Di tengah budaya yang menjunjung semangat positif, ada satu sisi lain yang sering luput disadari: toxic positivity. Ini adalah bentuk dorongan untuk selalu “berpikir positif” yang justru bisa menekan emosi dan menutup ruang validasi perasaan. Alih-alih membantu, sikap seperti ini kadang justru membuat seseorang merasa terisolasi dalam perjuangannya sendiri.
Toxic positivity tidak selalu muncul dalam bentuk kasar atau menyakitkan. Bahkan, sering kali ia terselip dalam kalimat-kalimat yang terdengar baik atau bermaksud menyemangati. Sayangnya, tanpa disadari, hal-hal ini bisa memperburuk kondisi mental seseorang. Berikut ini lima bentuk toxic positivity yang sering dianggap biasa saja, tapi sebenarnya cukup berbahaya jika terus dibiarkan.