5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!

Hati-hati, bisa terbawa sampai dewasa

Pada masa prasekolah, tiap anak mengalami beragam perilaku yang mencerminkan tahap perkembangannya. Usia prasekolah biasanya berkisar antara 3 hingga 6 tahun, yang mana periode ini anak-anak mulai mengembangkan berbagai keterampilan sosial, emosional, dan kognitif.

Orangtua perlu memperhatikan perilaku anak pada tahap usia prasekolah, karena ini memegang peran penting dalam pembentukan perkembangan mereka. Beberapa perilaku yang muncul pada anak dapat menjadi isyarat tertentu perlu adanya bimbingan dan pemahaman lebih lanjut. Ketahui perilaku anak usia prasekolah yang tidak boleh diabaikan, melalui artikel berikut ini!

1. Menginterupsi saat orang lain berbicara

5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!ilustrasi ayah menggendong anak menangis (pexels.com/baphi)

Orangtua mungkin pernah mendapati anak yang sedang merasa sangat antusias atau bersemangat untuk berbicara atau bertanya tentang sesuatu hal, sehingga tidak menyadari bahwa orang lain sedang berbicara. Jika sampai membiarkan anak menyela atau menginterupsi pembicaraan, hal ini membuat anak tidak paham tentang bagaimana bersikap perhatian dan sopan terhadap orang lain.

Orangtua perlu mengajarkan anak untuk menghargai saat-saat di mana orang lain sedang berbicara atau sibuk. Membiarkan anak menyela pembicaraan, berarti mendorong anak untuk beranggapan bahwa mendapatkan perhatian langsung adalah sesuatu hal yang bisa dilakukan setiap saat tanpa memperhitungkan situasi atau kebutuhan orang lain.

"Jika anak dibiarkan menginterupsi secara berlebihan tanpa pembatasan, hal ini dapat memberikan kesan kepada mereka bahwa mereka berhak mendapatkan perhatian orang lain setiap saat. Ini membuat mereka mungkin tidak terbiasa dengan situasi di mana kebutuhan atau keinginan tidak langsung terpenuhi, sehingga menyebabkan rasa frustrasi" kata psikolog Jerry Wyckoff, Ph.D., co-author dari buku Getting Your Child From No to Yes, dilansir Parents.

2. Bermain kasar

5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!ilustrasi anak menangis (pexels.com/keiraburton)

Penting bagi orangtua atau pengasuh untuk bertindak ketika anak melakukan perilaku agresif, bahkan jika itu tidak selalu mencakup tindakan fisik yang ekstrem, seperti memukul teman. Meskipun mendorong atau mencubit teman mungkin terlihat lebih ringan dibandingkan memukul, penting untuk tidak mengabaikan tindakan agresi yang lebih halus ini.

"Jika orangtua tidak turun tangan, perilaku kasar bisa menjadi kebiasaan yang mengakar pada usia 8 tahun. Selain itu, ini bisa diartikan anak bahwa menyakiti orang dapat diterima," kata Michele Borba, Ed.D., penulis buku Don't Give Me That Attitude!: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them, dilansir Parents.

American Academy of Pediatrics (AAP) juga menyarankan untuk turun tangan secara langsung menghadapi perilaku agresif anak. Ledakan emosional sebenarnya normal pada balita karena mereka belum sepenuhnya dapat mengekspresikan perasaan secara verbal. Dalam situasi ini, katakan dengan tegas, "kita tidak memukul," lalu pegang tangan anak untuk menghentikan tindakan tersebut atau keluarkan mereka dari situasi yang memicu emosi tersebut.

3. Berpura-pura tidak mendengar

5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!ilustrasi anak tidak mau mendengar (pexels.com/gabbyk)

Hindari membiasakan anak mengabaikan atau meremehkan instruksi dari orangtua. Jika anak merasa bisa melakukan perilaku tersebut tanpa mendapat konsekuensi atau patuh pada instruksi, hal ini dapat membuat mereka kurang responsif terhadap wewenang orangtua.

Datanglah ke dekat anak dan beri tahu mereka apa yang perlu mereka lakukan. Gunakan instruksi yang singkat dan sederhana. Pastikan pula untuk melakukan kontak mata, sehingga mereka merespons dengan mengatakan "baik" atau lebih baik lagi.

dm-player

Ulangi instruksi  untuk memastikan mereka memahaminya. Jika mereka terus mengabaikan atau tidak mengikuti, berlakukan konsekuensi.

