5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  

Jangan jadikan anak dewasa sebelum waktunya

Sudah jadi kewajiban orangtua untuk memberi ketika anak menerima. Orangtua memiliki kewajiban untuk memenuhi semua kebutuhan anak dan menjamin tumbuh kembangnya. Namun, apa jadinya jika orangtua mengambil hak tersebut dari anak? Alih-alih memberi, kamu malah menuntut sesuatu kepada anak. Misalnya, kamu menuntut anak untuk bisa membereskan rumah atau merenungkan konflik yang terjadi di rumah.  

Mungkin, niatmu mengajarkan hal tersebut ke anak agar ia bisa mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut wajar jika dilakukan secara semestinya dan gak berlebihan. Namun, situasi akan memburuk jika kamu sampai bergantung kepada anakmu. Kamu ingin ia berada dalam posisi harus merawat orangtua.  

Parentification atau parentifikasi jika dibiarkan, akan mengambil hak-hak yang seharusnya diterima oleh anak sehingga turut memengaruhi tumbuh kembangnya. Lantas, apa saja dampak yang akan terjadi kepada anak dalam pola asuh ini? Yuk, simak!

1. Berakibat pada kesehatan mental anak  

5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  ilustrasi anak mengalami masalah mental (pexels.com/Pixabay)

Kamu pasti setuju bahwa mengelola tanggung jawab orang dewasa kerap kali menimbulkan stres. Hal tersebut juga akan dirasakan oleh anak ketika kamu mengajaknya untuk terlibat dalam pemikiran tersebut. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Jennifer A. Engelhardt, PsyD, dari Teachers College Universitas Columbia, dikutip dari Parents, menyebutkan bahwa stres kronis dari pengasuhan dapat muncul sebagai kecemasan, depresi, dan kesehatan mental lainnya. Pola pengasuhan tersebut juga bisa berdampak pada perilaku agresif, masalah akademik, penggunaan narkoba, dan kesulitan sosial.

“Ini dapat mengekspos anak pada masalah emosional yang gak mampu mereka tangani dan menyebabkan tingkat stres kronis,” jelasnya. 

Engelhardt juga menambahkan bahwa pola pengasuhan ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk bisa terlibat sesuai dengan perkembangannya. Dapat disimpulkan bahwa parentification bisa merenggut masa kanak-kanak yang normal karena mereka harus tumbuh dengan cepat.

 2. Anak jadi gak mandiri  

5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  ilustrasi anak di sekolah (pexels.com/RODNAE Production)

Orangtua mungkin berpikir, dengan memberi tahu permasalahan orang dewasa, maka anak dapat gambaran dan jadi lebih mandiri. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan faktanya. Dikutip dari Parents, Aude Henin, PhD, direktur program terapi perilaku anak, pola pengasuhan ini dapat bermanifestasi sebagai kecemasan kemandirian, kemarahan, kebencian, krisis kepercayaan, serta takut ditinggalkan.

Hal tersebut jika dibiarkan, tentu saja akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang gak stabil. Mengetahui berbagai permasalahan orang dewasa, menjadikannya cemas terhadap masa depan. Dia gak mau jauh dari orangtuanya dan takut jika harus menghadapi permasalahannya sendiri.

3. Siklus ini akan berlanjut ke generasi berikutnya  

5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  ilustrasi orangtua berbicara kepada anak (pexels.com/Monstera)
dm-player

Pola asuh anak akan sangat berpengaruh kepada pembentukan karakternya. Artinya, bukan gak mungkin kelak anak akan melakukan hal serupa kepada generasi berikutnya.

Dilansir healthline, Rhona Lewis, penulis topik kesehatan, menyebutkan bahwa parentification mungkin terjadi antargenerasi. Hal tersebut mengindikasikan efek yang akan dibawa ke generasi selanjutnya.

Dr. Henin juga mengungkapkan, “Mungkin juga sulit bagi orang dewasa yang dulunya diasuh dengan hal serupa untuk menentukan batasan kepada anaknya.”

Artinya, orangtua sangat menentukan bagaimana perilaku anak di masa depan. Jika kamu gak bisa menghentikan pola asuh buruk tersebut sekarang, maka hal tersebut akan kembali terjadi kepada generasi selanjutnya.

Baca Juga: Orangtua Lain Membentak Anakmu? Tetap Tenang dan Lakukan 5 Hal Ini

4. Ketika beranjak dewasa, anak akan selalu menyalahkan diri sendiri

5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  ilustrasi menyalahkan diri sendiri (pexels.com/Pixabay)

Dituntut untuk bisa paham dan mengerti konflik orangtua, akan turut memunculkan perasaan bersalah pada anak. Dikutip dari Parents, Dr. Becky Kennedy, Ph,D, seorang psikolog, mencontohkan orangtua terlambat 30 menit saat menjemput anak dari sekolah. Ketika tiba, dia berkata, “Saya mengalami hari buruk di tempat kerja. Bos berteriak, lalu di jalan macet!” 

Hal tersebut menjadikan anak merasa bersalah dan berusaha paham akan posisi orangtuanya. Sehingga, ia harus menyingkirkan apa yang dirasakannya. Lewis juga menjelaskan bahwa ketika gak ada seseorang yang mampu memvalidasi perasaannya, maka sikap “menyalahkan diri sendiri” itu akan terus berlanjut hingga ia dewasa.

5. Kehilangan momen masa kecilnya   

5 Dampak Parentification, Setop Paksa Anak Selalu Pahami Konflik!  ilustrasi kehilangan masa kecil (pexels.com/Matheus Bartelli)

Pola asuh parentification juga bisa membuat anak kehilangan momen masa kecil. Dia gak bisa bersikap natural layaknya anak lain, seperti merengek dan minta diperhatikan oleh orangtua. Dia dituntut untuk memahami posisi orangtua, tanpa bisa mengekspresikan apa yang dirasakannya.

Lewis menuturkan bahwa perasaan kehilangan masa kecil tersebut, dapat menyebabkan kemarahan dan depresi. Untuk melupakan hal tersebut, anak akan melakukan hal serupa kepada generasi selanjutnya.

Jika kamu merasa pola asuh tersebut ada padamu, maka penting untuk segera menghentikannya. Langkah pertama yang bisa dilakukan, yakni tumbuhkan kesadaran. Selanjutnya, cobalah untuk fokus mengubah sikap tersebut dan berikan hak-haknya.

Baca Juga: 5 Cara Menumbuhkan Percaya Diri untuk Orangtua Baru, Wajib Tahu!

Nurkorida Aeni Photo Verified Writer Nurkorida Aeni

Mari berteman!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya