#MahakaryaAyahIbu: Karena Beliau, Aku Tahu Apa Itu Arti Kuat yang Sesungguhnya

"Suatu hari, kamu akan tahu nak bagaimana hidup ini akan menguatkanmu perlahan.."

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Akulah gadis itu. Gadis bertubuh mungil yang sedang di pangkuan ibu. Ku mendongak ke atas tepat ke arah wajah ibu, ku lihat raut wajah yang sayu dan mengantuk. Bunyi suara mesin ketik itu adalah bunyi yang senantiasa menemaniku saat aku akan tidur. Bukanlah sebuah dongeng ataupun lagu penghantar tidur, melainkan suara mesin ketik yang usang dan berisik. 
Ya itulah pekerjaan ibuku. Seorang pegawai negeri sipil di Kabupaten Malang, sekitar tahun 1999.

Umurku 5 tahun pada saat itu. Aku senang menemani ibuku mengerjakan tugasnya seusai pulang kantor. Kami hidup bertiga, hanya ibu, aku dan adik laki-lakiku yang saat itu berusia 2 tahun. Tanpa ayah. Ya, ibu adalah sosok orang tua tunggal bagiku semenjak kecil. Ku lihat sebuah bingkai foto ayah dan ibu saat mereka masih menikah. Hanya dari foto itulah aku tahu seperti apa sosok ayah namun tetap saja ayah adalah sosok penggambaran samar bagiku. 

dm-player

Di rumah kecil ini ibu berjuang seorang diri, menjadi ayah dimana beliau harus mencari rejeki demi menghidupi kedua anaknya ini, juga menjadi ibu yang mana beliau mengurusi segala kebutuhan kami, mulai dari memberikan pendidikan dasar untukku dan adik dan tempat kasih sayang terbesar yang pernah ku tahu. Kami bukanlah keluarga yang berkecukupan, kami jauh sekali dari kata 'cukup'.

Masih ku ingat saat itu ibu mencari koin-koin yang berserakan diatas meja kerjanya. Dicarinya lagi beberapa koin di meja belajarku dan adik. Masih belum cukup, beliau mencari koin di bawah kolom tempat tidur kami. "Mama ngapain?" tanyaku dengan polosnya. Sambil menjulurkan tangannya dibawah kolom tempat tidur, beliau berkata "Mama cari koin ini..". Aku duduk di ujung tempat tidur sambil melihat beliau. Kemudian beliau menghitung satu per satu koin yang sudah terkumpul dan diberinya selotip setiap koin berjumlah 1000 rupiah.

"Ini buat sangumu besok ya, nduk.. Ini buat adek, nah yang ini buat mama ya sangunya. Kalo yang ini buat sangunya kita besok ya.". Untukku 1000 rupiah, untuk adek 500 rupiah, untuk ibu 5000 rupiah. Entah kenapa tiba-tiba gadis kecil itu menangis. Ibu merangkulku sambil berkata “Kamu itu harus kuat gak boleh cengeng, mama aja gak nangis masak kamu nangis?”

Masih samar bagiku untuk tahu apa bagaimana caranya menjadi kuat. Ku tanya ibu, katanya “Suatu hari, kamu akan tahu nak bagaimana hidup ini akan menguatkanmu perlahan..” Sekarang, sedikit demi sedikit, aku menyadari bagaimana kuatnya ibuku seorang diri berjuang demi 2 malaikat kecilnya. Kagum? Sangat. Apakah aku sudah sangat kuat seperti ibuku? Aku rasa belum, tapi aku akan menjadi kuat sepertinya. Hasil banting tulangnya, hasil jerih payahnya, tangisnya, semuanya.. Berhasil menghantarkanku dan adikku bersekolah di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Sarjana Psikologi, adalah sebuah gelar yang sedang kuperjuangkan sekarang.

Saat ini pun aku juga sedang mencari beberapa beasiswa untuk mendaftar magister di luar negeri. Mimpi yang luar biasa bukan? Itu yang diajarkan oleh ibuku. Jadilah kuat meski banyak orang berkata kau tak mampu. Bu, meskipun saat ini aku belum bisa memberikan apa-apa, tapi tunggulah.. aku akan menjadi kuat seperti yang kau minta dulu. Aku sadar ternyata benar hidup ini perlahan menguatkanku, yang dulu hanyalah gadis kecil yang cengeng, sekarang tumbuh menjadi gadis mandiri yang siap meraih mimpinya. Karena beliau lah, sekarang aku tahu apa itu arti kuat yang sesungguhnya. Karena kuat bukan berarti kau harus menjadi lelaki. Kuat adalah seberapa kokohkah kamu untuk tetap tegar berdiri meski kau tergerus jahatnya dunia. Makasih ibu..

Wiandra Ariestya Photo Writer Wiandra Ariestya

22 yo. Psychology's student at Brawijaya University, Malang.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya