan depresi pada anak saat beranjak dewasa. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hal ini juga berdampak pada struktur otak anak, menyebabkannya kesulitan memperoleh kemampuan kognitif yang optimal.

2. Terlalu mengatur kehidupan pribadi anak

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi orang tua memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, orangtua harus memberikan otonomi pada anak untuk mengendalikan hidupnya sendiri. Tentu orangtua harus terlibat di dalamnya, tapi sebagai seseorang yang mengarahkan, bukan mengatur sepenuhnya.

Hal ini bisa dilakukan dengan membiarkan anak memilih pakaian yang disukai, makanan yang ingin dikonsumsi, ekstrakurikuler yang ingin diikuti, hingga memilih cita-citanya sendiri di masa depan. Orangtua bisa membimbing dan membantu anak mengambil keputusan, bukan menentukan jalan hidup anaknya.

3. Menuntut anak menjadi sempurna

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Memiliki standar yang tinggi adalah hal baik. Namun memaksa anak menjadi sempurna bisa berdampak buruk pada kesehatan mental mereka. Kebiasaan ini sering kali memicu kecemasan dan stres berlebih pada anak.

Bukan tanpa alasan, anak jadi merasa selalu harus mencapai standar yang sangat tinggi meski kapasitasnya belum mumpuni Sebagai orangtua, penting untuk memberikan dukungan dan memahami bahwa kegagalan adalah bagian normal dari proses belajar.

dm-player

Baca Juga: 5 Persiapan Penting Jadi Orangtua, Bekali Diri dengan Ilmu Parenting

4. Mengabaikan kesehatan mental anak

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi orang tua memarahi anak (freepik.com/peoplecreations)

Kesehatan mental mungkin menjadi hal yang tabu di masa lalu. Namun gak demikian di masa sekarang. Seiring perkembangan informasi yang pesat, kesadaran akan kesehatan mental kian meningkat. Karenanya, mengesampingkan kesehatan mental anak sudah gak zaman lagi.

Sebab, kesehatan mental anak memiliki dampak besar pada kebahagiaan dan prestasi anak. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan serta bantuan yang dibutuhkan anak agar ia tumbuh optimal dan mampu mencapai potensi maksimalnya.

5. Membandingkan anak

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Dulu, orangtua sering membandingkan anak dengan anak lain dengan tujuan memotivasi. Sebagai contoh, "Lihat, anak tetangga bisa ranking satu, kok kamu gak bisa?". Tindakan ini sebenarnya dapat mengurangi rasa percaya diri anak dan menimbulkan perasaan cemburu atau tidak dihargai.

Jika anak mengalami kesulitan, coba identifikasi penyebabnya dan bimbing anak mengatasi permasalahan tersebut. Namun ketika anak tetap gagal mencapai tujuan meski telah berusaha, orangtua harus tetap menghargai proses yang dilalui anak agar ia termotivasi untuk menjadi lebih baik alih-alih membandingkannya.

6. Melarang anak mengekspresikan emosinya

6 Kebiasaan Parenting Jadul yang Sebaiknya Ditinggalkan, Gak Zaman!ilustrasi anak menangis (pexels.com/Gustavo Fring)

Pengasuhan di zaman dahulu sering kali melarang anak untuk mengekspresikan emosi dengan bebas. Anak mungkin diberitahu untuk berhenti menangis atau marah. Padahal, menekan ekspresi emosi bisa berdampak negatif pada perkembangan emosi anak.

Studi yang terbit dalam jurnal Cognition and Emotion pada 2011 memaparkan bahwa anak-anak yang dikenalkan dan diajarkan mengelola emosi cenderung lebih sukses secara sosial dan akademis. Oleh karena itu, dukung anak untuk mengenali dan mengungkapkan emosinya dengan cara yang sehat dan terarah.

Dalam membesarkan anak, orangtua harus selalu beradaptasi dengan perubahan zaman dan pengetahuan yang terbaru. Jika terbukti gak efektif, kebiasaan parenting lama perlu ditinggalkan demi memberikan dukungan dan lingkungan yang positif bagi perkembangan anak. Dengan demikian, anak tumbuh menjadi individu yang sukses dan bahagia.

Baca Juga: 5 Kesalahan Parenting yang Membuat Anak Jadi People Pleasure

Nadhifa Aulia Arnesya Photo Verified Writer Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya