5 Alasan Kenapa Kita Jadi Sering Marah-Marah saat Lebaran

Lebaran seharusnya jadi momen bahagia buat berkumpul sama keluarga, makan enak, dan menikmati libur panjang. Tapi entah kenapa, justru banyak orang yang malah jadi gampang marah-marah selama momen ini. Padahal, niat awalnya mau bersilaturahmi dan berbagi kebahagiaan, tapi malah ujung-ujungnya emosi meledak-ledak.
Sebagian besar masalah ini bukan soal Lebaran itu sendiri, tapi karena berbagai faktor yang menyertainya. Nah, supaya lebih paham, coba kita bahas satu per satu kenapa sih Lebaran bisa bikin kita jadi lebih gampang marah.
1. Kelelahan fisik yang gak terkontrol
Menjelang Lebaran, banyak orang sibuk dengan berbagai persiapan. Mulai dari bersih-bersih rumah, belanja kebutuhan Lebaran, sampai masak hidangan khas buat keluarga besar. Semua aktivitas ini tentu menguras tenaga, dan ketika tubuh udah terlalu capek, emosi jadi lebih sulit dikendalikan. Kurangnya istirahat bikin otak lebih sulit mengelola stres, sehingga hal sepele pun bisa jadi pemicu kemarahan.
Gak cuma itu, perubahan pola tidur selama Ramadan juga bisa berpengaruh. Setelah sebulan harus bangun sahur dan mungkin tidur lebih larut, tubuh masih butuh waktu buat menyesuaikan kembali ritme tidurnya. Kalau kurang tidur, otomatis tingkat kesabaran menurun. Jadi, gak heran kalau banyak orang jadi gampang tersinggung dan marah-marah pas Lebaran.
2. Tekanan sosial dari keluarga dan kerabat
Lebaran adalah momen berkumpulnya keluarga besar, dan ini bisa jadi hal yang menyenangkan sekaligus bikin stres. Pertanyaan-pertanyaan seperti "kapan nikah?", "kerja di mana sekarang?", atau "udah punya rumah sendiri belum?" bisa jadi pemicu emosi, apalagi kalau kita sendiri masih dalam tahap berjuang mencapai berbagai hal dalam hidup. Tekanan ini bisa bikin seseorang merasa gak nyaman, bahkan tersudut.
Selain itu, interaksi dengan keluarga besar yang jarang ketemu juga bisa memicu gesekan kecil. Setiap orang punya cara berpikir yang beda, dan ketika terlalu banyak orang berkumpul dalam satu ruangan, perbedaan ini bisa menimbulkan percikan konflik. Dari mulai masalah sepele seperti selera makanan sampai perdebatan serius soal kehidupan, semua bisa bikin suasana Lebaran jadi lebih tegang.
3. Beban keuangan yang meningkat
Lebaran identik dengan pengeluaran besar, dari mulai beli baju baru, bagi-bagi THR, sampai mudik ke kampung halaman. Bagi sebagian orang, hal ini bisa jadi beban berat, terutama kalau kondisi keuangan lagi pas-pasan. Tekanan finansial ini bisa bikin orang lebih gampang stres, dan stres yang gak terkelola dengan baik sering kali berujung pada kemarahan.
Apalagi kalau ada ekspektasi dari keluarga buat memberi lebih, sementara kondisi gak memungkinkan. Rasa gak enak karena gak bisa memenuhi ekspektasi ini bisa menambah tekanan emosional. Ditambah lagi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran, semua ini bisa jadi kombinasi yang bikin kepala makin panas.
4. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Banyak orang berharap Lebaran bakal jadi momen yang sempurna yakni makanan harus enak, suasana harus menyenangkan, dan semua orang harus bahagia. Tapi kenyataannya, gak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Bisa aja ada makanan yang gagal dimasak, tamu yang datang telat, atau suasana yang gak seharmonis yang diharapkan. Ketika ekspektasi terlalu tinggi dan kenyataan gak sesuai, kekecewaan bisa berujung pada amarah.
Lebih parah lagi kalau kita membandingkan Lebaran kita dengan orang lain, misalnya lewat media sosial. Melihat orang lain terlihat lebih bahagia dan sukses bisa bikin perasaan gak puas muncul, yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan dan ledakan emosi yang gak perlu. Padahal, setiap orang punya perjalanan hidupnya sendiri, dan kebahagiaan gak harus selalu terlihat sempurna di mata orang lain.
5. Pola makan yang berubah drastis
Setelah sebulan penuh berpuasa, tiba-tiba tubuh harus beradaptasi dengan pola makan yang lebih bebas saat Lebaran. Konsumsi makanan berlemak, manis, dan berkarbohidrat tinggi secara berlebihan bisa memengaruhi mood dan energi seseorang. Lonjakan gula darah yang tiba-tiba bisa bikin seseorang lebih mudah lelah, dan kelelahan ini bisa berujung pada ketidaksabaran serta gampang marah.
Gak cuma itu, makan terlalu banyak dalam satu waktu bisa bikin tubuh terasa gak nyaman. Rasa kekenyangan yang berlebihan bisa bikin seseorang jadi malas bergerak dan lebih sensitif terhadap gangguan kecil. Jadi, bukan cuma faktor sosial dan psikologis aja yang mempengaruhi emosi saat Lebaran, tapi juga kebiasaan makan yang tiba-tiba berubah drastis.
Marah-marah saat Lebaran itu sebenarnya wajar dan punya banyak penyebab yang masuk akal. Supaya bisa menikmati Lebaran dengan lebih santai, ada baiknya untuk menurunkan ekspektasi, menjaga kesehatan fisik dan mental, serta gak terlalu memaksakan diri buat menyenangkan semua orang. Lebaran harusnya jadi momen yang menyenangkan, bukan ajang buat stres dan marah-marah.