Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orangtua dan anak (unsplash.com/Irish83)

Intinya sih...

  • Pahami situasi anak sebelum memberikan aturan, dengarkan kondisi emosional dan kebutuhan mereka.

  • Buat batasan yang jelas dan konsisten, seperti sopan santun atau waktu tidur.

  • Berikan pilihan agar anak belajar bertanggung jawab, melalui cara yang tepat untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Menjadi orangtua bukan berarti harus selalu penuh dengan aturan, namun bukan berarti membiarkan mereka secara berlebihan tanpa adanya batasan yang jelas. Kunci dari pola asuh yang sehat sebetulnya terletak pada keseimbangan antara ketegasan dan juga fleksibilitas, yaitu pada saat anak merasa dicintai, sekaligus diarahkan.

Orangtua yang fleksibel tentu mampu menyesuaikan pendekatan dengan kondisi dan juga kebutuhan dari anak, sementara ketegasan tetap saja penting agar dapat membentuk karakter anak yang penuh dengan tanggung jawab. Berikut ini merupakan beberapa tips yang mungkin dapat membantumu sebagai orangtua untuk tetap bersikap fleksibel, namun tetap bisa tegas pada anak dalam beberapa situasi.

1. Pahami situasi anak sebelum memberikan aturan

ilustrasi anak berbicara (unsplash.com/绵 绵)

Sebelum menegakkan aturan, maka penting untuk terlebih dahulu mendengarkan kondisi emosional anak dan kebutuhannya. Contohnya jika anak menolak mengerjakan PR, maka bisa jadi memang ia sedang merasa benar-benar lelah atau justru mengalami tekanan emosional di sekolahnya

Setidaknya dengan memahami setiap alasan di balik perilaku anak, maka orangtua dapat memberikan respon yang tepat dan bijak. Ini juga seolah menunjukkan bahwa kamu sebagai orangtua tidak hanya menuntut, namun juga peduli dan mau mendengarkan anak.

2. Buat batasan yang jelas dan konsisten

ilustrasi anak mempersiapkan makanan (pexels.com/cottonbro studio)

Meski bersikap fleksibel, namun kamu tetap harus memiliki batasan tersendiri yang tidak bisa dinegosiasikan, seperti sopan santun atau waktu tidur. Ketegasan dalam hal ini dapat membantu anak untuk tetap merasa aman di dekat orangtuanya, sebab mereka tahu apa saja yang memang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Konsistensi merupakan hal yang sangat penting agar anak tidak sampai bingung terhadap setiap peraturan yang berubah-ubah. Jika anak mencoba melanggar, maka berikan penjelasan dan juga konsekuensi dengan suara yang tenang, namun terkesan tegas agar dapat dipahami oleh anak.

3. Berikan pilihan agar anak belajar bertanggung jawab

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)

Daripada memberi perintah yang terkesan kaku, maka tidak ada salahnya untuk memberikan dua atau tiga pilihan dalam batasan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Seperti misalnya orangtua dapat menanyakan pada anak apakah akan membereskan mainan sekarang atau setelah makan malam nanti.

Melalui cara yang tepat, maka anak akan terus merasa dilibatkan dan memiliki kendali atas pilihannya, sehingga inilah yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab. Orangtua tentunya tetap menjadi pemegang kendali utama, namun bisa tetap berusaha memberikan ruang bagi anak untuk terus belajar dalam mengambil setiap keputusan.

4. Evaluasi diri dan belajar menyesuaikan pendekatan

ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Jhon David)

Setiap anak tentunya unik dan pendekatan yang berhasil pada satu anak biasanya belum cocok untuk yang lainnya. Tidak heran apabila orangtua harus secara rutin mengevaluasi bagaimana cara mendidik mereka dan selalu terbuka terhadap setiap perubahan yang sifatnya positif.

Jika suatu pendekatan tidak membuahkan hasil, maka bukan berarti kamu sebagai orangtua gagal mendidiknya, justru itu merupakan kesempatan untuk bisa berusaha tumbuh bersama dengan anak. Fleksibilitas orangtua bukan tanda dari kelemahan, namun bentuk kecerdasan dalam membangun hubungan yang sehat dan bisa saling menghargai.

Menjadi orangtua yang fleksibel tapi tetap tegas memang memerlukan kesabaran ekstra. Namun, penting bagi orangtua untuk memahami terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan anak agar bisa merespon setiap halnya dengan cara yang lebih bijak. Ingatlah bahwa tujuan utamanya bukan untuk mengontrol anak, melainkan membimbing mereka dengan penuh kasih sayang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian