3 Hal Berharga yang Kerap Dikorbankan oleh Seorang Workaholic

Kebanyakan orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang mereka miliki. Namun, ada sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan seperti itu. Tidak hanya sekadar mencari nafkah untuk membangun kehidupan, orang-orang seperti ini menjadikan aktivitas kerja sebagai hal yang harus diperlakukan dengan sangat serius. Oleh sebab itu, rasanya tidak berlebihan bila sosok-sosok tersebut dijuluki sebagai para penggila kerja alias workaholic.
Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang seolah tidak bisa berhenti untuk bekerja, mulai dari faktor ekonomi, hingga keinginan untuk memenuhi ambisi diri. Namun demikian, terlepas dari apa pun penyebabnya, setiap pribadi workaholic kerap mengorbankan banyak hal berharga dalam hidupnya. Apa saja yang dimaksud? Temukan jawabannya di sini!
1.Kesehatan diri

Tidak seperti orang-orang yang bekerja pada umumnya, sosok workaholic tidak menjadikan waktu sebagai batasan untuk memulai dan mengakhiri pekerjaannya. Mereka bisa saja mengawali kegiatannya saat masih banyak orang terlelap dan tetap melakukan banyak hal saat yang lain sudah pulang dan berkumpul dengan keluarga. Bagi pribadi seperti ini, kerja merupakan prioritas utama yang harus mendapatkan perhatian lebih.
Keadaan semacam itu jelas saja akan menimbulkan konsekuensi buruk untuk kesehatan. Pasalnya, seorang workaholic sering kali terlambat makan, kurang istirahat, hingga tidak segera memeriksakan diri ke dokter saat sudah mulai sakit hanya karena khawatir bila pekerjaannya akan terganggu. Jika tidak melakukan perubahan yang positif, maka kualitas kesehatan jangka panjang yang akan menjadi taruhannya.
2.Interaksi sosial

Seseorang yang gila kerja akan menghabiskan hampir seluruh waktu yang dimilikinya untuk mengerjakan proyek atau apa pun yang sedang ditanganinya. Sekali pun sedang begitu penat, sosok semacam ini biasanya akan memilih untuk tidur sejenak atau makan di luar seorang diri. Begitu sudah merasa lebih baik, maka akan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tanpa ada keinginan untuk bersantai terlebih dahulu.
Tidak dapat dimungkiri bahwa pribadi workaholic memang punya dedikasi tinggi terhadap pekerjaan yang digelutinya. Namun demikian, kebiasaan tersebut dapat menjauhkannya dari kehidupan sosial. Perhatikan, sosok seperti ini pasti jarang sekali bersedia meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain diluar urusan pekerjaan. Sekalinya hadir, mungkin tidak benar-benar bisa menikmati suasana dan berakhir menjadi canggung, bukan begitu?
3.Hubungan baik dengan pasangan

Ketika mendengar tentang sosok yang workaholic, biasanya banyak orang berpikir bahwa mereka tentu saja berstatus single. Faktanya, ada juga yang gila kerja, tetapi ternyata memiliki pasangan yang biasanya sudah menemaninya sejak lama, bahkan sebelum merintis karier. Sayangnya, hubungan mereka juga sering kali tidak baik-baik saja.
Seperti yang telah dijelaskan dalam poin-poin sebelumnya, saat seseorang telanjur menjadi workaholic, maka pekerjaan adalah prioritasnya yang utama. Sekali pun tetap berusaha untuk memperhatikan pasangan, tetapi sering kali hasilnya tidak akan maksimal. Akhirnya, bisa ditebak, tanpa ada perbaikan berarti, maka bukan hal yang mengherankan bila sosok workaholic sangat berpotensi untuk ditinggalkan oleh kekasihnya.
Kerja keras merupakan sebuah tindakan yang layak untuk mendapatkan apresiasi tinggi. Namun demikian, bila menjadi workaholic dan mampu meraih pencapaian karier yang luar biasa, tetapi harus mengorbankan kesehatan diri, kehidupan sosial, hingga hubungan dengan pasangan, maka tentu bukan hal yang bijaksana. Oleh sebab itu, perbaiki kondisi tersebut. Berusahalah untuk tidak berlebihan dalam satu aspek dan mengabaikan aspek penting lainnya. Dengan begini, penyesalan di masa mendatang dapat dihindari.