ilustrasi anak menangis (pexels.com/Vika Glitter)
Flinch test dikatakan berhubungan dengan pengalaman kekerasan kepada anak. Gerakan mengangkat tangan untuk melindungi wajah atau menghindar secara tiba-tiba ini dikaitkan dengan sistem pertahanan diri anak terhadap kondisi berbahaya.
Dilansir Cleveland Clinic, ada sebuah peristiwa biologis bernama pembajakan amigdala yang terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan situasi berbahaya. Amigdala akan mengambil alih kontrol tubuh dan memberi perintah untuk melakukan respons defensif. Respons defensif ini bisa tampak dalam banyak hal, termasuk kaget, dan berusaha menjauhkan diri dari sumber bahaya.
Di sisi lain, Melinda Smith, M.A., Lawrence Robinson dan Jeanne Segal, Ph.D. menulis dalam helpguide.org, "Tanda-tanda peringatan kekerasan fisik, anak mungkin menghindari sentuhan, bergidik saat ada gerakan tiba-tiba, atau tampak takut untuk pulang."
Sementara itu, gejala lain yang mungkin tampak pada anak yang mengalami kekerasan fisik adalah sebagai berikut :
- Sering mengalami cedera atau memar, bekas luka, atau luka sayat yang tidak dapat dijelaskan, cedera mereka mungkin tampak memiliki pola seperti bekas tangan atau ikat pinggang
- Selalu waspada dan siaga, seakan menunggu sesuatu yang buruk terjadi
- Mengenakan pakaian yang tidak sesuai untuk menutupi cedera, seperti kemeja lengan panjang pada hari yang panas
Anak yang tidak pernah mengalami kekerasan cenderung bereaksi normal terhadap gerakan tiba-tiba orangtuanya. Beberapa orangtua yang mempraktikkan flinch test juga mendapatkan respons yang diharapkan. Anak-anak ini bereaksi biasa seperti berkedip, tidak peduli, atau justru merasa orangtua mereka sedang mengajak bercanda.
Flinch test bisa menjadi salah satu tanda waspada anak mengalami perbuatan tidak menyenangkan. Namun untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi, orangtua bisa menyelidiki lebih lanjut tentang respons anak yang berlebihan ini, ya.
Jika anak sudah bisa diajak ngobrol, orangtua bisa bertanya mengenai respons defensif anak ini dari hati ke hati. Karena bisa jadi, pengalaman kekerasan itu justru dilakukan oleh kawan atau orang terdekat. Jika anak belum bisa diajak berbicara, maka orangtua harus lebih mengawasi perilaku pengasuhan terhadap anak, ya.