5 Celah Media Sosial Bisa Jadi Ajang Pamer

15 Mar 2021, 21:10 WIB

ilustrasi login Instagram (Pexels.com/Tracy Le Blanc)

Di era digital seperti sekarang, memiliki media sosial menjadi semacam kewajiban bagi semua orang. Dari anak-anak hingga yang sudah berumur, semua memiliki akun media sosial masing-masing. Dari yang jarang menggunakan, hingga yang menjadikan media sosial sebagai wadah meraih pundi-pundi rupiah. Semua penggunaan media sosial itu memang tergantung dari masing-masing kita pribadi.

Namun, sering kali, disadari atau tidak, memiliki media sosial membuat kita menjadi pribadi yang suka pamer. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan lain sebagainya membuat kita berubah secara pola pikir.

Beberapa orang mungkin sudah bisa terlepas dari keinginan untuk show off di media sosial. Tapi sebagian yang lain, justru sedang terjebak semakin dalam pada kebiasaan buruk yang satu ini.

Bagaimana sih kok bisa-bisanya media sosial menjebak kita dalam kebiasaan pamer pada apapun kelebihan yang kita miliki? Begini nih penjelasannya.

1. Karena kita melihat kehidupan orang lain yang seolah sempurna

unsplash/Austin Distel

Ketika membuka media sosial, yang pertama kali kita lihat tentu adalah halaman beranda. Isinya? Sudah tentu update terbaru dari orang-orang yang kita ikuti. Entah itu artis, selebgram, atau bahkan teman kita sendiri. Semuanya, pasti berisi tentang tangkapan gambar atau rangkaian cerita hidup mereka yang seolah sempurna. Perjuangan mereka yang berujung manis, atau sekedar liburan mereka yang hits abis.

Lalu, setelah melihat semua itu, bisakah kamu menahan diri dari rasa iri?

2. Karena hakikat manusia adalah mudah tersanjung, bahkan dengan pujian sekecil apapun

unsplash/freestocks.org

Setelahnya, begitu rasa iri berhasil menyelimuti diri, kamu tentu akan mencari foto mu sendiri yang sedang tertawa bahagia. Atau mungkin, kamu akan mulai membuat cerita pencapaian yang kamu lakukan dalam hidupmu sendiri. Lalu, likes pun kamu dapatkan, komentar sanjungan pun membuatmu terbang melayang.

Karena sejatinya, kita semua adalah penyuka pujian. Jangan heran kalau semua itu membuat kamu ketagihan.

3. Rasa candu yang ditimbulkan dari media sosial membuat kita ingin terus eksis

thefashionalists.com

Rasa ketagihan yang bisa dibilang sebagai candu ini akan terus menghantui dirimu. Jika tidak bisa kamu kendalikan, maka dialah yang akan mengendalikanmu. Perlahan tapi pasti, kamu berubah jadi orang yang begitu aktif berbagi.

Sayangnya, gak semua orang peduli. Justru, kebanyakan dari mereka hanya berkomentar positif di postinganmu tapi mencibir di belakangmu.

4. Dengan dalih menginspirasi, kita merasa harus menunjukkan pencapaian yang kita dapatkan

pxhere.com

Segala yang kita miliki, kelebihan yang kita punyai, kehidupan bahagia yang kita jalani, serta pencapaian yang berhasil kita raih serasa harus selalu kita tunjukkan pada dunia melalui media sosial. Inilah benih-benih pamer yang seharusnya bisa kita hilangkan dari diri kita. Karena sekali lagi, gak ada yang benar-benar peduli. Yang ada, kamu hanya menyebar rasa iri dalam jiwa orang lain. Dan virus pamer pun akan semakin merajalela.

5. Jika gak bijak dalam menggunakannya, kita bisa diperbudak oleh media sosial

Ilustrasi bermain sosmed (pexels.com/ cottonbro)

Media sosial memang jebakan yang sempurna untuk siapapun yang secara pola pikir belum dewasa. Pertengkaran dan perselisihan bisa muncul hanya lewat dunia maya. Keberhasilan yang kita punya, harusnya bisa menginspirasi dengan cara lain yang lebih berguna bagi banyak orang. Gak melulu lewat media sosial, berkontribusi secara langsung di dunia nyata akan lebih berasa hasilnya.

Penggunaan media sosial yang seperti candu ini membuat banyak orang berpikiran dewasa lebih memilih untuk mundur dan menarik diri. Sebab itulah muncul saran-saran untuk puasa media sosial dan sejenisnya. Agar pikiran dan mental kita tetap sehat terjaga. Gimana? Kamu sendiri suka pamer di media sosial gak?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.