7 Alasan Anak Berbohong, Pahami Dulu dan Jangan Dibentak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak berbohong, konsep inilah yang ditanamkan orangtua sedari dini kepada anaknya. Sikap jujur tentu harus diterapkan supaya kelak ketika dewasa anak-anak bisa menjadi pribadi yang baik dan bertanggungjawab atas perbuatannya.
Untuk itu orang ua wajib mengetahui apa saja alasan anak-anak sehingga terkadang berpikir untuk mulai berbohong. Terutama ketika mereka dimintai kejujuran atas perbuatannya. Bagaimana orangtua harus menyikapinya? Yuk, simak uraian di bawah ini.
1. Berbohong ia lakukan karena takut dimarahi jika berkata jujur
Berbohong dilakukan anak-anak karena mereka terbiasa diberikan kasih sayang yang berlimpah dari orang di sekelilingnya. Terkadang jika ia berbuat salah, ia takut untuk berkata jujur dan memilih untuk bungkam atau melontarkan kebohongan demi terhindar dari amarah orangtuanya.
Sebaiknya, orang dewasa tidak marah berlebihan apabila anak-anak tengah mencoba berkata jujur. Nasihatilah anak dengan lembut dan bahasa yang sesuai dengan usia mereka. Hal penting lain yang harus diketahui orangtua yaitu jangan pernah menasihati mereka di tempat yang ramai, carilah tempat yang sepi supaya mereka tidak merasa malu dan terhakimi hingga takut untuk berkata jujur lagi.
2. Berbohong untuk menghindari hukuman
Beberapa orangtua memiliki aturan yaitu memberikan hukuman bagi anaknya yang melakukan kesalahan. Aturan tersebut bukanlah sesuatu yang salah sebab dapat membuat anak merasa jera dan berpikir ulang untuk melakukan kesalahan yang sama.
Namun, jika hukuman itu terasa berat akan membuat anak memilih menghindarinya dan berbohong demi menutupi kesalahannya. Untuk itu orangtua harus mampu membujuk anak dengan lembut agar mau berkata jujur dan tidak membuat hukuman yang terlalu berat.
Justru orangtua dapat memberikan sedikit penghargaan bila anaknya sudah mau mengakui kesalahan mereka. Dengan begitu anak-anak jadi mengetahui bahwa berkata jujur lebih baik daripada berbohong demi menghindari hukuman.
3. Tidak mau dianggap sebagai 'tokoh' yang jahat
Biasanya, anak-anak memiliki tokoh yang mereka idolakan, baik itu dari tokoh dalam siaran televisi maupun buku cerita. Di setiap cerita akan ada peran jahat yang mengganggu idola mereka.
Saat mereka melakukan kesalahan, terkadang anak berpikir ia telah meniru tokoh tersebut dan akan dicap sebagai penjahat juga karena melakukan kesalahan yang sama. Untuk itu mereka akan berusaha menutupinya dan berusaha berbohong.
Apabila anak-anak melakukan hal tersebut, orangtua bisa memberikan penjelasan bahwa terkadang orang baik pun bisa saja melakukan kesalahan. Namun perbedaannya, mereka tetap akan menjadi tokoh baik apabila berani mengakui kesalahan dan bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.
4. Berbohong demi menjaga perasaan orang lain
Editor’s picks
Alasan berbohong yang satu ini kadang membuat orangtua berpikir bahwa hal ini diperlukan karena berkaitan dengan sikap menghargai orang lain. Namun apapun alasannya, kebohongan bukanlah hal yang baik, jadi lebih baik untuk menghentikan kebiasaan ini.
Kebohongan sejenis ini dalam beberapa kesempatan akan membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Jadi kita perlu melatih anak-anak untuk bisa melihat situasi apabila hal ini terjadi. Orangtua bisa melatih anak untuk berani mengutarakan pendapatnya dengan baik tanpa menyakiti orang lain, serta berani jujur dengan apa yang ia rasakan.
Baca Juga: 10 Akun Instagram Ibu Muda yang Wajib Follow untuk Parenting
5. Menganggap imajinasinya sebagai kenyataan
Selain itu, anak-anak sering berbohong karena sedang berimajinasi. Mereka akan merangkai kisah atau berkhayal memiliki sesuatu yang hebat bagi mereka. Hal ini jika masih di dalam tahap yang wajar maka bukanlah sebuah masalah yang besar.
Namun, jika anak mulai menganggap hal tersebut kenyataan dan mencoba meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa imajinasinya itu adalah nyata, maka orangtua perlu bertindak.
Sudah sebaiknya orangtua untuk memberikan penjelasan dengan perlahan supaya nantinya tidak menjadi kebiasaan hingga ia tumbuh dewasa. Orangtua juga perlu mengajarkan pentingnya rasa syukur kepada anak supaya ia selalu merasa cukup dan tidak melebih-lebihkan apa yang tidak dimilikinya.
6. Sering disalahkan meskipun telah mencoba berkata jujur
Orangtua yang bersikap terlalu ‘keras’ kepada anak biasanya menimbulkan hal yang buruk terhadap psikis anak. Misalnya dengan menyebut anak dengan kata bodoh ketika ia melakukan kesalahan, atau bahkan meneriaki mereka.
Hal ini merupakan sikap yang sangat salah dalam mendidik buah hati. Mereka tidak akan mau belajar apa yang baik dan benar untuk mereka lakukan, termasuk berkata jujur.
Orangtua harus berusaha berkomunikasi dengan anak secara perlahan menggunakan bahasa yang mudah mereka pahami. Jangan terus menyalahkan apapun yang dilakukan. Dengan begitu anak akan mau belajar dan menyadari bahwa kebohongan adalah sebuah kesalahan.
7. Meniru orang dewasa di sekitarnya
Berbohong karena sikap orangtua? Bisa terjadi, lho! Pada dasarnya, hal yang paling berpengaruh terhadap sikap anak-anak adalah lingkungannya. Lingkungan terdekat anak adalah orangtuanya, untuk itu segala sikap yang ditunjukkan orangtua akan mudah sekali ditiru oleh anak mereka.
Jika orangtua atau keluarga terdekatnya sering berbohong, maka anak-anak akan menirunya. Maka dari itu, jadilah orangtua panutan yang selalu menerapkan kejujuran dalam bersikap, jangan pernah membiasakan kebohongan menjadi ‘jalan pintas’ untuk menyelesaikan masalah.
Kita sebagai orang dewasa harus tahu dan berani mengambil sikap yang sesuai dengan usia mereka. Yuk, mulai melatih diri untuk terus bersikap jujur dan terapkan pada generasi selanjutnya!
Baca Juga: 5 Strategi Jitu Agar Anak Berhenti Berbohong, Hadapi dengan Bijak
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.