5 Alasan Lebaran saat Dewasa Tak Sehangat Masa Kecil, Setuju?

- Lebaran saat kecil penuh keceriaan, menerima THR, dan bermain dengan teman serta keluarga.
- Saat dewasa, lebaran jadi momen tanggung jawab seperti bekerja keras, mempersiapkan oleh-oleh, dan membantu persiapan rumah.
- Suasana lebaran berubah seiring bertambahnya usia, dengan keluarga yang berpisah dan pertanyaan-pertanyaan yang lebih berat.
Lebaran biasanya jadi momentum yang sangat ditunggu bagi umat Islam. Hari Raya Idul Fitri yang hanya terjadi setahun sekali ini penuh dengan keceriaan serta jadi momen kumpul bereng keluarga besar. Namun seiring bertambahnya usia momen lebaran nuansanya jadi berbeda.
Ada alasan logis kenapa semakin dewasa lebaran tak sehangat masa kecil. Gak perlu khawatir, maupun menjadikan momen lebaran jadi beban karena kini rasanya hampa. Yuk, kulik alasan lengkap kenapa hal itu bisa sampai terjadi.
1. Tak sebebas saat kecil, kini penuh tanggung jawab

Lebaran jadi momen menyenangkan saat kecil karena bisa bebas melakukan apa saja. Kita hanya perlu menikmati hari lebaran dengan riang. Menerima THR dari keluarga, bermain dengan teman, dan sepupu. Maupun menyantap hidangan lezat yang biasanya tersaji saat hari raya.
Namun, saat dewasa semuanya telah berubah. Kita harus bekerja keras sebelum lebaran, menyiapkan banyak hal, dan mengatur keuangan agar cukup untuk berbagi. Membeli oleh-oleh, membagikan THR, hingga membantu persiapan rumah. Lebaran yang dulu penuh kegembiraan, kini semakin banyak tanggung jawab kadang membuat kita jadi lelah.
2. Kumpul dengan keluarga tak lagi lengkap

Saat kecil pasti kita diajak silaturahmi baik ke rumah tetangga maupun berkumpul dengan keluarga besar. Rumah pun penuh dengan tawa, anak-anak berlarian, dan orang dewasa yang asyik berbincang. Ada sepupu, om, tante, kakek, dan nenek menciptakan suasana yang menyenangkan.
Seiring berjalannya waktu suasana itu perlahan memudar. Beberapa keluarga ada yang sudah berpisah tempat tinggal karena merantau atau memiliki keluarga sendiri. Ada yang sibuk dengan pekerjaan hingga tak bisa mudik, bahkan ada juga yang sudah tiada. Rumah yang dulu terasa ramai kini lebih sunyi. Momen berkumpul tetap ada, tetapi sekarang tak sehangat dulu.
3. Dihujani pertanyaan yang membuat tak nyaman

Saat kecil kita tak perlu cemas mendapat pertanyaan orang lain. Dulu pertanyaan saat lebaran mudah dijawab seperti, "Kelas berapa?" atau “Ranking berapa di sekolah?" Bahkan, sering kali setelah menjawab kita justru mendapat pujian atau THR dari keluarga.
Keadaan itu berbanding terbalik saat kita tumbuh dewasa, pertanyaan-pertanyaan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih berat. "Kapan nikah? Sudah kerja di mana? Gajinya berapa?" Jawabannya terasa sulit ketika orang lain menanyakan hal pribadi. Obrolan yang seharusnya hangat justru berubah menjadi beban. Akhirnya kita lebih memilih menghindar atau hanya tersenyum untuk menutupi rasa tidak nyaman.
4. Rasa takjub pada lebaran mulai berkurang

Hal-hal sederhana saat lebaran saat kecil rasanya bisa membuat kita sangat bahagia. Membeli baju baru terasa begitu istimewa, karena hanya dilakukan setahun sekali. Dapat THR dari keluarga jadi momen yang paling ditunggu-tunggu. Makan ketupat dan opor ayam terasa begitu lezat karena hanya bisa dinikmati di hari spesial ini.
Kini saat kita tumbuh dewasa semua terasa berbeda. Kita sudah bisa membeli baju kapan saja, THR bukan lagi sesuatu yang ditunggu, tetapi justru sesuatu yang harus diberikan. Semua yang dulu menyenangkan, kini hanya menjadi rutinitas biasa. Bukan karena lebaran kehilangan maknanya, tetapi karena kita telah melihat dunia dari sudut pandang berbeda.
5. Lebih banyak merenung daripada merayakan lebaran

Masih ingatkan momentum lebaran dulu meskipun panjang tapi, terasa berharga. Mulai dari bangun pagi dengan semangat, memakai baju baru, dan pergi ke masjid untuk salat Id bersama keluarga. Setelah itu berkeliling ke rumah saudara, bersalaman, dan menikmati makanan khas lebaran.
Semakin bertambah usia kita mulai lebih banyak merenung daripada merayakan. Bukan lagi soal baju baru atau makanan lezat, tetapi tentang waktu yang berlalu begitu cepat. Tentang orang-orang yang dulu selalu ada, tetapi kini tak lagi bersama.
Lebaran saat dewasa tetap menjadi momen istimewa, tetapi rasanya tak lagi sama seperti dulu. Suasana yang penuh canda tawa di masa kecil kini terasa lebih tenang. Dari sini kita dapat belajar bahwa kebahagiaan lebaran tak hanya soal kemeriahan, tetapi tentang cara kita tetap bersyukur.