Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membuka media sosial (pexels.com/Cottonbro studio)

Kehadiran media sosial kerap mengambil alih kendali kehidupan. Terutama bagi milenial dan gen z, tanpa disadari kerap menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk bermedia sosial tanpa tujuan. Tidak sekadar sarana berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial sudah menjelma menjadi sarana untuk berekspresi.

Keberadaan media sosial yang mendominasi kehidupan ternyata juga memiliki dampak negatif. Tanpa disadari kita akan terjebak pola pikir realistis. Bahkan terpaku ekspektasi semu yang sebenarnya di luar batas kendali. Bagaimana cara media sosial merusak pola pikir realistis? Tentu ada beberapa hal yang harus kita ketahui lebih lanjut.

1. Standar di luar jangkauan

ilustrasi media sosial (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)

Media sosial menjelma menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Bahkan memiliki peranan sebagai sarana mengekspresikan ide, hobi, maupun berbagi tentang detail kehidupan yang dijalani. Tapi di satu sisi, kita juga harus menyadari jika media sosial berpotensi merusak pola pikir realistis.

Kondisi ini bisa terjadi karena adanya standar di luar jangkauan. Kita kerap terpaku pada standar yang sebenarnya sudah tidak realistis. Pada akhirnya berfokus pada pencapaian yang sebenarnya bersifat semu dan tidak sesuai dengan prinsip hidup. Dalam kondisi demikian, keseimbangan akan terganggu.

2. Menciptakan ilusi kehidupan yang terlihat sempurna

Editorial Team

EditorAgsa Tian

Tonton lebih seru di