Mengenal Trah Keluarga dan Trah Leluhur, Makin Paham

Sangat berhubungan dengan budaya Jawa

'Trah keluarga’ dan ‘trah leluhur’ adalah istilah yang berkaitan dengan budaya Jawa, khususnya dalam konteks penamaan generasi. Meski namanya mirip, tapi keduanya mempunyai perbedaan yang mencolok dalam budaya Jawa, lho. Trah keluarga mengacu pada silsilah suatu keluarga, sedangkan trah leluhur digunakan dalam konteks silsilah leluhur.

Dengan kata lain, trah keluarga dipakai untuk menerangkan silsilah anggota keluarga yang masih hidup, sedangkan trah leluhur digunakan untuk menunjukkan silsilah leluhur yang telah meninggal. Nah, untuk lebih jelasnya, langsung simak penjelasan tentang perbedaan trah keluarga dan trah leluhur berikut ini.

1. Mengenal trah keluarga

Mengenal Trah Keluarga dan Trah Leluhur, Makin Pahamilustrasi keluarga besar (unsplash.com/Rajiv Perera)

Trah keluarga merupakan warisan tak ternilai yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam budaya Jawa, trah keluarga sendiri adalah sistem nama keturunan yang digunakan untuk mengidentifikasi generasi dalam sebuah keluarga. Ini mencakup nilai-nilai, tradisi, cerita, dan pengetahuan yang diteruskan untuk memperkuat identitas keluarga. 

Sebagai informasi, setiap trah memiliki cerita unik yang menceritakan perjalanan dan pencapaian leluhur mereka, nih. Gak sampai di situ, trah keluarga juga dapat mempengaruhi karakter dan kepribadian anggota keluarga saat ini. Berikut adalah beberapa istilah trah keluarga yang digunakan dalam budaya Jawa berawal dari generasi pertama, yakni anak dari bapak serta ibu, dan trah tumerah, yaitu generasi ke-21 dari ibu dan bapak, sebagai berikut:

  • Anak: keturunan pertama;
  • Putu: keturunan kedua;
  • Buyut: keturunan ketiga;
  • Canggah: keturunan keempat;
  • Wareng: keturunan kelima;
  • Udheg-udheg: keturunan keenam;
  • Gantung siwur: Keturunan ketujuh; 
  • Gropak senthe: Keturunan delapan; 
  • Debog Bosok: Keturunan sembilan;
  • Galih Asem: Keturunan sepuluh;
  • Gropak Waton: Keturunan sebelas;
  • Cendheng: Keturunan dua belas;
  • Giyeng: Keturunan tujuh belas;
  • Cumpleng: Keturunan delapan belas;
  • Ampleng: Keturunan sembilan belas;
  • Menya-menya: Keturunan dua puluh;
  • Trah tumerah: Keturunan terakhir.

Baca Juga: Luca Marini: Penerus Trah Valentino Rossi

2. Mengenal trah leluhur

Mengenal Trah Keluarga dan Trah Leluhur, Makin Pahamilustrasi keluarga besar (pexels.com/Craig Adderley)

Istilah-istilah dalam trah leluhur tersebut mencerminkan penghargaan yang dalam terhadap leluhur dan silsilah keluarga yang telah memberikan landasan bagi kehidupan masa kini. Dimulai dari ‘Mbah Buyut’ yang merupakan generasi ketiga dari trah leluhur. Kemudian, Mbah Canggah merujuk pada generasi keempat, di mana peran mereka dalam mewariskan kearifan lokal sangat penting.

Mbah Wareng adalah istilah untuk generasi kelima, yang juga dianggap sebagai penjaga tradisi dan kearifan lokal. Sedangkan Mbah Udheg-Udheg adalah generasi keenam yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam hierarki keluarga dan trah leluhur. Mbah Gantung Siwur merupakan istilah untuk generasi ketujuh, yang masih dihormati dan dianggap memiliki pengaruh spiritual yang kuat. 

Sementara itu, Mbah Gropak Senthe dan Mbah Debog Bosok adalah istilah untuk generasi delapan dan sembilan, yang tetap dihormati meskipun jarak generasi semakin jauh. Mbah Galih Asem, Mbah Gropak Waton, dan Mbah Cendheng menjadi istilah yang merujuk pada generasi kesepuluh hingga keduabelas yang dianggap sebagai penjaga nilai-nilai tradisional dan moral dalam keluarga.

Mbah Giyeng, Mbah Cumpleng, dan Mbah Ampleng adalah istilah untuk generasi ketigabelas hingga kelimabelas, yang tetap dihormati dan dianggap memiliki pengaruh dalam kehidupan keluarga. Sedangkan Mbah Menyaman dan Mbah Menya-menya adalah istilah untuk generasi keenambelas dan ketujuhbelas, yang dihormati sebagai bagian integral dari silsilah keluarga.

3. Manfaat trah keluarga dan trah leluhur

Mengenal Trah Keluarga dan Trah Leluhur, Makin Pahamilustrasi trah keluarga (pexelscom/Eddie Edvardsson)

Trah keluarga dan trah leluhur memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga dan masyarakat secara luas. Salah satunya, memperkuat identitas keluarga, lho. Dengan mengetahui asal-usul dan sejarah keluarga, anggota keluarga jadi merasa lebih terhubung dengan akar budaya dan nilai-nilai yang diteruskan dari generasi ke generasi. Ini juga dapat meningkatkan rasa kebanggaan akan warisan budaya keluarga, nih.

Kedua, pengetahuan tentang trah keluarga dan trah leluhur dapat membantu menghormati warisan budayanya sendiri. Ini dapat mendorong anggota keluarga untuk memelihara tradisi dan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang, sehingga bisa tetap menjaga keberlanjutan budaya keluarga. Di samping itu, trah keluarga dan trah leluhur juga dapat memperkuat ikatan emosional antar anggota keluarga. Cerita-cerita tentang leluhur yang inspiratif bisa menjadi sumber motivasi bagi anggota keluarga, serta membantu membangun solidaritas dan kerjasama dalam keluarga.

Mengenal trah keluarga dan trah leluhur dapat memberikan wawasan tentang pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh nenek moyang. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi anggota keluarga untuk mengembangkan diri dan memiliki kebanggan lebih terhadap mereka. Nah, apakah kamu mengetahui trah keluarga dan trah leluhur keturunan kamu sendiri?

Baca Juga: Ciri-Ciri Khodam Leluhur Datang, Kamu Harus Peka

Lathiva R. Faisol Photo Verified Writer Lathiva R. Faisol

Senang membaca dan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya