Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tantangan Merawat Orangtua Sakit, Mental dan Finansial Kudu Kuat

ilustrasi orangtua sakit (pexels.com/Kampus Production)

Sakitnya orangtua tentu bukan hal yang diharapkan oleh anak. Akan tetapi, cepat atau lambat kamu akan mengalaminya juga seiring kedua orangtua memasuki usia lanjut. Sakit yang lebih berat dari sekadar flu atau capek dan gak bisa diobati dengan obat yang dijual bebas.

Di titik inilah kedewasaanmu akan sangat diuji. Merawat orangtua yang sakit tidak sekadar mengantarnya sekali ke dokter. Kondisi kesehatannya dapat terus menurun dan membutuhkan pendampingan penuh baik saat perawatan di rumah sakit, pemulihan di rumah, terapi-terapi selanjutnya, serta kegiatannya sehari-hari.

Kondisi seperti ini bisa berlangsung lama sehingga kamu harus beradaptasi dengan perubahan besar dalam hidupmu. Dari dahulu orangtua yang mengurusmu menjadi dirimu yang bertanggung jawab penuh atas mereka. Beberapa dari tantangan berikut ini mungkin juga kamu alami.

1. Orangtua susah diajak ke rumah sakit apalagi rawat inap

ilustrasi orangtua sakit (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Orangtua yang sudah cukup terbiasa pergi ke rumah sakit buat berobat pun dapat mendadak menolak ketika merasakan kali ini sakitnya lebih parah. Sikapnya menjadi berkebalikan dengan yang seharusnya dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa takut menghadapi diagnosis dokter dan perawatan yang panjang.

Sementara itu, kamu juga gak bisa memaksa orangtua yang masih dalam keadaan sadar buat dibawa ke rumah sakit. Dirimu harus mengeluarkan segala bujuk rayu dan pertimbangan sampai orangtua bersedia ke rumah sakit. Tapi setibanya di rumah sakit pun, perilaku orangtua dapat cenderung emosional.

Orangtua yang dalam kondisi sakit dan lemah makin tidak bisa bersabar ketika harus mengantre. Kadang petugas medis pun menjadi sasaran kejengkelannya, apalagi jika orangtuamu memang mudah kehabisan kesabaran. Kalau orangtua harus dirawat inap, selama di rumah sakit mereka juga dapat lebih rewel daripada anak-anak.

2. Persoalan biaya

ilustrasi orangtua sakit (pexels.com/SHVETS production)

Kalau orangtuamu masih bekerja ketika penyakit yang cukup berat datang, kemungkinan besar ada tabungan yang memadai buat berobat. Asuransi dari tempat kerjanya juga bisa dipakai. Akan tetapi, orangtua yang gak lagi bekerja belum tentu memiliki uang atau tabungan pensiun. Boleh jadi selama ini penghasilannya cuma habis untuk kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan hingga menikahkan anak-anak.

Walaupun ada asuransi, barangkali preminya telah lama tidak dibayarkan sehingga gak bisa dipakai di rumah sakit. Mujur bila pekerjaanmu dan saudara-saudara memberikan pendapatan yang cukup besar. Kalian akan mampu bersama-sama menanggung seluruh biaya perawatan orangtua.

Apabila penghasilan kalian masih pas-pasan dan masing-masing memiliki banyak tanggungan tentu situasi menjadi berat. Dalam kondisi darurat, pilihannya cuma dua yaitu meminjam uang ke kantor dan keluarga besar atau menjual apa pun yang dapat laku dalam waktu cepat seperti kendaraan atau perhiasan. Masalahnya, biaya rumah sakit bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta sekali rawat inap, tergantung keadaan orangtua.

3. Membagi waktu dengan kuliah, pekerjaan, dan keluarga kecilmu

ilustrasi nenek sakit (pexels.com/Alex Green)

Selama ini rasanya mudah saja bagi orangtua untuk merawat anak-anaknya yang sakit. Buktinya kamu tidak telantar di rumah ketika sedang tidak enak badan. Dirimu malah kebanjiran perhatian dari orangtua selama sakit.

Namun, ketika sekarang kamu gantian merawat orangtua yang mulai sakit-sakitan ternyata sangatlah sulit. Dirimu sampai kecapekan dan stres karena mesti membagi waktu serta energi dengan kegiatan yang lain. Urusan kuliah saja telah membuatmu kewalahan, apalagi bila harus setiap hari bolak-balik dari kantor ke rumah atau rumah sakit.

Kamu cuma bisa mengajukan izin tak masuk kerja selama beberapa hari, sedangkan masa sakit orangtua jauh lebih panjang. Tidak mungkin pula untukmu begitu saja membolos kerja karena sanksinya berat. Kamu butuh pendapatan buat membiayai pengobatan orangtua, tetapi di sisi lain waktu serta tenagamu seperti telah habis untuk merawatnya.

