Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berbincang (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi berbincang (pexels.com/Antoni Shkraba)

Biasanya kamu membicarakan soal investasi dengan siapa saja? Keinginanmu yang kuat buat berinvestasi di usia muda tentu bagus. Dirimu telah memiliki kesadaran tinggi terkait masa depan dan pengelolaan uang yang bijak.

Namun, rencanamu berinvestasi yang tersiar ke mana-mana juga bukan hal baik. Ingat bahwa investasi selalu berkaitan dengan uang, apa pun instrumen yang kamu pilih. Dalam semua konteks, uang merupakan topik yang sensitif sekali.

Membicarakan uang harus didahului dengan kepekaan sosial yang tinggi biar kamu tahu siapa lawan bicaramu dan suasananya tepat atau tidak. Berikut lima alasan mengapa rencanamu berinvestasi sebaiknya cuma diketahui diri sendiri atau orang-orang tertentu. Jauhi perbuatan yang berpotensi buruk untuk diri sendiri.

1. Orang berpikir uangmu banyak sekali

ilustrasi berbincang (pexels.com/Helena Lopes)

Bagaimanapun, investasi sebaiknya bahkan seharusnya memakai uang dingin. Artinya, dengan kamu telah berencana untuk berinvestasi, dirimu memiliki uang yang tidak lagi dipakai buat dana darurat atau kebutuhan sehari-hari. Gak semua orang punya uang dingin sepertimu.

Masih banyak orang yang memperoleh penghasilan sebatas cukup buat kebutuhan sehari-hari. Pun meski investasi bisa dimulai dengan dana sedikit, sebagian orang masih berpandangan diperlukan dana yang amat besar. Akibatnya, dirimu dinilai sebagai orang yang kaya raya.

Walaupun ini membuatmu bangga, pikirkan akibatnya yang kurang menyenangkan. Jangan terkejut apabila mendadak banyak orang berharap kamu membantu mereka secara finansial. Mungkin juga ada beberapa orang yang bersikap sinis seakan-akan tak menyukai kemapananmu.

2. Jika kamu yang pertama membicarakannya pasti dinilai pamer

ilustrasi berbincang (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pamer atau tidaknya memang cuma dirimu yang tahu. Akan tetapi, orang lain biasanya tetap memberikan penilaiannya berdasarkan apa yang kamu lakukan dan ucapkan. Sekalipun niatmu hanya mengajak orang lain berdiskusi, mereka bisa menangkapnya berbeda.

Kamu dipandang tengah berusaha memamerkan kekayaan. Terlebih dirimu tahu bahwa lawan bicaramu secara finansial kurang baik. Mereka berpikir bahwa lebih tepat untukmu membahasnya dengan orang yang sama atau lebih kaya dan sudah berinvestasi.

Kalau kamu melakukannya, orang-orang berpikir positif bahwa dirimu ingin belajar dari pengalaman lawan bicara. Rencana investasimu gak akan bikin panas hati orang yang sudah terbiasa melakukannya. Namun, topik yang sama tentu menggelisahkan orang dengan kekayaan yang lebih kecil daripada kekayaanmu.

3. Beda pilihan investasi malah jadi perdebatan

ilustrasi berbincang (pexels.com/Marcelo Dias)

Keputusan berinvestasi serta instrumennya sebetulnya hak penuh setiap orang. Akan tetapi, saat ini diangkat dalam obrolan sering kali memunculkan perdebatan. Terlebih bila lawan bicaramu merasa tahu lebih banyak perihal investasi serta kurang mampu menghargai pilihanmu.

Awalnya, kamu masih merasa biasa saja. Akan tetapi seiring jalannya perdebatan, emosimu pasti terpancing juga. Percakapan berakhir dengan tidak menyenangkan bahkan memengaruhi hubungan kalian selanjutnya.

Pun meski kamu tak suka berdebat, sukar untuk mendiamkan saja argumen orang lain yang berbeda dan dinyatakan di hadapanmu. Ada dorongan alami dalam diri buat membela pilihan investasimu walau masih sebatas rencana. Kalau kamu diam saja terkait rencana investasi tersebut, dirimu tidak perlu berdebat dengan siapa pun.

4. Biar gak malu kalau investasi gagal

ilustrasi berbincang (pexels.com/Jopwell)

Walau berbeda-beda tingkatannya, semua jenis investasi memiliki risiko. Artinya, jangan terlalu percaya diri rencana investasimu bakal berjalan mulus serta memberikan hasil yang besar. Terutama saat kamu memilih investasi dengan risiko tinggi.

Apabila dirimu sibuk membicarakan rencana investasi dengan siapa saja, kelak kamu bakal malu sekali jika hasilnya jauh dari harapan. Kamu yang dahulu membahasnya dengan menggebu-gebu pasti berusaha menghindari topik tersebut. Ketika orang lain bertanya, dirimu merasa sedang diejek habis-habisan meski dia belum tahu tentang kegagalanmu.

Mending kamu menerapkan strategi diam sampai investasimu berhasil. Bila investasimu sukses, hasilnya otomatis juga dapat dilihat oleh orang lain. Kehidupanmu makin mapan dan orang-orang tahu itu tak mungkin dicapai cuma bermodalkan penghasilan bulanan dari pekerjaan utamamu.

5. Baru rencana, belum tentu jadi nyata

ilustrasi dua pria berbincang (pexels.com/Thirdman)

Setiap rencana itu lemah, terlepas dari betapa semangatnya dirimu akan sesuatu. Mudah saja buat siapa pun berubah pikiran lalu mengurungkan rencananya dengan berbagai alasan. Rencana sangat berbeda dari hal-hal yang sungguh-sungguh telah kamu lakukan.

Bahkan terlalu sering membicarakan rencana apa pun pada orang lain cenderung melemahkan tekadmu buat melaksanakannya. Membahasnya saja telah terasa asyik, kenapa kamu mesti repot-repot mewujudkannya? Belum lagi pengaruh dari orang-orang yang membuatmu ragu dengan rencana sendiri.

Jangan terlalu mengharapkan dukungan orang lain berkaitan dengan segala rencana keuanganmu. Hanya orang berhati amat bersih dan berwawasan luas yang mampu memberimu support atau saran yang tepat terkait keuangan. Setitik saja ada kedengkian dalam hati niscaya bikin seseorang ingin menggagalkan rencanamu berinvestasi.

Makin sedikit yang orang tahu tentang kondisi keuanganmu serta rencana-rencanamu terkait hal tersebut makin baik. Bahkan saudara kandung pun belum tentu menjadi teman bicara yang tepat bila sudah mengenai uang. Toh, keberhasilan investasimu nanti tidak ditentukan oleh banyaknya orang yang telah mendengarnya sejak masih berupa rencana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team