3 Kelemahan Menjadi Seseorang yang Berpikir Kritis, Overthinking!

- Kemampuan berpikir kritis membantu menganalisis kejadian sehari-hari dan mengambil langkah selektif.
- Orang dengan kemampuan berpikir kritis rentan mengalami overthinking dan kesulitan menemukan teman sepadan.
- Rutinitas dapat membuat orang yang berpikir kritis mudah stres, namun perlu dijalani dengan mencari waktu untuk hal lain yang spontan.
Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu seseorang untuk menganalisis setiap kejadian, terutama yang bersifat penting dan bersangkutan langsung dengannya. Hasilnya, orang tersebut bisa lebih selektif dalam mengambil langkah, sehingga terhindar dari hal-hal yang berpotensi merugikan dirinya.
Kendati begitu, setiap hal yang bagus sekali pun pasti punya sisi lemah, termasuk kesenangan dalam berpikir kritis. Pada suatu titik, hal ini justru dapat membuatmu kesulitan bila tidak memiliki pengendalian diri yang baik. Lantas, apa sih kelemahan yang dimaksud? Coba cari tahu jawabannya dalam artikel di bawah ini, yuk!
1.Sering mengalami overthinking

Kemampuan untuk berpikir kritis sering kali muncul saat kamu merasa tertarik dengan sesuatu. Kamu ingin tahu lebih dalam tentang hal tersebut, sehingga berusaha mengulik sedemikian rupa agar mendapatkan informasi yang lengkap. Namun, bila ternyata ada terlalu banyak hal yang menarik perhatianmu, maka ini bisa jadi masalah, lho!
Biasanya, “penyakit” orang-orang yang mampu berpikir kritis adalah sering mengalami overthinking. Pasalnya, perhatiannya tertuju pada beragam hal yang menurutnya pantas untuk dipikirkan, sampai terkadang tanpa sadar mereka sudah berpikir terlalu jauh. Kalau belum kunjung menemukan jawabannya, maka ketenangan diri akan terusik. Nah, kamu begini juga nggak, ya?
2.Terkadang sulit untuk membangun pertemanan yang seimbang

Diakui atau tidak, orang-orang dengan kemampuan berpikir kritis yang tinggi akan lebih rentan mengalami kesepian. Salah satu alasannya adalah mereka cenderung memilih teman yang kurang lebih punya karakter serupa. Hal ini bukan kebetulan semata. Pasalnya, berteman dengan orang yang juga memiliki keterampilan sepadan tidak hanya menciptakan keseruan, tetapi juga asyik untuk diajak berdiskusi mengenai berbagai macam topik, mulai dari hal-hal ringan, hingga yang menguras pikiran.
Sayangnya, terkadang sulit untuk menemukan teman-teman yang demikian. Banyak orang yang semangat untuk aktivitas seru-seruan, tetapi malas bila diajak berpikir serius tentang suatu hal. Padahal, berdiskusi bisa dibilang sudah menjadi kebutuhan penting yang harus dipenuhi dalam kehidupanmu sebagai sosok pemikir kritis. Kalau sudah begini, biasanya memang jumlah temanmu hanya akan ada sedikit, tetapi cenderung berhasil membangun hubungan pertemanan yang berkualitas.
3.Mudah stres dengan rutinitas harian

Orang yang punya kemampuan berpikir kritis sering kali merasa mudah stres dengan rutinitas yang dijalaninya sehari-hari. Hal ini terjadi lantaran kondisi yang nyaman dan mudah diprediksi tidak memberikan stimulasi yang cukup untuk membuat otak memikirkan sesuatu secara mendalam. Akibatnya, kamu seperti kerap terperangkap dalam situasi yang tidak menyenangkan.
Namun demikian, rutinitas tetap perlu dijalani seperti biasa karena ada tanggung jawab yang menunggu untuk diselesaikan. Supaya tidak mudah stres, sempatkan mencari waktu untuk melakukan hal-hal lain yang spontan atau tidak ada dalam keseharian, terutama yang dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kritis agar tetap berjalan. Dengan begini, kamu jadi tenang, deh.
Punya kemampuan untuk berpikir kritis adalah sesuatu yang patut disyukuri. Kendati begitu, hal yang tampak bagus semacam itu pun tetap punya kelemahan, seperti membuatmu sering overthinking, sulit mendapatkan teman yang sepadan, serta mudah bosan dengan rutinitas. Oleh sebab itu, imbangi keunggulan yang ada dengan keterampilan untuk mengendalikan diri agar tidak membuatmu gelisah. Hasilnya, kamu tetap mampu menganalisis dengan lebih baik tanpa harus mengorbankan ketenangan diri. Setuju?