Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menyusun strategi (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Intinya sih...

  • Optimisme buta bisa membuat kehilangan kendali atas keadaan
  • Realisme membantu menyusun strategi matang dan terukur
  • Realisme memungkinkan menetapkan tujuan yang dapat dicapai secara bertahap

Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada nasihat untuk "selalu berpikir positif." Optimisme memang penting untuk membangun semangat dan daya juang. Namun, ketika optimisme terlalu berlebihan hingga mengabaikan fakta dan realitas, hal itu justru bisa menjadi bumerang.

Optimisme buta sering membuat seseorang kehilangan kendali atas keadaan karena mereka hanya fokus pada harapan tanpa mempertimbangkan tantangan yang ada. Sebaliknya, realisme menawarkan pendekatan yang seimbang.

Realisme bukan berarti menyerah pada keadaan, tetapi menyelaraskan harapan dengan kenyataan sehingga langkah-langkah yang diambil lebih terarah dan efektif. Berikut adalah alasan mengapa realisme lebih penting daripada optimisme buta.

1. Optimisme buta rentan membuat terjebak dalam ekspektasi tidak realistis

ilustrasi seseorang yang tidak percaya diri (pexels.com/Liza Summer)

Ketika seseorang terlalu optimis, mereka cenderung membayangkan hasil yang sempurna tanpa mempertimbangkan hambatan yang mungkin muncul. Akibatnya, ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, kekecewaan yang dirasakan jauh lebih besar. Orang yang optimis buta sering kali tidak memiliki rencana cadangan karena mereka terlalu yakin bahwa semuanya akan berjalan lancar.

Sebaliknya, realisme mengajarkan untuk tetap berharap yang terbaik sambil bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Dengan cara ini, kamu tidak hanya mengandalkan keberuntungan tetapi juga memastikan bahwa langkahmu matang dan terukur. Ini membantu mengurangi rasa kecewa karena kamu sudah mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan.

2. Realisme membantu menghadapi tantangan dengan pendekatan yang tepat

ilustrasi seorang pria menatap catatan di dinding (pexels.com/Startup Stock Photos)

Optimisme buta sering kali mengabaikan tanda-tanda peringatan atau masalah yang sedang berkembang. Misalnya, seseorang yang terlalu optimis terhadap keberhasilan proyek bisa saja mengabaikan risiko yang jelas terlihat. Akhirnya, mereka tidak siap untuk menangani situasi saat masalah muncul.

Dengan bersikap realistis, kamu akan cenderung lebih waspada terhadap tantangan dan lebih proaktif dalam mencari solusi. Realisme memungkinkan untuk menyusun strategi yang lebih baik karena kamu memahami kekuatan dan kelemahan sendiri. Pendekatan ini membantu untuk tetap fokus pada tujuan tanpa tergelincir oleh ekspektasi yang tidak masuk akal.

3. Realisme meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang bijak

ilustrasi sedang fokus melakukan perkerjaan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Orang yang optimis buta sering kali terburu-buru mengambil keputusan karena terlalu percaya diri terhadap hasil akhirnya. Hal ini dapat menyebabkan keputusan yang impulsif dan kurang dipertimbangkan. Optimisme yang tidak terarah juga dapat membuat seseorang mengabaikan masukan dari orang lain karena merasa mereka sudah tahu segalanya.

Sebaliknya, realisme membantu untuk lebih analitis dalam pengambilan keputusan. Dengan mempertimbangkan fakta dan risiko, kamu bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana. Pendekatan realistis juga membuka peluang untuk mendengarkan pendapat orang lain, yang sering kali membawa perspektif baru yang berharga.

4. Realisme mendorong pencapaian yang lebih stabil dan berkelanjutan

ilustrasi seorang pria bekerja sama dengan dua perempuan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Optimisme buta mungkin memberikan dorongan motivasi yang besar di awal, tetapi sering kali tidak bertahan lama. Ketika kenyataan yang mengecewakan mulai muncul, semangat itu mudah pudar. Hal ini bisa menyebabkan siklus naik-turun yang melelahkan, baik secara emosional maupun fisik.

Realisme, di sisi lain, memungkinkan untuk menetapkan tujuan yang dapat dicapai secara bertahap. Dengan pencapaian kecil yang realistis, kamu bisa membangun momentum yang berkelanjutan. Pola ini memberikan rasa pencapaian yang stabil dan membantu untuk terus maju tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi yang terlalu tinggi.

5. Realisme membantu membangun hubungan yang lebih sehat

ilustrasi pasangan yang sedang mengobrol (unsplash.com/@cannedstreet)

Dalam hubungan, optimisme buta dapat menyebabkan seseorang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap pasangannya. Misalnya, mengharapkan pasangan untuk selalu sempurna atau memenuhi semua kebutuhan emosionalnya. Ketika kenyataan tidak sesuai, hubungan bisa mengalami tekanan yang tidak perlu.

Realisme mengajarkan untuk menerima pasangan apa adanya, termasuk kekurangan mereka. Dengan cara ini, kamu dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis. Realisme juga membantu mengelola konflik dengan cara yang lebih konstruktif karena kamu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dinamika hubungan.

Optimisme adalah hal yang baik, tetapi harus diimbangi dengan pandangan realistis. Tanpa realisme, seseorang cenderung melangkah dengan ekspektasi yang tidak berdasar, yang dapat menyebabkan kekecewaan yang besar. Realisme membantu melihat dunia sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita inginkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team