Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Melatih Anak agar Tenang saat Bermain

ilustrasi anak laki-laki
ilustrasi anak laki-laki (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Anak perlu diberi tahu mana mainan dan bukan mainan untuk menghindari kegaduhan yang berbahaya
  • Latih anak agar tidak berlarian, melompat-lompat, atau memukuli benda untuk menciptakan suasana bermain yang tenang
  • Tegur anak setiap mulai berteriak-teriak dan berikan permainan yang lebih banyak berpikir serta kasih tahu akibat dari berlebihan dalam bermain
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Anak-anak tentu suka bermain. Apalagi kalau ada teman main yang membuatnya nyaman. Gak harus kawan main di luar rumah. Kalau kamu punya dua anak, mereka juga otomatis bermain bersama setiap hari.

Namun, di balik keseruan mereka bermain bareng pernahkah dirimu merasa terganggu? Bukan karena kamu tidak menyayangi mereka. Akan tetapi, suara yang ditimbulkan anak memang kencang sekali. Dirimu sedang di luar rumah pun sampai mendengar kegaduhannya.

Ini dapat meningkatkan stresmu kalau terjadi setiap hari. Sekadar kamu memarahinya juga kurang efektif. Atau, anak berhasil diam tetapi menjadi terlalu takut padamu. Ada lima cara melatih anak agar tenang saat bermain. Hindari menormalkan anak-anak ribut terus di rumah.

1. Beri tahu anak mana mainan dan bukan mainan

ilustrasi anak bermain keran
ilustrasi anak bermain keran (pexels.com/Pragyan Bezbaruah)

Keributan yang tak terkendali tidak hanya dipicu oleh tangisan anak. Meski anak terlihat bahagia, suasana di rumah juga bisa berisik sekali karena ia memainkan sesuatu yang bukan mainan. Contohnya, kursi di ruang kerjamu ada rodanya.

Kamu gak sedang mendudukinya. Anak memainkannya dengan cara mendorongnya ke sana kemari sekuat tenaga. Sampai kursi itu membentur pintu atau dinding keras-keras. Suaranya terus berulang.

Dapat pula anak memainkan pintu. Pintu dibuka dan ditutup dengan dibanting berkali-kali. Kamu harus turun tangan. Jangan membiarkan anak terjebak dalam salah kaprah. Beri tahu dia mana mainan dan bukan mainan.

Pintu atau kursi bukan mainan. Kalau keduanya dimainkan dengan cara-cara di atas malah bisa berbahaya dan merusak. Seperti jari tangan anak terjepit pintu atau kursi yang didorong keras hingga membentur ke dinding kembali mundur lalu mengenai wajah anak.

2. Latih anak agar tak terus berlarian, lompat-lompat, atau memukuli benda

ilustrasi anak-anak
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Micah Eleazar)

Ketiga hal di atas paling sering dilakukan anak. Memang anak mampu berlari tanpa hambatan adalah tanda tumbuh kembang yang baik. Namun, berlari juga harus di tempat dan waktu yang tepat.

Kalau ini dilakukan di sembarang tempat malah bisa mencelakakan anak. Apalagi di dalam rumah yang berperabot banyak. Anak dapat jatuh lalu terbentur meja atau tersandung kaki kursi dan tepian karpet. Anak boleh lari-lari cuma di halaman atau taman perumahan, misalnya.

Begitu juga dengan keinginannya melompat-lompat. Bermain dengan tenang bukan hanya tentang suara yang minimal. Namun, juga gerakan yang lebih kalem. Suruh anak berhenti meloncat-loncat di atas sofa atau kasur.

Selain itu, memukul-mukul benda menjadi sumber kegaduhan yang sangat mengganggu. Anak senang karena pukulannya menimbulkan bunyi yang gak biasa. Akan tetapi, ini bukan buat dibiarkan. Segera minta anak berhenti. Kalau perlu ambil benda yang dipukulinya dan simpan di tempat yang lebih aman.

3. Tegur anak setiap mulai berteriak-teriak

ilustrasi anak-anak
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Muziyan Du)

Anak memang cenderung suka berteriak buat mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Kalau dia gak berteriak, takutnya tidak bakal diperhatikan. Teriakannya juga bukan sekadar saat ia memanggil seseorang atau menangis.

Anak pun biasanya senang menjerit dengan suaranya yang melengking. Bahkan kakak dan adik dapat seakan-akan bersaing buat menjerit paling keras dan lama. Jangan sampai ini dianggap wajar. Nanti tambah lama teriakan mereka makin kencang dan nyaris sepanjang hari.

Orangtua mesti menegur anak. Namun, tegurannya tak perlu disampaikan dengan suara sama kencangnya. Justru kamu mesti memberi contoh sikap tenang. Cukup kasih kode dengan telunjuk di depan bibir.

Lanjutkan dengan bicara nada biasa, tapi tetap tegas agar anak tidak berteriak-teriak. Katakan bahwa tanpa ia berteriak pun, orang-orang di rumah sudah mendengarnya. Juga teriakan atau jeritannya bisa mengganggu tetangga sebelah.

4. Beri anak permainan yang lebih banyak berpikir

ilustrasi anak-anak bermain
ilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Micah Eleazar)

Tidak ada orang yang berpikir sambil ribut sendiri. Berpikir mendalam sudah pasti membuat siapa pun gak banyak bersuara dan bergerak. Perhatiannya terpusat pada sesuatu. Boro-boro dia menjadi biang keributan.

Ia pun akan lebih sensitif dengan gangguan di sekitarnya. Agar anak tidak terlalu gaduh di rumah, dia perlu dibiasakan agar berpikir lebih banyak. Bukan artinya anak bakal dibentuk sangat serius dan tak seceria anak seusianya.

Namun, selain buat meredam kegaduhan di rumah, strategi ini juga penting buat merangsang aspek kognitifnya. Permainan merakit lego dan robot dapat menjadi pilihan. Juga permainan teka-teki sederhana buat anak, mencocokkan gambar dengan namanya, dan sejenisnya.

5. Kasih tahu akibat dari berlebihan dalam bermain

ilustrasi mewarnai
ilustrasi mewarnai (pexels.com/Daniil Kondrashin)

Bagi anak, bermain makin ramai makin terasa menyenangkan. Namun, sering kali ini hanya di awal. Beberapa saat kemudian pasti muncul masalah. Seperti anak menjadi sembrono kemudian terjatuh atau tak sengaja kena sikut saudaranya

Lalu anak menangis kencang dan marah pada teman mainnya. Meski dia sudah kerap mengalaminya bisa lupa saat suasana sudah kembali menyenangkan. Orangtua perlu mengingatkannya dengan tujuan supaya anak lebih hati-hati.

Anak yang mulai terbiasa berhati-hati serta tidak gegabah dengan sendirinya akan lebih tenang. Kontrol dirinya sudah berkembang. Jangan bosan memberi tahu anak tentang akibat negatif dari bermain secara berlebihan. Itu salah satu bentuk pendidikan buat anak.

Anak suka dan butuh bermain. Akan tetapi cobalah cara melatih anak agar tenang saat bermain dan tidak mengganggu ketenangan. Tujuannya agar anak tidak gaduh saat diajak bepergian ke mana pun dan tidak dicap membuat onar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us