Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi single mom (pexels.com/Elina Fairytale)
ilustrasi single mom (pexels.com/Elina Fairytale)

Sejak bercerai dengan suaminya 2 tahun lalu, Fitri (bukan nama sebenarnya) harus membesarkan putrinya seorang diri. Bukan sesuatu yang mudah bagi Fitri (27 tahun), setiap hari Ia harus bekerja untuk menafkahi buah hatinya sekaligus mengurus keperluan si kecil. Pulang larut malam ia lakoni demi menghadirkan rumah yang nyaman bagi si kecil.

Pilihan untuk melakoni peran sebagai ibu tunggal telah dijalani Fitri beberapa tahun belakangan. Keputusan untuk menjalani peran pengasuhan seorang diri memang berat, namun ia berharap pilihannya ini dapat memutus perilaku abusive dengan mantan suami. Meski sempat ragu, ia yakin putri kecilnya tetap akan mendapatkan pengasuhan yang utuh dari dirinya.

Tentu, Fitri yang berdomisili di Jawa Tengah mengaku keputusan untuk bercerai bukanlah pilihan mudah. Akan tetapi, ia merasa langkah yang ditempuhnya dapat menghadirkan lingkungan yang lebih kondusif untuk anak bertumbuh dibandingkan hidup bersama mantan suami, di tengah lingkungan yang kurang baik bagi anak.

Keputusan menjadi single mom juga dipilih oleh selebgram Erika Carlina yang bercerita tengah mengandung putra pertamanya. Erika memilih untuk membesarkan anak seorang diri atau menjalani peran sebagai single mother. Ini bukanlah ketetapan yang mudah, ujar Erika, mengingat membesarkan anak seorang diri akan menghadapkannya pada beragam tantangan di masa depan.

Melansir marriage.com, ibu tunggal mengemban tugas yang besar dan menghadapi tantangan yang mempengaruhi perasaan hingga cara berpikirnya. Mungkin ada masa dimana kebahagiaan membuncah, namun ada pula masa sulit yang memicu timbulnya stres dan khawatir. Lantas, bagaimana seorang ibu tunggal dapat bertahan dan membangun resilience?

1. Anak-anak yang dibesarkan oleh ibu tunggal dapat hidup dengan lebih baik

Ilustrasi single mom dengan anaknya(pexels.com/Pixabay.com)

Melansir Psychology Today, menurut banyak studi tidak ada perbedaan signifikan antara anak-anak dari ibu tunggal dan anak-anak dari jenis rumah tangga lainnya. Selain itu, riset dari Pew Research Center menunjukkan anak-anak lebih baik dibesarkan oleh orangtua tunggal daripada tinggal bersama orangtua yang sudah menikah dan sering berkonflik.

Prespektif ini diperkuat oleh pengalaman Fitri yang memilih untuk menjadi single mother demi menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi buah hatinya. Keraguan memang kerap menguasai pikirannya, khawatir sang anak tak mendapatkan kasih sayang yang utuh, hingga tidak menerima pola parenting terbaik.

"Sebenarnya dari awal banyak keraguan, apakah bisa memberi kasih sayang yang utuh untuk anak aku? Karena aku rasa tetap ada pengaruhnya ketika memberikan kasih sayang dari ayah dan ibu (daripada seorang diri). Masing-masing punya efek untuk perkembangan anak. Tapi dengan pertimbangan yang matang, aku memilih untuk membesarkan anak aku dengan keluarga dan lingkungan yang baik, dengan lingkungan yang kondusif, dengan lingkungan yang suportif," cerita Fitri pada IDN Times, Minggu (20/7).

Melansir laman marriage.com, kondisi ibu tunggal dapat mempengaruhi psikologisnya seperti stres, anxiety, depresi, perasaan bersalah, dan kesepian. Tak hanya itu, menghidupi buah hati soerang diri juga memungkinkan ibu untuk merasakan burnout hingga financial stress.

