ilustrasi percakapan orang tua dengan anak (unsplash.com/sofatutor)
Bagaimana kamu akan mengakhiri percakapan, cara inilah yang akan melekat di benak anak. Jadi, jika kamu mengakhiri percakapan dengan kritik, maka asumsi sikap tersebutlah yang akan kamu tunjukkan di lain waktu. Oleh karena itu, akhiri percakapan bersama buah hati dengan menunjukkan kepercayaan atau penghargaan. Jadi, berhentilah mengatakan, “Jangan sampai mengulangi masalah yang sama, kau mengerti?”, tapi katakan, “Aku tahu kamu pasti bisa mengatasinya.”
Tambahkan juga dorongan kalimat, “Kamu sudah pernah berhasil melakukannya, jadi lain kali, coba lagi, pasti bisa.” Dorongan bukan seperti kalimat pujian yang terlalu biasa. Dorongan dapat menumbuhkan rasa percaya di dalam diri anak bahwa kamu tahu dia bisa terus bertumbuh dan berubah menjadi lebih baik. Mengakhiri percakapan dengan dorongan yang tulus dan positif, dapat lebih memudahkan kamu membuka pintu percakapan lain dengan anak di masa depan.
Strategi komunikasi kepada anak yang mudah marah di atas dapat membantu kamu membangun ruang untuk anak merasa didengarkan dengan lebih baik. Kamu tidak akan melemahkan kewenanganmu sebagai orang tua, namun, membangun ikatan pengaruh dirimu terhadap anak yang lebih kuat. Anak menjadi yakin, terlepas dunia sangat keras, mereka tahu, selalu punya tempat yang aman di mana mereka akan merasa lebih dihargai dan disayangi.