Buat dirimu yang sudah berumah tangga, sakitnya orangtua dalam waktu yang panjang juga bisa memengaruhi kondisi keluarga kecilmu. Sedikit saja pasangan tidak pengertian pasti muncul drama di rumah seakan-akan kamu lebih memilih mengurus orangtua ketimbang pasangan dan anak. Padahal kalau bukan kamu, siapa lagi yang hendak merawat orangtua? Inilah pentingnya memiliki pasangan yang pikirannya dewasa.

4. Permintaan orangtua agar semua anak berkumpul

ilustrasi menjenguk ibu (pexels.com/Ron Lach)

Permintaan ini dapat muncul karena rasa rindu orangtua yang besar pada semua anaknya. Dapat pula orangtua yang menyadari kondisinya makin parah ingin menyampaikan beberapa pesan penting buat kamu dan saudara-saudaramu. Persoalannya, adik atau kakakmu tidak semuanya tinggal di satu kota.

Keberadaan mereka yang berpencar menyulitkan untuk dapat pulang dalam waktu dekat dan bersamaan. Jika tidak bertepatan dengan libur panjang, kemungkinan besar keinginan orangtua gak terpenuhi. Ini membuat orangtua kecewa dan sedih yang tambah memperburuk kondisi kesehatannya.

Dirimu sebagai satu-satunya anak yang ada di dekat orangtua harus terus menenangkannya. Satu sisi, kamu gak boleh memberikan janji-janji palsu seakan-akan semua anak akan segera datang. Di sisi lain, dirimu harus bikin orangtua tetap fokus menjalani perawatan dan bahagia.

5. Atau kamu malah dilarang memberi tahu saudara yang merantau

ilustrasi orangtua sakit (pexels.com/Ron Lach)

Berkebalikan dengan poin sebelumnya, kali ini justru orangtua berkeras agar saudara-saudaramu yang di luar kota tidak dikabari. Jika penyakit orangtua cukup ringan tentu kamu pun gak masalah daripada saudara-saudaramu menjadi panik. Namun, saat kondisi orangtua berat seharusnya semua anak tetap mengetahuinya.

Dirimu dapat disalahkan oleh seluruh saudara bila merahasiakan keadaan orangtua. Pun dengan mereka tahu barangkali mampu membantumu, seperti dengan pulang dan bergantian denganmu dalam merawat orangtua. Tapi karena orangtuamu melarang, kamu menjadi repot dan banyak pikiran seorang diri.

Larangan orangtua ini mesti disikapi dengan bijaksana. Apabila keadaannya makin memburuk serta memerlukan penanganan lebih lanjut seperti operasi, tidak apa-apa kamu melanggarnya demi kebaikan yang lebih besar. Hubungi saudara-saudaramu supaya kalian dapat bahu-membahu dalam mendampingi perjuangan orangtua menghadapi penyakitnya.

6. Keputusasaan orangtua

ilustrasi ibu sakit (pexels.com/Ron Lach)

Jangankan orangtua yang telah memasuki usia lanjut. Orang yang masih muda pun bisa merasa putus asa kalau penyakitnya berat. Perawatan dan pengobatan yang lama seolah-olah tidak memberikan hasil apa-apa. Orangtuamu juga dapat berpikir daripada uang terus dibuang-buang untuk mengobati penyakitnya yang gak bisa disembuhkan mending dipakai untuk keperluanmu dan saudara-saudaramu.

Orangtua merasa toh, usianya memang sudah tak lama lagi. Kamu dan saudara-saudaramu yang masih muda lebih membutuhkan uang itu daripada mereka. Keputusasaan orangtua walau dibalut kepedulian akan masa depan anak-anak pasti membuat hatimu tersayat-sayat.

Kamu lebih suka semua uang dan aset yang dikumpulkan orangtua selama ini dihabiskan untuk pengobatan karena itu memang haknya. Dirimu dan saudara-saudara bisa mencari sendiri rezeki masing-masing. Usaha membangkitkan semangat orangtua yang telah begitu lemah dapat tidak mudah.

Ada anak yang gak sempat banyak menunjukkan baktinya pada orangtua karena keduanya berpulang ketika ia masih kecil. Entah mereka meninggal lantaran sakit atau kecelakaan, keluarga besar yang saat itu merawatnya. Maka meski situasimu sekarang serba repot sebab harus menunggui orangtua yang sakit-sakitan, sesungguhnya ini bukan sekadar ujian melainkan juga kesempatan buatmu menunjukkan kasih sayang pada mereka. Tetaplah bersabar dan jaga kesehatanmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us