2. Ibu tunggal mengemban peran yang berat dan mengalami tekanan emosional

ilustrasi anak dan ibu memegang ponsel (pexels.com/Kampus Production)

Ibu tunggal kerap mengalami masa yang berat dalam kehidupannya. Rasa rapuh karena harus menerima kenyataan membesarkan anak seorang diri bisa menimbulkan luka batin. Apalagi ia juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bekerja keras demi kesejahteraan anak.

Psikolog klinis, Putri Aisya Pahlawani, M. Psi, Psikolog turut mengemukakan single mom mengemban beban peran yang berat. Konsekuensinya tak terlepas dari tekanan emosional yang dialaminya.

"Single mom sebenarnya mengemban beban yang lebih berat, namun mereka 'terlihat' tahan banting karena adanya faktor-faktor yang melatarbelakangi daya juangnya. Kondisi yang dihadapi oleh single mom akan membentuk mental yang terasah setiap waktu, harus bertahan karena tidak punya pilihan, juga rutinitas padat yang membentuk kemampuan seperti manajemen waktu," ujar Putri.

"Tapi ini yang perlu diwaspadai. Nampak lebih tangguh, bukan berarti terbebas dari tekanan emosional, seperti stres dan burnout. Itulah mengapa single mom juga perlu mendapatkan dukungan entah berapa dukungan fisik, emosi, atau sosial," tambah Putri via daring pada IDN Times (20/7).

Studi dari IPB bertajuk "Kemampuan Resiliensi: Studi Kasus dari Perspektif Ibu Tunggal" menunjukkan bahwa keputusan membesarkan anak seorang diri memerlukan resilience atau ketangguhan yang besar. Resilience merupakan kemampuan individu untuk menghadapi dan bertahan atas keadaan yang tidak menyenangkan namun tak bisa dihindari. Selain itu, resilience juga menjadi proses untuk mengatasi dan pulih dari depresi yang dihadapinya.

Dalam studi tersebut ditemukan bahwa ibu tunggal memiliki resiliensi yang cukup rendah. Oleh karenanya direkomendasikan bagi single mother untuk mengembangkan dan meningkatkan resiliensi demi meminimalisir dampak psikologis.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan bimbingan konseling guna memulihkan kesehatan mental individu dan pengembangan pribadi. Layanan konseling juga dapat membantu individu untuk meregulasi tekanan emosional.

3. Anak yang tumbuh dengan ibu tunggal menjadi lebih tangguh dan kuat

Ilustrasi single mom (Freepik.com/lifestylememory)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Profesor Winnie K. Mabelane dari Universitas Afrika Selatan, mengungkapkan bahwa orang dewasa yang tumbuh dikepalai oleh perempuan atau single mom mengaku menghadapi banyak kesulitan, hal ini sulit untuk dihindari. Namun pengalaman ini memberi mereka kekuatan dan pelajaran hidup yang berharga untuk mereka.

Dalam riset tersebut, Profesor Winnie menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kepala keluarga perempuan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan, pendidikan, dan status sosial ekonomi. Akan tetapi, anak-anak mengaku bahwa tumbuh bersama ibu tunggul juga menghadirkan kekuatan dan ketahanan diri yang luar biasa.

Jurnal berjudul "Single Parenting: Impact on Child’s Development" menemukan bahwa anak yang dibesarkan oleh orangtua tunggal dapat memiliki ikatan atau bonding yang lebih kuat dibandingkan dengan nuclear families (keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak). Hal ini didasari anggapan bahwa anak-anak terbiasa membantu dalam pekerjaan rumah tangga untuk membantu orangtua. Keterlibatan ini menumbuhkan rasa tanggung jawab ketika dewasa.

Selain itu, anak juga lebih memahami perjuangan orangtuanya, sehingga turut serta mengambil peran orangtua, menjadi dewasa lebih cepat, lebih mandiri, dan berupaya ikut dalam pengambilan keputusan keluarga. Ia juga turut mengembangkan kemampuan regulasi emosi dan pemecahan masalah yang lebih tinggi.

Sebagai single mom, membesarkan anak seorang diri tentu bukan perjalanan yang mudah. Namun diharapkan orangtua tunggal dapat berjuang dan mendapatkan dukungan dari orang sekitar.

Editorial Team