5 Buku yang Menggambarkan Kehidupan Kelas Pekerja

- Novel-novel yang menyoroti realitas kehidupan kaum buruh dan perjuangan mereka untuk bertahan hidup
- Potret realistis kemiskinan, ketimpangan sosial, eksploitasi tenaga kerja, dan ketidaksetaraan ekonomi dalam berbagai tempat dan zaman
- Kisah penuh empati tentang penderitaan kaum pekerja migran, investigasi langsung tentang tantangan hidup pekerja berupah rendah, dan gambaran mendetail tentang kehidupan kelas pekerja pasca Perang Dunia II
Dalam banyak sastra, kehidupan kelas pekerja sering kali hanya menjadi latar belakang cerita, sementara tokoh utamanya berasal dari kalangan yang lebih berada. Namun, ada juga novel-novel yang benar-benar menyoroti realitas kehidupan kaum buruh. Menggambarkan perjuangan mereka untuk bertahan hidup, menghadapi eksploitasi, dan berusaha meraih kehidupan yang lebih baik.
Buku-buku ini bukan hanya sekadar cerita, tetapi juga refleksi sosial tentang ketimpangan ekonomi dan perjuangan melawan ketidakadilan. Berikut adalah deretan buku yang menggambarkan kehidupan kelas pekerja di berbagai tempat dan zaman.
1. The Road to Wigan Pier–George Orwell

Buku ini adalah salah satu karya nonfiksi terbaik Orwell yang mengupas kehidupan kelas pekerja di Inggris pada tahun 1930-an. Orwell menggambarkan kondisi kerja yang keras, upah rendah, serta lingkungan hidup buruk yang dialami para buruh tambang dan pekerja pabrik di wilayah utara Inggris.
Ia tidak hanya menyajikan potret realistis kemiskinan, tetapi juga menyoroti ketimpangan sosial yang membuat kaum pekerja terjebak dalam siklus kesulitan tanpa banyak harapan untuk naik kelas sosial. Buku ini masih relevan hingga sekarang, terutama dalam melihat bagaimana struktur sosial dan ekonomi terus memengaruhi kehidupan kaum pekerja di berbagai belahan dunia.
2. The Grapes of Wrath–John Steinbeck

Menceritakan keluarga Joad yang terpaksa meninggalkan tanah pertanian di Oklahoma akibat bencana Dust Bowl dan krisis ekonomi. Mereka melakukan perjalanan panjang menuju California dengan harapan menemukan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik, hanya untuk menghadapi eksploitasi tenaga kerja, ketidakadilan, dan perlakuan tidak manusiawi dari para pemilik tanah.
Steinbeck menulis kisah ini dengan penuh empati, menggambarkan penderitaan kaum pekerja migran yang harus berjuang di tengah sistem kapitalis yang tidak berpihak kepada mereka. The Grapes of Wrath bukan hanya sebuah novel, tetapi juga kritik sosial yang kuat terhadap eksploitasi pekerja dan ketidaksetaraan ekonomi yang masih relevan hingga sekarang.
3. Nickel and Dimed–Barbara Ehrenreich

Buku ini adalah laporan investigasi yang ditulis oleh Barbara Ehrenreich, seorang jurnalis yang memutuskan untuk hidup sebagai pekerja berupah rendah di Amerika Serikat selama beberapa bulan. Ia bekerja sebagai pelayan restoran, petugas kebersihan, dan pegawai toko demi memahami langsung tantangan yang dihadapi oleh jutaan pekerja yang hidup dari gaji ke gaji.
Dengan gaya bercerita yang menarik dan penuh humor, Ehrenreich mengungkap bagaimana sistem ekonomi dan kebijakan sosial di AS gagal melindungi kaum pekerja. Buku ini menunjukkan bahwa kerja keras saja tidak cukup untuk keluar dari kemiskinan jika sistem yang ada tidak memberikan peluang yang adil bagi mereka yang berada di lapisan bawah masyarakat.
4. Germinal–Emile Zola

Diterbitkan pada tahun 1885, Germinal adalah salah satu novel terbaik yang menggambarkan penderitaan kaum buruh di industri tambang batu bara Prancis. Kisah ini berpusat pada Étienne Lantier, seorang pemuda pengangguran yang menemukan pekerjaan di tambang dan segera menyadari betapa brutalnya kondisi kerja di sana.
Ia kemudian menjadi pemimpin perlawanan buruh yang berusaha memperjuangkan hak-hak mereka, meskipun harus menghadapi represi kejam dari pemilik tambang dan aparat pemerintah. Zola menyajikan gambaran yang sangat mendetail tentang kehidupan pekerja tambang. mulai dari kemiskinan, kelelahan, hingga ketidakpastian masa depan.
5. Saturday Night and Sunday Morning–Alan Sillitoe

Novel ini menggambarkan kehidupan kelas pekerja di Inggris pasca-Perang Dunia II melalui tokoh utamanya, Arthur Seaton. Arthur adalah seorang pekerja pabrik yang menjalani hidup dengan penuh kebebasan di akhir pekan. Mulai dari berpesta, minum, dan memberontak terhadap aturan sosial yang mengekang.
Namun, di balik gaya hidupnya yang penuh kegembiraan, ia juga merasa terjebak dalam rutinitas pekerjaan membosankan dan sistem sosial yang tidak memberikan banyak pilihan bagi kelas pekerja. Sillitoe menggambarkan perasaan frustrasi dan keinginan untuk lepas dari kehidupan yang monoton, sesuatu yang banyak dirasakan oleh kaum muda pekerja saat itu.
Kelima buku yang menggambarkan kehidupan kelas pekerja memiliki berbagai era dan latar belakang. Apakah ada novel lain yang menurutmu juga berhasil menangkap realitas kehidupan kelas pekerja dengan jujur dan mendalam?