Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Mendefinisikan sukses terlalu sempit, menghambat pertumbuhan diri.

  • Ekspetasi ke diri sendiri untuk selalu produktif, bisa memicu kelelahan dan kelewat beban.

  • Tidak punya motivasi jelas ketika melakukan sesuatu, membuat aktivitas terasa seperti rutinitas belaka.

Dalam jangka panjang, setiap kita pasti ingin meraih kesuksesan. Bukan hanya kesuksesan dalam hal materi, tapi yang terpenting adalah pengembangan skill atau kemampuan, baik dalam pengetahuan maupun karakter.

Tapi bila terpaku hanya pada hasil, bisa-bisa kita jadi pribadi yang kaku dan mengedepankan ego sendiri. Memang dari luar kamu terlihat sibuk dan bekerja keras, tapi apa yang kamu lakukan tidak memberi progres apa-apa.

Kamu harus bisa menyeimbangkan diri untuk menjadi fleksibel dalam disiplinmu, agar hasilnya lebih produktif. Hindari tiga kesalahan sikap yang menghambat pertumbuhanmu ini.

1. Mendefinisikan sukses terlalu sempit

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)

Bagaimana kamu mendefinisikan tujuan akhir, berdampak pada bagaimana kamu menjalani hidup sehari-hari. Bila kamu mendefinisikan sukses hanya sebagai hasil, maka lambat laun, kamu akan terbentuk menjadi pribadi yang berorientasi pada hasil. Kamu bersedia melakukan apa pun, demi mencapai tujuanmu itu.

Tapi, bila kamu berorientasi pada pertumbuhan, pasti hasilnya akan berbeda. Kamu belajar untuk menghargai proses dan progres, sekecil apa pun itu.

Jangan terpaku pada kuantitas, mulailah memperhatikan kuantitas. Kamu tidak bisa selalu mendapat keuntungan lebih banyak dari kemarin, atau menulis lebih banyak artikel dari yang pernah kamu tulis sebelumnya. Tapi dalam bidang apa pun yang kamu geluti, kamu bisa meningkatkan kualitas aspek agar lebih baik dari sebelumnya.

2. Ekspetasi ke diri sendiri untuk selalu produktif

ilustrasi wanita (pexels.com/Anna Keibalo)

Seseorang yang “kaku” dalam kedisiplinan cenderung menuntut diri sendiri untuk produktif setiap hari. Istirahat sedikit langsung merasa bersalah, pokoknya setiap waktu diusahakan untuk mengerjakan sesuatu.

Tentu hal ini sangat tidak realistis. Memang, kamu harus tahu kapan harus tegas dan disiplin sama diri sendiri, tapi bila kedisiplinan itu malah menuntutmu untuk terus bekerja dan bekerja tanpa memberi waktu untuk istirahat, maka sama saja sia-sia.

Pada akhirnya, kamu sendiri yang akan kewalahan. Waktu istirahat bukan hanya penting untuk riset energi, melainkan juga evaluasi diri. Tujuannya, agar apa yang kamu lakukan tidak hanya sekadar “sibuk”, melainkan juga efektif.

3. Tidak punya motivasi jelas ketika melakukan sesuatu

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)

Apa kamu pernah melakukan sesuatu karena kamu tahu itu baik, tapi tidak tahu mengapa hal tersebut baik untukmu? Kamu tahu olahraga itu baik dan aktivitas positif, tapi ketika ditanya apa alasanmu berolahraga, kamu tidak bisa benar-benar menjawab. Ini tanda bahwa jauh di dalam, kamu tidak benar-benar punya motivasi saat melakukan sesuatu.

Alhasil, kamu tidak pernah bisa sungguh-sungguh menikmati apa yang kamu lakukan. Semua jadi terasa bagai rutintas belaka, yang kamu lakukan secara terpaksa.

Punya visi itu penting. Ini yang akan menggerakkanmu untuk konsisten dan disiplin dalam melakukan sesuatu. Kalau kehilangan visi, kamu akan mudah burn out karena kehilangan makna melakukan sesuatu.

Membangun kedisiplinan adalah hal yang baik, tapi jangan sampai jadi pribadi yang terlalu kaku dan berorientasi pada hasil, kamu jadi lupa makna proses itu sendiri. Asal kamu setia dengan proses, percaya deh, sukses pun akan mengikuti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team