Di tengah isu perubahan iklim (climate change) saat ini, muncul berbagai tren untuk menyelamatkan bumi seperti gerakan hemat energi, zero-waste, earth hour, dan masih banyak lagi. Tapi sebenarnya, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan secara individu, lho!
Kamu bisa berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan dari rumah melalui kebiasaan sehari-hari. Salah satunya adalah kebiasaan makan. Berikut ini beberapa kebiasaan makan yang ternyata baik untuk lingkungan.
Untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, kamu bisa menggunakan peralatan makan yang berbahan selain plastik atau styrofoam. Kamu bisa memilih piring, mangkok, atau gelas berbahan kaca serta sendok atau garpu berbahan stainless.
Saat ingin membawa bekal makan, kamu tetap bisa menggunakan kontainer atau wadah plastik tapi bisa dipakai secara berulang. Dengan begitu, kamu telah berkontribusi mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik.
Saat kamu memesan makanan dari warung atau restoran, biasanya makanan akan dibungkus dengan bahan plastik atau styrofoam. Dengan menghindari atau setidaknya mengurangi membungkus makanan dari luar, kamu berarti turut mengurangi produksi sampah plastik. Kalaupun ingin makan di luar, alangkah lebih baik kalau kamu makan langsung di tempat dengan peralatan makan yang terbuat dari kaca atau stainless.
Dengan menghabiskan makanan tanpa sisa, berarti kamu sudah berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan. Ingat, makanan yang ada di hadapanmu gak bisa dibuat dalam hitungan menit.
Ada proses panjang yang harus dilalui untuk membuat makanan, mulai dari penyemaian benih, penanaman di ladang, panen, hingga pengolahan di pabrik atau dapur rumah. Selain membutuhkan sumber daya alam seperti air dan lahan, produksi makanan juga menguras energi untuk membajak tanah, transportasi logistik, mengolah di pabrik, hingga memasak.
Gak cuma itu, membuang-buang makanan juga berarti kamu membuang uang. Kamu jadi harus membayar makanan yang sebenarnya gak kamu konsumsi. Sayang banget, kan? Karena itu jangan sisakan makananmu lagi, ya!
Kalau kamu memang gak sanggup menghabiskan makananmu, jangan buru-buru membuang sisa makanan itu agar gak mubazir. Kamu bisa tetap punya banyak opsi seperti menyimpannya dalam lemari es, melakukan pengeringan, fermentasi, serta berbagai pilihan lainnya.
Berbagai sisa makanan atau sampah organik seperti tulang, cangkang telur, hingga kulit sayur dan buah bisa juga kamu manfaatkan. Kamu bisa mengomposkannya menjadi pupuk yang bisa kamu gunakan untuk kebunmu.
Produksi sayur dan buah umumnya butuh lebih sedikit sumber daya alam dan menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca daripada produksi daging-dagingan. Dengan begitu, mengurangi konsumsi daging berarti berkontribusi besar terhadap kelestarian lingkungan.
Ini bukan berarti kamu gak boleh mengonsumsi daging-dagingan sama sekali, tapi setidaknya kamu bisa menguranginya. Kalau kamu bukan vegan atau vegetarian, diet flexitarian bisa kamu pilih.
Pola makan flexitarian mendorong kamu untuk makan lebih banyak sayuran sambil menjaga konsumsi produk hewani dalam tingkat yang rendah. Sebagai sumber protein, kamu bisa menggunakan alternatif produk nabati seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan dan mengurangi produk hewani seperti telur dan daging.
Memilih makanan lokal berarti kamu ikut berkontribusi mengurangi jumlah impor makanan yang harus dilakukan dari tempat yang jauh ke tempatmu. Dengan berkurangnya kegiatan impor, maka kegiatan transportasi logistik pun berkurang dan emisi gas rumah kaca pun menurun. Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, produk makanan lokal juga umumnya lebih segar dan murah.
Kamu bisa memilih mengonsumsi produk buah atau sayur yang sedang musim, seperti mangga, rambutan, duku, kentang, kol, dan lain-lain. Dengan begitu, kamu ikut mengurangi buah atau sayur yang harus diimpor dari tempat lain.
Seperti kita tahu, kegiatan impor perlu transportasi logistik yang dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca. Selain baik untuk lingkungan, konsumsi buah atau sayur musiman juga menghemat pengeluaran karena umumnya harganya lebih murah.
Mengurangi produk makanan kemasan yang tergolong sembako rasanya susah diterapkan, namun kamu bisa mulai mempertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan instan. Kemasan jenis makanan tersebut umumnya menggunakan bahan plastik atau bahan lain yang sulit terurai di alam. Selain itu, makanan seperti itu harus melalui proses produksi yang cukup panjang di pabrik sehingga energi yang diperlukan pun besar.
Khusus untuk makanan kemasan yang tergolong sembako seperti beras, gula pasir, minyak goreng, dan lain-lain, kamu bisa membeli satu kemasan namun dengan isi yang lebih banyak. Kamu tetap bisa memakainya sebagai persediaan beberapa hari ke depan. Itu lebih baik daripada membeli banyak kemasan tapi berukuran kecil.
Mulai sekarang, kamu bisa mulai memperhatikan apa yang ada di kemasan makanan yang kamu beli. Ada beberapa standar yang bisa dilihat disana untuk memastikan bahwa produk yang kamu beli tersebut sudah diproduksi secara berkelanjutan. Beberapa logo tersebut misalnya FSC (Forest Stewardship Council), ASC (Aquaculture Stewardship Council), MSC (Marine Stewardship Council), RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), Freedom Food, Fairtrade, dan masih banyak lagi.
Memang, gak semua makanan bisa dimakan mentah karena berbahaya untuk kesehatan. Tapi untuk beberapa produk makanan nabati seperti lalapan, salad, atau buah-buahan, kamu bisa memakannya mentah. Dengan begitu, kamu bisa menghemat energi gas atau listrik yang digunakan untuk memasak.
Tisu terbuat dari bubur kertas berbahan baku kayu. Semakin banyak tisu yang kamu pakai, itu berarti kamu mendukung penebangan lebih banyak pohon. Karena itu, kamu bisa meminimalkan penggunaan tisu. Sebagai gantinya, kamu bisa menggunakan produk berbahan kain atau tisu ramah lingkungan.
Sedotan umumnya terbuat dari plastik yang berkontribusi terhadap produksi sampah. Meski benda ini kecil, tapi coba bayangkan berapa banyak sampah sedotan plastik yang bisa kita hasilkan selama setahun setelah rutin memakainya? Karena itu, sebaiknya hindari atau setidaknya kurangi penggunaan sedotan. Atau, kamu juga bisa memilih alternatif sedotan ramah lingkungan seperti sedotan yang terbuat dari bambu, kertas yang mudah terurai, logam, atau kaca.
Nah, itulah tadi 12 kebiasaan makan yang bisa kamu terapkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dari semua poin yang telah disebutkan di atas, poin nomor berapa saja nih yang sudah kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari kamu? Yuk, share pengalamanmu di kolom komentar.