Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi tempat les anak (pixabay.com)
Ilustrasi tempat les anak (pixabay.com)

Intinya sih...

  • Masa remaja adalah fase di mana kemampuan belajar anak berkembang lebih kompleks.
  • Les privat memberikan mentor untuk membimbing anak menuju prestasi yang lebih baik.
  • Anak mungkin butuh les saat kehilangan semangat belajar, kesulitan mengikuti pelajaran, atau mempersiapkan diri untuk tantangan di jenjang pendidikan berikutnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Memutuskan untuk mendaftarkan anak ke tempat les adalah langkah besar dalam mendukung tumbuh kembang dan pendidikan mereka. Les bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik, mengeksplorasi bakat, atau sekadar memberikan aktivitas positif di luar jam sekolah.

Tapi sebelum buru-buru memilih tempat les, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar pengalaman belajar anak maksimal dan sesuai kebutuhan. Selain itu, ada baiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut agar pengalaman belajar mereka benar-benar efektif, menyenangkan, dan bermanfaat. Yuk, simak lima hal yang wajib dipertimbangkan sebelum mendaftarkan anak ke tempat les berikut ini!

1. Cari tahu mengapa anak membutuhkan les atau kelas tambahan

ilustrasi les (pexels.com/Kindel Media)

Menurut Tutor Lyft, masa remaja adalah fase di mana kemampuan belajar anak berkembang lebih kompleks. Mereka mulai bisa berpikir abstrak dan kritis dengan cara yang lebih matang.

Nah, salah satu kelebihan les privat adalah adanya mentor yang bisa membantu membimbing anak menuju prestasi yang lebih baik. Bahkan, kalau anak sudah pintar di sekolah sekalipun, les privat tetap bisa jadi dorongan untuk membantu mereka mencapai potensi maksimal.

Ada banyak alasan kenapa anak mungkin butuh les atau kelas tambahan. Misalnya, saat mereka mulai kehilangan semangat belajar, kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, atau sedang mempersiapkan diri untuk tantangan di jenjang pendidikan berikutnya.

2. Jenis les yang dibutuhkan anak

ilustrasi les (pexels.com/Kampus Production)

Menurut laman edukasi KQED, setelah mengetahui kapan anak membutuhkan les, cari tahu jenis les apa yang sekiranya dibutuhkan anak. Ini juga termasuk metode belajar atau penilaian yang ada di dalam tempat les. 

“Penting untuk memastikan kurikulum dan metode penilaian yang digunakan benar-benar mencakup kebutuhan anak secara menyeluruh. Bukan hanya fokus pada perkembangan akademis seperti matematika dan membaca, tapi juga memperhatikan kebutuhan sosial, emosional, hingga perkembangan fisik mereka. Dengan pendekatan yang seimbang seperti ini, anak-anak bisa belajar dengan lebih optimal dan merasa didukung dalam setiap aspek perkembangannya,” ungkap Hanna Melnick, penasihat kebijakan senior untuk Learning Policy Institute yang berbasis di Palo Alto. 

Mentor atau guru pun harus mampu mengenali keunikan tiap anak di kelas. Pasalnya, setiap anak memiliki cara belajar dan tingkat pemahaman yang berbeda. Seorang guru yang baik tidak hanya berpegang pada satu metode, tetapi juga fleksibel dalam menyesuaikan pendekatan agar setiap siswa bisa berkembang sesuai potensi mereka.

3. Lingkungan belajar yang mendukung, bukan hanya dari sisi akademik

ilustrasi les (pexels.com/Gustavo Fring)

Selain itu, lingkungan kelas juga memainkan peran penting. Ruang belajar yang nyaman, aman, dan penuh dukungan bisa membuat anak merasa lebih percaya diri untuk mengeksplorasi kemampuan mereka. Jadi, bukan hanya materi pelajaran yang menjadi fokus, tetapi juga suasana kelas yang mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.

"Mereka harus aktif bergerak, menjelajah, berinteraksi dengan teman-teman serta guru, dan berada di lingkungan yang mendukung semua aktivitas itu," ujar Dale Farran, seorang Profesor Emeritus di Vanderbilt University.

Orangtua juga perlu mencari kesempatan belajar di dalam kelas yang lebih dari sekadar pengajaran dasar. Menurut Dale, anak-anak, terutama di usia dini, membutuhkan lebih dari sekadar duduk diam di kursi untuk menyerap pelajaran.

Mereka belajar melalui pengalaman langsung, seperti bermain, mencoba hal baru, hingga berinteraksi dengan orang lain. Ruang kelas ideal seharusnya memberikan kesempatan bagi mereka untuk bergerak bebas, bereksplorasi, dan merasakan kegembiraan belajar.

4. Sesuaikan dengan jadwal anak

ilustrasi les (pexels.com/cottonbro studio)

Les yang baik seharusnya mendukung, bukan membebani anak. Pastikan jadwal les yang dipilih tidak terlalu padat, sehingga anak tetap memiliki waktu yang cukup untuk bermain, beristirahat, dan mengeksplorasi kegiatan lain di luar jam belajar.

Waktu bermain sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak, karena itu juga merupakan bagian dari pembelajaran yang gak kalah penting. Jika jadwal les terlalu padat dan anak merasa kelelahan, ia bisa kehilangan semangat untuk belajar dan mungkin tidak dapat menyerap materi dengan maksimal. Oleh karena itu, seimbangkan waktu antara les dan kegiatan lainnya agar anak bisa tetap merasa senang, fokus, dan berenergi.

5. Sesuaikan juga dengan anggaran

ilustrasi sedang les (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Biaya les bisa sangat bervariasi, tergantung pada jenis program dan kualitas pengajarnya. Sebaiknya, tentukan anggaran yang sesuai dengan kemampuan keluarga tanpa harus mengorbankan kebutuhan lainnya.

Namun, penting untuk diingat bahwa harga yang lebih tinggi tidak selalu menjamin kualitas yang lebih baik. Fokuslah pada nilai manfaat yang akan diperoleh anak.

Pastikan les yang dipilih dapat memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan anak, baik dari segi akademis maupun perkembangan pribadi. Dengan begitu, orangtua bisa memastikan bahwa investasi dalam les tersebut benar-benar memberikan dampak positif bagi anak.

6. Orangtua sebaiknya aktif bertanya kepada sekolah

ilustrasi les (pexels.com/Yan Krukau)

Dikutip Sydney Morning Herald, setelah mendaftarkan anak ke les, memantau perkembangan dan respons mereka sangat penting untuk memastikan bahwa les tersebut memberikan manfaat yang maksimal. Apakah mereka semakin bersemangat belajar atau justru tampak lelah dan kehilangan minat? Selain itu, perhatikan juga apakah ada kemajuan dalam bidang yang dipelajari, baik itu dalam kemampuan akademik maupun keterampilan lainnya.

"Orangtua sebaiknya aktif bertanya kepada sekolah mengenai seberapa sering guru-guru melakukan observasi terhadap kelas satu sama lain. Misalnya, observasi kelas dua minggu sekali bisa sangat membantu dalam meningkatkan kualitas pengajaran. Jika semakin banyak orangtua yang memperhatikan hal-hal seperti ini, tempat les akan semakin terdorong untuk memberikan perhatian lebih pada proses belajar mengajar anak-anak," ungkap Kepala eksekutif lembaga think-tank Learning First, Ben Jensen.

Mendaftarkan anak ke les untuk pertama kalinya memang memerlukan banyak pertimbangan. Dengan memperhatikan kebutuhan, jadwal, dan lingkungan belajarnya, orangtua bisa memastikan pengalaman les ini menjadi sesuatu yang positif dan menyenangkan bagi si kecil.

Editorial Team