Kamu mungkin sudah sering kali mendengar istilah quarter life crisis. Psikolog berlisensi Rachel Needle, PsyD, mendefinisikan quarter life crisis sebagai perasaan stres dan ketidakpastian yang sering dipicu kebingungan dalam proses menemukan jati diri serta apa yang diinginkan dalam hidup pada usia awal 20-an hingga awal 30-an.
Intinya, setiap orang bisa mengalami fase ini setidaknya sekali dalam hidup, namun, bentuk kondisinya bisa berbeda-beda pada setiap individu. Secara umum, tanda-tandanya seperti bersikap impulsif, sulit mengambil keputusan, merasa tidak punya arah hidup, dipenuhi kecemasan akan masa depan, hingga perasaan insecure yang menguasai diri. Apakah kamu sedang merasakannya? Maka, berhati-hatilah!
Pasalnya, para ahli setuju, tidak ada yang tahu pasti berapa lama periode waktu quarter life crisis itu bisa terjadi. Di lain sisi, seseorang bisa saja merasa terjebak dalam fase ini secara terus-menerus. Salah satu penyebabnya karena kamu mengalami mental slavery. Istilah tersebut punya arti bahwa seseorang tengah diperbudak oleh mental sehingga mengesampingkan keinginan dirinya dan bertindak berdasarkan kehendak dan keyakinan serta sikap orang atau kelompok lain.
Lebih lanjut, yuk, pahami alasan apa saja yang bisa membuat mental slavery jadi pemicu quarter life crisis berkepanjangan lewat artikel berikut!