Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memasak (unsplash.com/Tina Dawson)
ilustrasi memasak (unsplash.com/Tina Dawson)

Dalam kehidupan yang serba cepat ini, kita sering kali merasa kewalahan oleh tekanan pekerjaan, tuntutan sosial, dan rutinitas harian yang monoton. Pikiran menjadi penuh, emosi tidak stabil, dan kadang kita merasa seperti kehilangan kendali atas hidup sendiri. Namun, siapa sangka, salah satu cara sederhana untuk meredakan semua itu ternyata ada di dapur. Ya, memasak. Aktivitas yang dulu hanya dianggap sebagai tugas rumah tangga biasa, kini mulai dipandang sebagai bentuk terapi yang ampuh untuk kesehatan mental.

Memasak bukan lagi sekadar soal menghasilkan makanan lezat. Proses menyiapkan bahan, mencicipi rasa, hingga melihat hasil akhirnya bisa menjadi pengalaman yang sangat personal dan menenangkan. Banyak orang mulai menjadikan memasak sebagai waktu untuk rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia luar. Bahkan psikolog pun menyarankan memasak sebagai bagian dari rutinitas self-care. Ada lima alasan utama kenapa memasak bisa menjadi terapi yang menyegarkan untuk pikiran, dan mungkin, kalian akan mulai memandang dapur dengan cara yang berbeda setelah membacanya.

1. Fokus pada proses membuat pikiran lebih tenang

ilustrasi memasak (unsplash.com/wu yi)

Memasak menuntut kita untuk hadir sepenuhnya di momen tersebut, memotong bahan, menakar bumbu, mengaduk masakan. Semua itu membuat kita fokus dan terhubung dengan apa yang sedang kita lakukan. Aktivitas ini secara alami mengalihkan perhatian dari kekhawatiran dan pikiran negatif yang mungkin terus berputar di kepala kita.

Saat kalian benar-benar tenggelam dalam proses memasak, otak mendapat jeda dari stres dan tekanan luar. Kalian jadi lebih mindful, lebih tenang, dan bahkan bisa merasakan semacam ketenangan seperti sedang bermeditasi. Fokus ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga membantu memperbaiki keseimbangan emosional. Dalam dunia yang penuh distraksi, memasak menjadi ruang aman untuk kembali ke diri sendiri.

2. Memberi rasa pencapaian yang meningkatkan suasana hati

ilustrasi memasak (unsplash.com/Igor Sporynin)

Menyelesaikan satu resep, apalagi jika hasilnya sesuai harapan, bisa memberi rasa bangga tersendiri. Walaupun terlihat sederhana, proses ini menciptakan perasaan bahwa kita telah menyelesaikan sesuatu. Rasa pencapaian tersebut sangat penting untuk meningkatkan mood dan memperkuat rasa percaya diri.

Bahkan jika kalian hanya memasak hidangan yang mudah, hasil akhirnya tetap terasa memuaskan. Melihat orang lain menikmati masakan kalian juga bisa menambah kebahagiaan tersendiri. Otak merespons pengalaman ini dengan melepaskan hormon dopamin, zat kimia yang berhubungan dengan rasa senang. Jadi tidak heran jika memasak sering kali menjadi aktivitas favorit banyak orang saat sedang merasa tidak bersemangat.

3. Menyalurkan emosi melalui kreativitas dalam resep

ilustrasi memasak (unsplash.com/Tina Dawson)

Memasak memberi ruang luas untuk bereksperimen dan berkreasi. Kalian bisa menciptakan versi unik dari resep favorit atau bahkan membuat resep baru sesuai suasana hati. Dalam setiap potongan, adukan, dan bumbu yang ditambahkan, ada emosi yang disalurkan dan dilepaskan. Proses ini bisa jadi cara sehat untuk mengekspresikan perasaan yang sulit diucapkan dengan kata-kata.

Saat perasaan sedang campur aduk, mencoba membuat comfort food bisa membantu menenangkan jiwa. Di sisi lain, saat sedang bersemangat, kalian mungkin lebih berani mencoba resep yang menantang. Semua itu adalah bentuk ekspresi diri yang valid. Seperti seni, memasak bisa menjadi media terapi yang memungkinkan kalian berdialog dengan emosi melalui rasa dan aroma.

4. Memberi kontrol dalam dunia yang terasa kacau

ilustrasi memasak (unsplash.com/Masoud Mostafaei)

Ketika hidup terasa tidak bisa diprediksi dan tidak terkendali, dapur bisa menjadi tempat di mana kalian kembali merasa memiliki kuasa. Dalam memasak, kalian memegang kendali penuh atas bahan, metode, dan hasil akhirnya. Ada rasa stabilitas dan ketertiban dalam mengikuti resep atau menciptakan langkah-langkah sendiri.

Rasa kontrol ini sangat berharga, terutama saat kalian merasa kewalahan oleh hal-hal di luar kendali. Dengan memasak, kalian menciptakan struktur yang sederhana namun bermakna. Bahkan kegagalan dalam resep pun bisa terasa menyenangkan karena itu adalah bagian dari proses belajar. Dari satu resep ke resep berikutnya, kalian akan merasa lebih kuat dan lebih mampu menghadapi tantangan hidup.

5. Menghubungkan kembali dengan kenangan dan orang tersayang

ilustrasi memasak (unsplash.com/Zhen Yao)

Memasak sering kali menjadi pintu menuju kenangan lama yang hangat—aroma masakan ibu, resep kue nenek, atau hidangan khas saat liburan bersama keluarga. Aktivitas ini bisa membangkitkan perasaan nostalgia yang menenangkan dan menyambungkan kita dengan masa lalu yang memberi rasa aman. Bahkan memasak resep dari kampung halaman bisa menjadi bentuk pelarian emosional yang sangat terapeutik.

Selain itu, memasak untuk orang lain juga memperkuat hubungan sosial. Baik itu untuk pasangan, teman, atau keluarga, berbagi makanan adalah bentuk kasih sayang yang kuat. Tindakan ini bisa mempererat koneksi emosional dan membuat kalian merasa lebih terhubung. Dalam dunia yang makin sibuk dan individualistis, memasak bisa menjadi cara sederhana tapi mendalam untuk membangun kembali keintiman dan rasa kebersamaan.

Banyak orang tidak menyadari bahwa solusi untuk pikiran yang lelah bisa ditemukan di tempat yang sangat dekat, dapur sendiri. Memasak, dengan segala kesederhanaannya, menawarkan kombinasi antara kreativitas, fokus, dan ekspresi diri yang menyatu menjadi bentuk terapi mental yang alami. Tidak perlu jadi chef profesional atau punya dapur mewah untuk merasakan manfaatnya.

Cukup dengan semangat mencoba, satu resep sederhana pun bisa memberi ketenangan yang luar biasa. Dalam setiap masakan, kalian tidak hanya menciptakan makanan, tapi juga menciptakan ruang untuk memahami diri sendiri. Jadi, jika suatu hari kalian merasa butuh istirahat dari kekacauan hidup, cobalah masuk dapur. Siapa tahu, panci dan spatula bisa jadi teman terbaik dalam merawat pikiran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team