"Mengingatkan anak secara berulang kali hanya melatih mereka untuk tidak segera menanggapi instruksi. Ini karena mereka telah terbiasa dengan pengingat yang berulang dan ini dapat menciptakan kebiasaan menunda-nunda atau kurangnya perhatian pada instruksi yang pertama kali diberikan," kata psikolog Kevin Leman, Ph.D., penulis First-Time Mom: Getting Off on the Right Foot—From Birth to First Grade, dilansir laman yang sama.

Baca Juga: 15 Dongeng Sebelum Tidur untuk Anak-anak, Penuh Pesan Moral!

4. Menunjukkan sikap angkuh atau kurang sopan

5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!ilustrasi seorang anak menangis (pexels.com/jepgambardella)

Orangtua mungkin tidak mengantisipasi bahwa anak-anak mereka akan menunjukkan perilaku merendahkan atau sinis pada usia prasekolah. Namun, tingkah laku angkuh sering kali dimulai ketika anak-anak prasekolah meniru perilaku orang yang lebih besar sebagai suatu bentuk uji coba terhadap reaksi orangtua mereka.

"Beberapa orangtua mengabaikannya karena mereka mengira itu hanya fase yang akan berlalu, tetapi jika orangtua tidak menghadapinya, ada risiko bahwa anak bisa tumbuh menjadi kurang hormat dan mengalami kesulitan dalam membangun serta menjaga hubungan persahabatan," kata Dr. Borba.

Pamela Kramer, seorang freelance writer, memberikan saran untuk orangtua, bagaimana bertindak jika anak menunjukkan sikap angkuh atau kurang sopan. Caranya, berikan kesadaran kepada anak terkait perilakunya. Orangtua perlu memberi tahu anak-anak mereka tentang perilaku yang tidak diinginkan.

Misalnya, anak menggelengkan kepala untuk cara yang menunjukkan ketidaksetujuan atau sikap sinis terhadap perkataan orangtua. Orangtua disarankan untuk mengomunikasikan kepada anak bahwa tidak masalah jika mereka tidak setuju dengan keputusan orangtua, namun menggelengkan kepala merupakan cara yang tidak tepat atau sopan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan tersebut.

5. Berbohong

5 Perilaku Anak Usia Prasekolah yang Tidak Boleh Diabaikan, Ketahui!ilustrasi anak perempuan dan laki-laki (unsplash.com/saeedkarimi)

Mungkin mendengar balita berbohong bukan seperti masalah besar. Apalagi, mencoba berbohong adalah perilaku yang muncul secara wajar seiring perkembangannya. Namun, ini bisa menjadi masalah jika anak-anak terbiasa membuat diri mereka terlihat sedikit lebih baik di mata orang lain dengan berbohong, seperti yang dijelaskan oleh Amy Morin, LCSW, seorang psikoterapis dilansir Verywell Family.

"Berbohong bisa menjadi kebiasaan otomatis jika anak belajar bahwa itu adalah cara mudah untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik. Jika anak-anak mengetahui bahwa berbohong dapat menjadi cara untuk mengelak dari tanggung jawab atau konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan mereka, mereka mungkin lebih cenderung untuk melibatkan diri dalam perilaku berbohong," kata Dr. Wyckoff.

Rentang usia antara dua dan empat tahun, anak masih dalam tahap perkembangan kognitif atau belum sepenuhnya paham dengan baik konsep kebenaran dan kebohongan. Seiring bertambah usia anak, mulai jelaskan apa itu berbohong dan bantu anak memahami mengapa itu buruk. Puji anak karena sudah jujur dan dorong mereka untuk selalu jujur, bahkan jika itu membuat mereka mendapat masalah. 

Dalam menghadapi perilaku anak usia prasekolah, sangat penting untuk tidak mengabaikan tanda-tanda dan pola yang muncul. Anak-anak pada tahap ini sedang aktif mengeksplorasi dan belajar, serta respons terhadap perilaku mereka dapat membentuk dasar perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai orangtua atau pengasuh, tidak boleh abai untuk memberikan perhatian, bimbingan, dan pemahaman yang diperlukan.

Baca Juga: 5 Tanda Trauma pada Anak-anak yang Harus Diwaspadai

Shasya Khairana Photo Verified Writer Shasya Khairana

expecto patronum

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto

Berita Terkini Lainnya