Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Agar Anak Patuh Karena Cinta, Bukan Rasa Takut

ilustrasi anak membantu mencuci piring (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Hubungan emosional yang kuat dengan anak penting sebelum memberikan aturan atau arahan. Dengan merasa dicintai dan dihargai, mereka lebih terbuka untuk mendengarkan orang tua.
  • Jelaskan alasan di balik perintah yang diberikan untuk membantu anak memahami tujuan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
  • Pujian yang spesifik dan tulus serta kalimat positif dapat membantu anak merasa dihargai, didukung, dan dicintai dalam proses kepatuhan mereka.

Sebagai orangtua, tentu ingin agar anak tumbuh menjadi pribadi yang patuh dan menghormati kita dengan sepenuh hati. Namun, bagaimana cara memastikan kepatuhan tersebut lahir dari cinta, bukan rasa takut? Anak-anak yang taat karena cinta cenderung memiliki hubungan yang lebih hangat dengan orangtua.

Sayangnya, banyak dari kita tanpa sadar memakai cara yang menakut-nakuti, seperti ancaman atau hukuman berat, untuk membuat anak patuh. Meskipun cara ini mungkin terlihat efektif dalam jangka pendek, dampaknya bisa berbahaya bagi perkembangan emosional anak. Sebaliknya, kepatuhan yang didasarkan pada cinta, kasih sayang, dan pengertian akan menghasilkan hubungan yang jauh lebih positif. Berikut tips agar anak tumbuh menjadi pribadi yang patuh karena cinta, bukan rasa takut.

1. Bangun kedekatan emosional

ilustrasi kedekatan ibu dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebelum memberikan arahan atau aturan, pastikan hubungan dengan anak sudah terjalin erat. Dalam istilah parenting yang bijak, “ikat hati dulu sebelum memberi tahu.” Ketika anak merasa dicintai, dihargai, dan dipahami, mereka akan lebih terbuka untuk mendengarkan orang tua.

Luangkan waktu khusus untuk berbicara atau bermain bersama anak. Dengarkan cerita mereka tanpa menyela, hargai pendapat mereka, dan tunjukkan kepedulian. Misalnya, saat anak sedang bercerita tentang sekolahnya, fokuskan perhatian, buat kontak mata, dan tanggapi dengan antusias. Ketika anak merasa hubungan emosionalnya dengan orangtua kuat, mereka akan lebih mudah menerima nasihat dan arahan.

2. Jelaskan alasan di balik perintah

ilustrasi ibu berbicara dengan anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Sebelum memberikan tugas atau meminta anak untuk melakukan sesuatu, jelaskan alasan mengapa hal itu penting. Anak-anak cenderung lebih patuh ketika mereka memahami tujuan dari arahan yang diberikan.

Misalnya, jika meminta anak untuk merapikan mainan, jelaskan bahwa mainan yang berserakan dapat menyebabkan terluka atau membuat rumah terasa tidak nyaman. Dengan cara ini, anak akan belajar untuk melihat tujuan di balik tindakan mereka, bukan sekadar melakukannya karena takut dihukum.

Mengajarkan alasan di balik perintah juga membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Mereka akan belajar melihat konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

3. Beri pujian untuk perilaku baik anak

ilustrasi ibu memberikan pujian karena anak berperilaku baik (pexels.com/Kampus Production)

Seringkali, kita terlalu fokus pada kesalahan anak dan lupa untuk menghargai perilaku baik mereka. Padahal, pujian dan apresiasi memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Ketika anak merasa diapresiasi, mereka akan lebih termotivasi untuk terus berperilaku baik.

Pastikan pujian yang diberikan spesifik dan tulus. Misalnya, daripada hanya mengatakan, “Kamu anak yang baik,” cobalah mengatakan, “Ibu senang sekali melihat kamu langsung membereskan mainan tadi. Itu menunjukkan kamu peduli dengan kebersihan rumah kita.”

Dengan memberi pujian yang spesifik, anak akan tahu perilaku mana yang dihargai, dan mereka akan cenderung mengulanginya. Jangan lupa, pujian juga membantu anak merasa dicintai dan dihormati, yang akan memperkuat hubungan dengan mereka.

4. Gunakan kalimat positif saat memberi arahan

ilustrasi ibu berbicara dengan putrinya (pexels.com/Юлия)

Cara berbicara kepada anak sangat memengaruhi respons mereka. Gunakan kalimat yang positif untuk memotivasi mereka. Hindari kalimat bernada negatif atau ancaman yang dapat membuat anak merasa takut.

Misalnya, daripada mengatakan, “Kalau kamu tidak merapikan kamar, kamu tidak akan dapat hadiah,” cobalah mengatakan, “Ibu tahu kamu bisa merapikan kamar dengan sangat baik. Kalau kamarnya rapi, kamu pasti merasa lebih nyaman bermain di sana.” Kalimat positif seperti ini membuat anak merasa didukung dan dihargai, bukan tertekan.

Kepatuhan karena cinta adalah langkah penting untuk membentuk karakter anak. Dengan cinta, mereka akan belajar bertanggung jawab, menghormati orangtua, dan menjalani hidup dengan penuh kasih sayang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us