Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita memegang gelas
ilustrasi wanita memegang gelas (pexels.com/ Anna Pou)

Intinya sih...

  • Rasa malu adalah sinyal alami dari otak yang bertanggung jawab terhadap penilaian sosial dan pengambilan keputusan.

  • Rasa malu bisa mempererat hubungan sosial, meningkatkan kepercayaan, dan meredam konflik dalam interaksi sehari-hari.

  • Rasa malu mendorong pertumbuhan pribadi dengan memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu ditingkatkan dari diri sendiri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rasa malu sering dianggap sebagai hambatan sosial, bikin orang jadi serba salah dan takut bertindak. Tapi di balik rasa kikuk yang sering muncul di situasi sosial, ada sisi menarik yang jarang dibahas. Ternyata, rasa malu punya fungsi psikologis dan sosial yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Bukan cuma sekadar perasaan negatif, rasa malu justru bisa menjadi penanda bahwa seseorang punya kesadaran diri dan keinginan untuk diterima oleh lingkungan sekitar. Bahkan menurut beberapa ahli psikologi, rasa malu bisa jadi alat alami untuk menjaga hubungan sosial tetap sehat. Yuk, simak fakta-fakta menarik tentang rasa malu berikut ini.

1. Rasa malu itu sinyal alami dari otak

ilustrasi karya seni bentuk kepala (pexels.com/meo)

Rasa malu bukan hal yang muncul begitu saja. Perasaan ini ternyata berkaitan erat dengan aktivitas di otak, khususnya bagian otak bernama prefrontal cortex. Bagian ini bertanggung jawab terhadap penilaian sosial, kesadaran diri, dan pengambilan keputusan. Jadi, saat seseorang merasa malu, sebenarnya otaknya sedang aktif mengatur respons sosial agar tidak melanggar norma.

Selain itu, rasa malu bisa menjadi alarm internal. Saat seseorang merasa malu, tubuh biasanya akan memunculkan reaksi seperti wajah memerah, keringat dingin, atau jantung berdebar. Ini adalah sinyal alami tubuh yang menunjukkan bahwa seseorang menyadari adanya potensi kesalahan atau pelanggaran sosial, dan secara tidak langsung ingin memperbaiki situasi.

2. Bisa memperkuat hubungan sosial

ilustrasi pertemanan wanita (pexels.com/Kampus Production)

Meskipun rasanya gak enak, rasa malu justru bisa mempererat hubungan dengan orang lain. Saat seseorang menunjukkan rasa malu setelah melakukan kesalahan, orang di sekitarnya cenderung melihatnya sebagai pribadi yang punya empati dan kesadaran sosial. Ini bisa meningkatkan kepercayaan dan memperkuat ikatan emosional dalam hubungan.

Rasa malu juga punya kekuatan untuk meredam konflik. Dalam banyak situasi, orang yang merasa malu cenderung lebih terbuka untuk meminta maaf atau memperbaiki kesalahan. Ini berbeda dengan rasa marah atau gengsi yang sering kali memperburuk situasi. Karena itulah, rasa malu bisa jadi "penyejuk" dalam interaksi sosial sehari-hari.

3. Mendorong pertumbuhan pribadi

ilustrasi wanita sedang sendiri (pexels.com/Maria Tyutina)

Banyak orang gak sadar bahwa rasa malu adalah langkah awal dari perkembangan diri. Saat seseorang merasa malu karena belum bisa melakukan sesuatu, rasa itu bisa jadi pendorong kuat untuk belajar dan berusaha lebih baik lagi. Rasa malu memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu ditingkatkan dari diri sendiri.

Contohnya, seseorang yang malu karena salah bicara di depan umum mungkin akan terdorong untuk belajar komunikasi atau public speaking. Dari situ, muncul kemauan untuk berkembang dan keluar dari zona nyaman. Tanpa rasa malu, mungkin seseorang akan terus merasa cukup dan gak pernah merasa perlu memperbaiki diri.

4. Rasa malu berbeda dari rasa bersalah

ilustrasi pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Banyak orang sering keliru membedakan antara rasa malu dan rasa bersalah. Padahal keduanya berasal dari emosi yang berbeda. Rasa malu lebih mengarah pada evaluasi terhadap diri sendiri secara sosial, seperti merasa tidak pantas atau takut dilihat buruk oleh orang lain. Sementara rasa bersalah lebih fokus pada tindakan spesifik yang dilakukan.

Perbedaan ini penting karena rasa malu sering kali berkaitan dengan identitas, sedangkan rasa bersalah berkaitan dengan tindakan. Meski berbeda, keduanya bisa saling melengkapi. Rasa malu bisa mencegah seseorang melakukan kesalahan, sedangkan rasa bersalah membantu seseorang bertanggung jawab setelah melakukan kesalahan.

Rasa malu memang gak selalu terasa nyaman, tapi bukan berarti harus dihindari. Justru di balik perasaan kikuk itu, ada manfaat besar bagi kehidupan sosial dan perkembangan diri. Jadi, saat rasa malu datang, cobalah untuk menerimanya sebagai sinyal alami yang membantu jadi pribadi yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team