Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak yang juga bekerja menjadi buruh (unsplash.com/@dulana_hansisi)

Intinya sih...

  • Siapa yang layak dapat bantuan? Kebijakan vasektomi untuk bansos didukung oleh moralitas fairness versi konservatif, menekankan imbalan setimpal bagi orang yang bertanggung jawab.

  • Tubuh siapa, aturan siapa? Memaksa vasektomi demi bansos dianggap sebagai bentuk penindasan, melanggar nilai kebebasan individu dalam psikologi politik liberal.

  • Melindungi anak atau melukai orangtua? Pengendalian populasi bisa menyakiti kelompok miskin secara psikologis dan martabat, bertentangan dengan moralitas care/harm yang menekankan empati dan perlindungan.

Wacana kebijakan Dedi Mulyadi yang sempat mengaitkan pemberian bansos dengan kewajiban vasektomi bikin geger meskipun pada akhirnya kebijakan tersebut dibantah dan tidak jadi diresmikan. Di satu sisi, ada niat mulia soal pengendalian populasi dan kualitas hidup. Tapi di sisi lain, kebijakan ini seperti melukai martabat kelompok miskin. Kalau dibaca pakai teori moral foundation dari Jonathan Haidt, ternyata perdebatan ini nggak cuma soal benar-salah, tapi benturan nilai moral yang jauh lebih dalam.

1. Fairness vs Cheating: Siapa yang layak dapat bantuan?

ilustrasi perkampungan kumuh (unsplash.com/@opeleye)

Pandangan pendukung kebijakan ini sering berasal dari rasa keadilan yang bersifat meritokratis: kalau gak bisa tanggung jawab, jangan nambah beban. Haidt menyebut ini sebagai moralitas fairness versi konservatif, yaitu "proportionality", siapa yang bekerja keras pantas mendapat imbalan, yang ceroboh harus menanggung akibatnya.

Pendukung kebijakan vasektomi untuk bansos merasa bahwa bantuan negara seharusnya diberikan kepada orang yang bertanggung jawab. Kalau terus-terusan punya anak tanpa kemampuan finansial, dianggap “curang” atau menyalahgunakan sistem. Pandangan ini sejalan dengan moralitas fairness versi konservatif: keadilan berarti imbalan setimpal.

2. Liberty vs Oppression: Tubuh siapa, aturan siapa?

ilustrasi perempuan hamil (unsplash.com/@freestocks)

Di sisi lain, memaksa vasektomi demi bansos bisa dilihat sebagai bentuk penindasan. Kebijakan itu membatasi kebebasan reproduksi orang miskin dengan syarat yang tidak diberlakukan ke kelas sosial lain. Haidt menyebut moralitas liberty/oppression sebagai nilai penting dalam psikologi politik liberal, kebebasan individu gak boleh dikorbankan cuma karena status ekonomi.

Ini tentang kebebasan individu melawan tekanan negara. Saat pemerintah mensyaratkan vasektomi demi bansos, muncul pertanyaan besar: apakah negara berhak mengatur tubuh seseorang, apalagi yang ekonominya lemah? Dari sudut pandang liberty/oppression, kebijakan ini dianggap menindas dan tidak adil karena membatasi hak dasar kelompok yang paling rentan.

3. Care vs Harm: Melindungi anak atau melukai orangtua?

ilustrasi anak-anak (unsplash.com/@yansphotobook)

Narasi pengendalian populasi sering dibungkus demi “kesejahteraan anak,” tapi cara mewujudkannya bisa menimbulkan harm: rasa malu, ketakutan, dan dehumanisasi. Dalam kerangka Haidt, moralitas care menekankan empati dan perlindungan terhadap yang lemah. Alih-alih memaksa, seharusnya negara memfasilitasi pendidikan seksual, akses KB, dan support system yang manusiawi.

Kebijakan ini mungkin diniatkan untuk “menjaga anak-anak” dari kondisi miskin, tapi cara pelaksanaannya bisa menyakiti orangtua—baik secara psikologis maupun martabat. Di sinilah moral care/harm bekerja: nilai empati dan perlindungan terhadap individu. Bukannya kasih solusi, kebijakan ini bisa dianggap mempermalukan dan menyakiti kelompok miskin.

Lewat lensa Jonathan Haidt, kita bisa lihat bahwa konflik soal bansos dan vasektomi bukan sekadar kebijakan "tega atau tidak," tapi soal moralitas yang berbeda. Di masyarakat yang plural, membangun kebijakan harus hati-hati membaca akar moral yang hidup di dalamnya, bukan cuma mengejar efisiensi, tapi juga rasa keadilan yang menyentuh semua sisi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team