5 Cara Balik ke Digital Hygiene Setelah FOMO Lebaran

- Rutinitas pasca-Lebaran membuat kita harus kembali ke digital hygiene
- Evaluasi waktu layar dan kurangi akses secara perlahan tapi konsisten
- Lakukan digital decluttering, isi kekosongan dengan rutinitas baru yang tidak melibatkan layar ponsel
Lebaran udah selesai, nih. Sisa-sisa ketupat mungkin masih tersimpan di kulkas, tapi notifikasi ucapan lebaran di ponsel sudah tak berhamburan lagi, dan kamu mau tak mau kembali dihadapkan pada realita nyatanya, yaitu rutinitas seperti biasa. Sayangnya, banyak orang sebelum sempat benar-benar menata ulang hari-hari pasca-libur, ada satu hal yang masih terlewat dari perhatian, yaitu kesehatan digital. Yaps, bahasa kerennya adalah digital hygiene.
Sesudah berminggu-minggu larut dalam euforia media sosial, berperang dalam berbagi foto silaturahmi, ikut tren velocity TikTok bareng saudara, atau sekadar scroll timeline tanpa henti untuk memastikan kamu tak tertinggal nuansanya. Sayangnya, tanpa sadar, kamu mulai jenuh. Bukan hanya mata yang lelah, tapi pikiran pun terasa bising. Itulah saatnya kamu menyadari bahwa kamu sedang terkena dampak FOMO Lebaran. Oleh karena itu, kamu perlu melakukan lima cara sederhana namun penting berikut untuk kembali ke jalur digital hygiene setelah gegap gempita Lebaran yang tak ada habisnya.
1. Evaluasi pola konsumsi digitalmu selama libur Lebaran

Langkah awal yang paling logis adalah mengingat kembali ke belakang. Coba raba ingatanmu, berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk menatap layar selama libur Lebaran? Seberapa sering kamu merasa perlu membuka media sosial hanya karena takut ketinggalan isu?
Evaluasi ini bukan untuk membuatmu merasa bersalah, tapi untuk memberi jarak antara kamu dan kebiasaan digital yang selama ini berlangsung tanpa sadar, lho. Kalau kamu mengetahui polanya, kamu bisa lebih mudah menentukan bagian mana yang perlu diubah. Kadang, cukup dengan menyadari bahwa kamu terlalu sering scroll Reels sebelum tidur pun sudah bisa menjadi titik balik yang baik.
2. Kurangi waktu layar secara bertahap

Kamu tak perlu langsung memutus total akses ke ponsel. Justru, cara seperti itu sering kali malah menimbulkan efek tidak baik dan berakhir dengan balas dendam digital. Daripada menghilang dari dunia maya secara tiba-tiba, cobalah mengurangi waktu layar secara perlahan tapi konsisten, ya.
Contohnya, nih, kamu bisa mulai dengan tidak membuka media sosial selama satu jam pertama setelah bangun tidur. Atau, kamu bisa mematikan notifikasi dari aplikasi tertentu yang sering membuatmu terdistraksi. Perlahan, kamu akan terbiasa dengan ruang hening yang diciptakan dari pola kebiasaan kecil itu.
3. Bersihkan jejak digital yang tak perlu

Biasanya, saat Lebaran, feed media sosialmu penuh dengan post tentang momen silaturahmi, ucapan selamat, atau bahkan konten endorse yang dibumbui nuansa hari raya. Tapi apakah semua itu masih relevan setelah hari Lebaran selesai?
Melakukan digital decluttering bisa membantu pikiranmu terasa lebih ringan, nih. Karena itu, coba deh hapus story yang sudah lewat, arsipkan unggahan yang tak lagi perlu, atau sortir kembali akun-akun yang kamu ikuti. Semakin bersih ruang digitalmu, semakin kecil kemungkinan kamu akan terdorong untuk kembali FOMO karena hal-hal yang sebenarnya tak penting.
4. Buat rutinitas offline yang seimbang

Penyebab mengapa kamu terus kembali ke layar adalah karena ruang nyata terasa terlalu sepi. Makanya, coba, deh, isi kekosongan itu dengan rutinitas baru yang menyenangkan dan tentu saja tidak melibatkan layar ponselmu.
Kamu bisa mulai dari hal sederhana seperti membaca buku sebelum tidur, berjalan kaki di sore hari, atau sekadar membuat daftar harian di atas kertas. Aktivitas semacam ini membantu pikiranmu beristirahat dari notifikasi dan memberi waktu bagi tubuh untuk benar-benar terhubung dengan dunia fisik. Di situlah digital hygiene benar-benar terjadi sehingga menciptakan keseimbangan, bukan dari pembatasan.
5. Bangun kembali relasi digital dengan tujuan jelas

Setelah semua kebisingan digital reda, ini saat yang tepat untuk menata ulang relasimu dengan dunia maya. Kalau digunakan dengan bijak, media sosial sebenarnya bisa menjadi alat yang sehat dan produktif.
Mulailah dengan menentukan alasan mengapa kamu ingin membuka suatu aplikasi. Apakah kamu mencari informasi? Ingin berinteraksi? Atau hanya sekadar mengisi waktu kosong? Dengan membentuk kebiasaan digital berdasarkan niat, kamu bisa menghindari pola penggunaan yang impulsif. Contohnya, nih, kamu bisa menetapkan waktu khusus untuk membuka media sosial dan menutupnya segera setelah tujuanmu tercapai.
FOMO saat Lebaran adalah sesuatu yang wajar, kok. Kita semua ingin merasa terhubung, menjadi bagian dari momen besar, dan membagikan sedikit kebahagiaan kepada dunia. Tapi, ingat, ya, setelah semua berlalu, penting bagimu untuk kembali ke titik yang ideal dan sehat. Digital hygiene bukan sekadar proses menjauh dari layar, tapi tentang bagaimana kamu mengatur ulang cara berinteraksi dengan teknologi agar tetap sehat, waras, dan sadar. Karena pada akhirnya, dunia maya tidak pernah benar-benar menunggumu. Tapi dunia nyata? Selalu ada untuk kamu kembalikan fokus dan perhatiannya, nih.