Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak dan ibu
ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Tim Mossholder)

Intinya sih...

  • Ajarkan anak mengenali dan menamai emosi dasar, seperti sedih, senang, marah, atau takut.

  • Jadilah contoh dalam menunjukkan empati dengan memberikan penjelasan sederhana pada anak terkait tindakan yang dilakukan.

  • Mengajak anak berdiskusi tentang perasaan orang lain untuk membantu mereka belajar melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain merupakan bagian penting dalam kecerdasan emosional yang harus diajarkan sejak anak masih kecil. Anak yang mampu memahami emosi orang lain akan lebih mudah berempati, menjalin pertemanan, hingga berperilaku dengan penuh kepedulian pada berbagai situasi sosial.

Tanpa bimbingan yang tepat, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang peka terhadap perasaan sekitar dan sulit beradaptasi secara emosional. Simaklah beberapa tips berikut ini untuk mengajarkan anak dalam mengenali perasaan orang lain sejak dini agar dapat meresponnya dengan cara yang positif.

1. Ajarkan anak mengenali dan menamai emosi dasar

ilustrasi anak sedih (unsplash.com/Lucas Metz)

Langkah pertama agar anak bisa memahami perasaan orang lain adalah dengan mengenali perasaannya terlebih dahulu. Orangtua bisa membantu anak untuk memberi nama pada setiap emosi yang dirasakannya, entah itu sedih, senang, marah, atau bahkan takut agar nantinya terbiasa untuk mengenali perbedaan suasana hatinya.

Setidaknya dengan memahami emosi tersebut, maka anak akan lebih mudah mengidentifikasi setiap perasaan serupa yang mungkin akan dirasakan oleh orang lain. Hal sederhana seperti membaca buku cerita atau menonton film anak akan membantu anak untuk bisa menebak perasaan tokoh yang mungkin muncul di dalamnya.

2. Jadilah contoh dalam menunjukkan empati

ilustrasi orangtua dan anak (unsplash.com/Irish83)

Anak belajar paling efektif melalui pengamatan terhadap perilaku orangtua atau orang dewasa yang ada di sekitarnya. Pada saat orangtua menunjukkan empati, seperti dengan menenangkan orang lain yang sedang sedih atau mendengarkan dengan penuh perhatian, maka anak pun akan meniru sikap serupa.

Berikanlah penjelasan sederhana pada anak terkait tindakan yang dilakukannya. Setidaknya cara ini akan membantu anak untuk melihat tindakan empati dan memahami alasan atau bahkan makan dari perilaku tersebut.

3. Mengajak anak berdiskusi tentang perasaan orang lain

ilustrasi anak berbicara (unsplash.com/绵 绵)

Diskusi ringan tentang perasaan orang lain yang dapat membantu anak untuk berpikir lebih dalam dan memahami berbagai situasi sosial di baliknya. Sebagai contoh, coba tanyakan bagaimana menurut anak terkait perasaan temannya yang mungkin tidak diajak bermain atau seseorang yang sedang merasa kecewa.

Pertanyaan terbuka seperti itu bisa membantu anak untuk belajar dalam melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, sehingga bisa menumbuhkan kemampuan berpikir dan empati. Orangtua juga bisa membantu anak untuk menemukan cara agar membuat orang lain merasa lebih baik, sehingga empati bukan hanya berhenti pada rasa, namun diwujudkan melalui tindakan nyata.

4. Puji anak ketika menunjukkan sikap peduli

ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Jhon David)

Pujian positif bisa memperkuat perilaku baik dan membuat anak termotivasi untuk mengulanginya kembali. Pada saat anak menunjukkan sikap peduli, seperti meminjamkan mainan pada teman atau menenangkan adiknya yang menangis, maka berikanlah pujian yang spesifik agar ia pun tahu tindakannya dihargai.

Berikanlah kalimat penenang agar anak mengerti bahwa kepedulian merupakan hal baik yang harus dipertahankan. Penguatan seperti ini juga akan membantu anak untuk membangun rasa bangga terhadap empati yang berhasil ditunjukkan dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam kepribadian sehari-hari.

Mengajarkan anak mengenali perasaan orang lain bukan hanya tentang membentuk perilaku sosial yang baik, namun membangun pondasi emosional yang kuat untuk masa depannya. Dengan membiasakan hal-hal positif, maka orangtua akan membantu menciptakan generasi yang lebih peduli dan berjiwa lembut. Ingat, kemampuan berempati bukannya seperti muncul tiba-tiba karena harus dilatih!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian