Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi percakapan (pexels.com/Christina Morillo)

Suka menyela perkataan orang merupakan sikap yang tidak sopan. Jangan sampai kamu cuma mau setiap ucapanmu didengarkan dengan baik oleh orang lain, tapi kamu tak melakukan hal serupa pada mereka.

Walaupun kelihatannya sepele atau justru menunjukkan rasa antusiasmu akan topik yang dibahas, tetaplah berhati-hati. Kebiasaan negatif ini juga dapat membuatmu sok pintar serta hendak mendominasi diskusi. Kamu bisa menghentikan kebiasaan ini dengan coba menerapkan lima cara berikut ini.

1. Ingat bahwa bukan cuma kamu yang berhak berbicara

ilustrasi mengobrol (pexels.com/George Milton)

Kamu sedang mengobrol atau berdiskusi, bukan berpidato. Bila dirimu berpidato, pendengar berperan secara pasif. Paling-paling mereka hanya bertepuk tangan di bagian-bagian pidato yang sangat menarik.

Akan tetapi, karena ini percakapan, maka harus berjalan dua arah. Kamu serta lawan bicara sama-sama berhak buat bersuara. Jangan merampas kesempatan orang lain untuk menanggapi atau menyampaikan informasi. Nanti pembicaraan malah tidak berkembang.

2. Sadari pula bahwa hanya mendengar sepotong informasi bisa membuatmu salah paham

ilustrasi diskusi (pexels.com/SHVETS production)

Kesukaanmu menyela ucapan orang lain gak cuma bikin mereka kesal. Ada pula kerugian dari sisimu. Bila sebenarnya seseorang akan menyampaikan informasi penting, tapi kamu memotongnya, mungkin dia selamanya tak jadi memberitahumu. Bisa juga penjelasannya yang belum selesai sudah bikin kamu salah paham.

Padahal, hanya diperlukan beberapa menit lagi untuk mendengarkan penjelasannya secara utuh supaya kamu mengerti dengan jelas. Sebab, meluruskan kesalahpahaman sering kali tak mudah, mending berhenti menyela orang lain, kan?

3. Dalam acara tertentu, waktu bicara setiap orang bisa dibatasi

ilustrasi seminar (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)

Contohnya, dalam rapat dan seminar. Di awal pertemuan, kamu dapat memberi tahu bahwa nanti akan ada sesi tanya jawab. Anggota bisa bertanya atau mengemukakan pendapat.

Sebelum sesi itu dimulai, jelaskan aturan waktunya. Misalnya, setiap orang mendapatkan waktu 2-3 menit buat berbicara. Kalau sudah ada batasan waktu begini, mereka juga akan meringkas apa yang ingin disampaikan tanpa kamu perlu memotongnya saat berbicara.

4. Bayangkan seandainya ucapanmu yang selalu disela

ilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Sebetulnya, menyela perkataan orang bukannya sama sekali gak boleh. Tak jarang kamu hanya terlalu kaget dengan sebagian kabar yang disampaikan seseorang. Spontan dirimu menyela, misalnya, "Masa, sih?". Reaksi spontan seperti itu umumnya masih bisa diterima oleh lawan bicara. Bahkan dapat membuat mereka senang karena kamu amat peduli dengan apa yang mereka katakan.

Namun, hal tersebut tak berlaku ketika dirimu menyela hanya karena ketidaksabaran dalam mendengarkan orang lain. Kesannya, berita atau pendapat apa pun yang disampaikan oleh orang lain tidak cukup penting untukmu. Hal yang terpenting buatmu hanyalah argumenmu atau kamu segera bisa meninggalkannya. Orang yang ucapannya kerap disela pasti merasa diremehkan.

5. Tingkatkan kesabaranmu

ilustrasi presentasi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Walaupun beberapa orang punya kecenderungan bertele-tele dalam menyampaikan maksudnya, tak berarti kamu harus selalu menyela. Jika dirimu sedang punya cukup waktu, kenapa tidak mendengarkannya saja? Meski perkataannya yang gak to the point membuatmu bingung, nanti kamu bisa meminta konfirmasi atas kesimpulannya.

Apakah kesimpulan yang kamu tangkap sama dengan maksudnya? Bila sampai akhir kalimatnya belum ada kesimpulan yang mampu kamu tarik, dirimu boleh bertanya, kok. Misalnya, "Jadi, apa yang sebenarnya kamu inginkan?".

Kamu perlu latihan secara rutin sampai bisa lebih sabar dalam mendengarkan orang lain. Di awal latihan, dirimu pasti mesti sering menelan kembali kata-kata yang telah berkumpul di ujung lidah. Ingatkan dirimu untuk tidak memotong ucapannya, saat si dia mulai berbicara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team