Apa Itu Pola Asuh Otoriter? Kenali Ciri dan Dampaknya untuk Anak 

Biasanya orangtua akan tetapkan banyak aturan

Pola asuh yang dilakukan tiap orangtua akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Salah satu jenis parenting yang kerap ditemui di beberapa keluarga adalah, pola asuh otoriter yang lebih ketat dan tegas jika dibandingkan pola asuh lain seperti gentle parenting dan pola asuh permisif.

Tipe parenting otoriter kerap dipilih karena dinilai efektif dalam mendisiplinkan anak secara jangka pendek, namun bukan termasuk yang terbaik untuk jangka panjang. Untuk tahu lebih jauh mengenai jenis pola asuh ini, kamu bisa simak penjelasannya di bawah!

1. Pengertian pola asuh otoriter

Apa Itu Pola Asuh Otoriter? Kenali Ciri dan Dampaknya untuk Anak ilustrasi ayah dengan anaknya (pexels.com/August de Richelieu)

Jika orangtua yang permisif cenderung memanjakan dan memberi kasih sayang berlimpah untuk anak, maka ini kebalikan dari orangtua yang otoriter. Melansir Parents, Christin Perry, penulis topik parenting, menjelaskan, orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki banyak aturan yang mereka tetapkan tanpa mau mendiskusikan dan menerima tanggapan atau pendapat dari anak-anak mengenai aturan tersebut.

Sekilas, pola asuh tersebut mungkin tampak kejam dan kasar. Namun, orangtua umumnya punya maksud yang baik, mereka yakin bahwa mendidik anaknya dengan cara seperti ini akan membuatnya cakap, berpengetahuan luas, dan bisa berprestasi.

Jeff Nalin, seorang psikolog, mengutip parents, mengatakan," anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh ini akan sangat bergantung pada aturan yang ketat mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Mereka akan mendasarkan pendiriannya pada pertanyaan apakah mereka mematuhi aturan yang ditetapkan orangtuanya atau tidak."

2. Karakteristik pola asuh otoriter

Apa Itu Pola Asuh Otoriter? Kenali Ciri dan Dampaknya untuk Anak ilustrasi bermain dengan anak (pexels.com/Alex Green)

Orangtua yang otoriter memiliki ekspektasi tinggi terhadap anaknya. Sehingga, umumnya mereka punya karakteristik sebagai berikut:

  • Punya daftar panjang mengenai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi anak.
  • Memberi anak tugas-tugas sedini mungkin.
  • Fokus pada keselamatan anak.
  • Memberikan konsekuensi tegas saat anak melanggar peraturan.
  • Terkadang menggunakan ancaman atau hukuman agar anak tetap patuh pada aturan.
  • Sering kali kurang tanggap dan kasih sayang.
  • Cenderung kritis terhadap anak-anaknya.

Kebanyakan orangtua otoriter ingin anaknya bisa patuh tanpa harus banyak bertanya. Sehingga, gak jarang mereka menunjukan perilaku yang gak ingin dibantah. Mengutip Parents,  Aude Henin, direktur Program Terapi Perilaku Kognitif Anak, menyebut, pada pola asuh ini anak-anak yang melanggar aturan orangtua biasanya akan ditegur menggunakan cara-cara tertentu.

“Fokus orangtua sering kali adalah menghukum perilaku 'buruk' dibandingkan menggunakan penguatan positif seperti pujian. Beberapa orangtua yang otoriter mungkin menggunakan hukuman yang keras seperti mempermalukan anak atau hukuman fisik," tambahnya.

Baca Juga: Peran Orang Tua dan Pola Asuh Jadi Kunci Mitigasi Kekerasan pada Anak

3. Dampak positif pola asuh otoriter

Apa Itu Pola Asuh Otoriter? Kenali Ciri dan Dampaknya untuk Anak ilustrasi anak merapikan baju (pexels.com/Alex Green)

Sama seperti jenis pola asuh lain, pola asuh otoriter juga punya kelebihan dan kekurangannya. Untuk kelebihannya, Perry mengungkapkan, anak akan punya pemahaman tinggi terhadap akibat dari suatu tindakan berbahaya dan cenderung akan menjauhinya.

Selain itu, anak yang diasuh oleh orangtua otoriter mungkin akan berperilaku baik dan punya pemahaman kuat tentang apa yang bisa dan gak bisa diterima. Mereka sangat peka terhadap konsekuensi negatif terhadap perilaku yang salah dan cenderung gak akan keluar jalur. 

4. Dampak negatif pola asuh otoriter

Apa Itu Pola Asuh Otoriter? Kenali Ciri dan Dampaknya untuk Anak ilustrasi anak trauma (pexels.com/Monstera Production)

Lalu, untuk dampak negatifnya, banyak penelitian menunjukan bahwa gaya ini bisa menyebabkan depresi dan kecemasan pada anak. Selain itu, Kendra Cherry, spesialis rehabilitasi psikososial, melansir verywell mind, mengungkapkan, karena orangtua otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak anaknya, ini menyebabkan anak sangat baik mematuhi aturan. Namun, mereka kurang bisa mendisiplinkan dirinya.

Anak yang tumbuh dengan pola asuh ini gak didorong untuk bereksplorasi dan bertindak mandiri, dan hanya diarahkan untuk mematuhi aturan yang ditetapkan oleh orangtuanya. Sehingga, hal ini membuatnya gak bisa benar-benar belajar bagaimana menetapkan batasan dan standar untuk diri sendiri. Kurangnya disiplin ini akhirnya bisa menimbulkan masalah ketika orangtua atau figur otoritas gak ada untuk memantau perilakunya.

"Meskipun para ahli perkembangan sepakat bahwa aturan dan batasan penting bagi anak-anak, sebagian besar percaya bahwa pola asuh otoriter terlalu menghukum dan kurang memberikan kehangatan, kasih sayang tanpa syarat, dan pengasuhan yang juga dibutuhkan anak-anak," kata Cherry.

Meskipun pola asuh ini akan terlihat efektif untuk jangka pendek, tetapi ini gak akan bertahan dalam jangka panjang. Dan jika pola asuh ini dilakukan secara berlebih, maka akan banyak dampak negatif yang mungkin dialami oleh anak. Sehingga, para ahli kurang merekomendasikan pola asuh ini.

Baca Juga: 3 Manfaat Pola Asuh Orangtua yang Tegas, Anak Jadi Tahu Batasan

Nurkorida Aeni Photo Verified Writer Nurkorida Aeni

Hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya